Home / Pernikahan / Dinikahi Dosen / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dinikahi Dosen: Chapter 41 - Chapter 50

78 Chapters

Hampir Saja

Amel buru-buru menutup mulut adiknya. Rafa yang kesal memberontak, ia langsung menggelitiki kakaknya."Rafa!" pekik Amel, ia berusaha agar bagaimana sang adik tidak membocorkan rahasia ia dan Alvin. Ia memukuli pelan bahu adiknya."Kalian kenapa?" tanya Bapak heran. Alvin hanya meringis."Dek, tolong ya," bisik Amel ditengah aktivitasnya memukuli sang adik."Iya!" pekik Rafa kesal, ia mendorong tubuh kakaknya agar menjauh. "Iya iya, stop!" suara Rafa mulai melemah.Ia menggaruk kepalanya, "Ini nih Pak, aku mau beli poster blackpink aja nggak boleh sama dia, aku 'kan pakai duit sendiri," jelas Rafa dengan ekspresi merengut. Ia menatap ke arah Amel dengan kesal."Blackpink apa itu? makanan?" tanya Bapaknya Amel polos, membuat Amel harus menahan tawa."Bukan Pak," ucap Amel sambil terkekeh kecil. "Itu loh artis-artis korea, langsing, cantik, nyanyi-nyanyi di tivi," jelas Amel merasa begitu lega karena adiknya ternyata bisa diajak kerjasama.Alvin yang sedari tadi menyimak juga mengurut d
Read more

Bulan Madu

Alvin hanya bisa mengelus dada sementara semenjak Rafa tiba-tiba mau bersedia di ajak kerjasama. Entah apa alasan remaja itu tiba-tiba ikut menutupi kebohongan besarnya.Mata Alvin tidak lepas dari memperhatikan istrinya yang tengah mematut diri di cermin sambil berkali-kali membongkar pasang kerudungnya. Padahal, semenjak pemakaian pertama, menurutnya sudah bagus-bagus saja. Wanita yang kini menjadi istrinya itu adalah anak baik-baik dari seorang Ayah yang baik pula. Alvin tidak lupa, bagaimana pertolongan Pak Haris -Ayah Amel- kepadanya saat dimana ia tengah terpuruk, kehilangan kasih sayang keluarga, serta hanya ingin hidup untuk foya-foya tanpa memikirkan hal lain. Nasi goreng dan es teh yang kerap kali dinikmati oleh dirinya, serasa bukan hanya mengisi tenggorokan dan perutnya semata, tapi mengisi kekosongan hatinya. Ia merasa tenang dan senang begitu berinteraksi Pak Haris. Tutur kata yang lemah lembut itu mampu selalu membuatnya tersenyum dan melupakan apa yang tengah terjadi.
Read more

Bulan Madu 2

Amel hanya bisa berujar lirih dengan mata yang melebar. Sedangkan Alvin yang juga melihat adegan di balik pintu hotel yang tidak tertutup itu dengan cepat menarik tangan sang istri untuk menjauh.Tubuh Amel tertarik begitu saja, awalnya ia ingin berteriak karena seseorang menarik tangannya. Tapi, tidak jadi karena mulutnya sudah terkunci.Alvin membawa Amel ke sisi dinding yang tertutup. Tangannya langsung menutup mulut istrinya yang hendak berteriak."Diem Mel," titahnya pada sang istri. Alvin menengok lagi keluar, sepertinya dua orang tadi tidak ada yang melihat mereka.Posisi ia dan istri yang begitu dekat, entah mengapa membuat jantungnya berdetak kencang. Ia bisa merasakan hembusan nafas Amel ditangannya. Mata mereka bertemu sesaat. Alvin baru tersadar saat tangannya di tepis kasar oleh sang istri. "Pengap tau!" kesal Amel yang membuat Alvin meminta maaf."Iya maaf," katanya lirih, lalu kembali menengok ke balik dinding yang menghalangi mereka."Itu tadi, Mama?" tanya Amel masih
Read more

Bulan Madu 3

"Apa maksud kamu? Menyentuhku?" ulang Amel. Ia sudah cukup umur untuk mengerti kearah mana pembicaraan Alvin. Tapi, bagaimana bisa pria itu yang katanya sudah berjanji tidak akan macam-macam malah meminta haknya malam ini? Amel paham, ia seorang istri. Tapi, ini tetap tidak dibenarkan.Wajah Alvin semakin mendekat ke arah Amel. Hampir saja menciumnya, jika Amel tidak segera berpaling. Kakinya yang bebas, langsung menginjak kaki Alvin. Membuat si empunya meringis.Amel segera berlari, menuju kamar untuk mengurung diri agar kebuasan Alvin tidak berakibat buruk padanya. Ia merutuk makanan yang sembarang ia terima dari pelayan hotel. Sebenarnya siapa yang memesan dan kenapa malah ada racun yang membuat suaminya sangat mengerikan.Tangan Amel cepat-cepat menutup pintu, namun naas, sang suami lebih cepat menahan dengan sekuat tenaga sepertinya. Amel bahkan kewalahan, ia langsung berlari di susul Alvin. Mereka berdua saling kejar-kejaran. Amel berlari ke atas kasur, ia mengambil bantal lalu
Read more

Ancaman Mertua

“Setelah ini, rencana kita apa?” tanya Amel ketika dirinya dan suami sudah berada di dalam mobil, bersiap melakukan perjalan pulang. Alvin menoleh, menghela nafas.“Nanti kita pikirkan lagi. Jalanin aja hari-hari kita yang hanya tinggal sedikit,” balas Alvin, lalu mendekat ke arah Amel. Menatap wajah seorang wanita yang pasti ia rindukan nanti.“Ih apaan sih.” Amel semakin memundurkan wajahnya yang tiba-tiba memerah, begitu Alvin mendekat. “Aku mau ingat-ingat wajah cewek yang bernama Amel,” ucap Alvin seraya terkekeh geli. Sedangkan Amel berdecak kecil. Hanya membutuhkan waktu dua jam di perjalanan, akhirnya mereka sampai di kegiaman keluarga besar Alvin. Mobil Ayah Alvin yang sudah berada di pelataran rumah, menandakan bahwa si empunya sudah berada di rumah. “Kamu istirahat aja di kamar kalau capek,” ucap Alvin pada Amel. Namun, langkah mereka harus terhenti begitu Wati tiba-tiba menghadang di depan pintu utama, menyilangkan tangan di depan dada.“Jadi ini alasan kamu ngelarang a
Read more

Saling Sindir

“Bu, tolong ini ada apa sebenarnya? Saya nggak ngerti maksud Ibu. Kenapa Amel dan Alvin harus cerai? Apa rumah tangga mereka bermasalah?” Haris memberondong besannya dengan pertanyaan. Hesti semakin tersenyum jahat, akhirnya Haris terpancing juga.“Ya, rumah tangga mereka sangat bermasalah. Sudah wajib bagi mereka untuk cerai,” jelas Hesti menatap lurus ke arah Bapaknya Amel. Ia sangat suka melihat respon terkejut dari wajah-wajah orang yang seharusnya menderita, menurutnya. Salah siapa, Amel sudah berani mengabaikan ancamannya.“Tapi Amel nggak pernah cerita kalau dia ada masalah, kenapa tiba-tiba?” tanya Haris menggeleng tidak percaya dengan apa yang dikatakan besannya. Kakinya bahkan bergetar saking terkejutnya mendengar pernyataan Hesti. “Duduk dulu,” titah Hesti kepada Haris. Matanya lekat-lekat menatap pria tua yang sepertinya begitu syok mendengar apa yang barusan ia katakan.“Kita sebagai orang tua harus membicarakan ini, karena jika rumah tangga mereka dilanjutkan itu nggak a
Read more

Ketahuan Mertua

“Maksud kamu apa Nak? Kamu akan menceraikan anakku dalam beberapa hari?” tanya Haris saat ia sudah berhasil mendekati dua orang berbeda jenis kelamin yang saling bertatapan.Mendengar suara di belakangnya. Alvin menoleh, mendapati mertuanya menatap dengan raut kecewa. “Bapak,” lirih Alvin.Rasanya hendak kabur saja, begitu dipergoki oleh Bapak mertuanya. Ia melepas tangannya yang mencekal bahu Wati. Sedangkan kekasihnya itu masih sesegukkan.“Nah, kebetulan. Hari ini memang takdir baik berpihak padaku,” ucap Wati dengan menyeka air matanya. Alvin menoleh, ia mengerti maksud kekasihnya itu.“Kamu belum menjawab pertanyaanku Nak,” ucap Haris, membuat Alvin bingung harus menjawab seperti apa. Jika ia menyangkal pun, sepertinya tidak bisa.“Maafkan aku Pak, aku nggak bermaksud-“ belum selesai Alvin bicara, Haris segera menyela.“Sudah aku katakan padamu Nak, sedari awal, kalau kamu nggak minat sama anakku, nggak usah kamu nikahi. Balas budi nggak harus dengan menikahi anakku,” jelas Hari
Read more

Kepergian

Amel langsung masuk ke rumah mertuanya. Mencari batang hidung Ibu mertuanya, namun tidak ia temukan. Saat ia berjalan ke belakang, ternyata wanita licik itu sedang cekakakan dengan seseorang di telpon.“Lagi telponan sama selingkuhan?” tanya Amel langsung dari belakang tubuh Hesti. Mendengar suara seseorang, Hesti langsung berbalik. Menyeringai tajam, ia langsung mematikan ponsel setelah mengucapkan ‘muach sampai ketemu nanti’ ke seseorang di balik telpon.Hal itu tidak luput dari pengamatan Amel yang mendadak jijik begitu melihat tingkah Ibu mertuanya. “Kamu ngasih tau Bapakku kalau pernikahanku dan Mas Alvin cuma sementara?” tanya Amel dengan nada ditekan.“Haha, iya. Emang kenapa? Nggak suka? Baguskan biar kalian cepat cerai.” Hesti terkekeh geli.“Ck, padahal aku masih ada hati untuk tidak membocorkan perselingkuhanmu, berharap kamu segera tobat dan aku akan menghapus bukti itu. Tapi sepertinya, aku berubah pikiran. Kebusukanmu itu harus aku beberkan ke semua orang,” jelas Amel. I
Read more

Pengakuan Alvin

Seorang pria terus menitikkan air mata. Sedih, kehilangan, sesal bercampur bersamaan. Ia sebelumnya tidak pernah menduga kepergian sang Ayah begitu cepat. Bahkan, ia dan Ayahnya belum sempat menjalani hubungan baik sebagaimana seorang Ayah dan anaknya."Maafkan sikapku selama ini," isak Alvin dengan bahu bergetar. Tidak ada siapapun yang menemaninya, bahkan hingga malam semakin larut. Tidak ada tanda-tanda kedatangan istrinya. Saudara yang ia miliki, jauh entah dimana. Hanya Ayah yang ia miliki saat ini, Ibu tiri jangan diharap lagi, wanita itu pasti sudah kabur membawa harta Ayahnya."Ayah, kalau boleh, aku akan memintamu hidup, satu hari aja, kita habiskan waktu bersama. Terlepas dari kesalahan yang kamu lakukan, jika aku tahu keadaan akan begini, jauh-jauh hari, aku akan memaafkan sikapmu pada Ibuku." Alvin mengusap wajah Ayahnya, lalu beralih ke mata yang sudah tetutup.Dua orang perawat datang, hanya menatap iba ke arah Alvin yang keadaannya sudah kacau. "Maaf Pak, apakah jenazah
Read more

Penawaran

“Ceraikan Amel, agar aku kembali percaya,” ucap Haris tegas. Mata Alvin melebar, dalam hati menolak syarat dari Bapak mertuanya. Bagaimana bisa, bapak mertuanya menawarkan hal tak masuk akal agar Alvin bisa mengembalikan kepercayaannya.“Itu berarti Bapak masih nggak percaya. Harusnya, Bapak memberi kesempatan pada saya, untuk memperbaiki semuanya,” jelas Alvin seraya menggelengkan kepala. Tatapan matanya sayu, memohon. Namun Haris membuang wajah.“Aku masih bisa melihat ada cinta di matamu untuk wanita lain. Aku nggak akan biarkan putriku menderita lagi.”Ya. Haris masih belum percaya. Walau Alvin mengaku telah mencintai putrinya. Ia sangat paham bahwa pria yang selingkuh dibelakang seperti Alvin ini bisa saja memanipulasi. Berbohong demi kepentingannya sendiri.“Mel,” panggil Alvin, matanya memohon. “Kamu percaya ‘kan sama aku?” tanyanya. Amel membuang wajah, ia bimbang. Merasa gamang dengan perasaannya. Di sisi lain, ia tidak ingin membuat Bapaknya marah, disisi lain entah dorongan
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status