Semua Bab Pendekar Kembara Semesta Seri 2: Bab 21 - Bab 30

119 Bab

Gugur Membela Karangtirta

Banaswarih bersiap-siap menyerang lawan. Dia ingin secepatnya membekukan tubuh lawan. Kalau tubuh lawan beku, maka sudah tidak bisa bergerak lagi. Bahkan kalau lawan terkena senjata saktinya yang berbentuk pisau, maka jantungnya juga bisa beku, sehingga berhenti berdetak. Manusia sehebat apa pun kalau jantungnya tidak berdetak, maka dirinya telah mati.Dalam perhitungan Banaswarih, Olengpati bisa dia dikalahkan. Selama ini Banaswarih dikenal sebagai pendekar muda yang mempunyai ilmu silat tingkat tinggi dan senjata sakti yang bisa membekukan tubuh lawan. Sedangkan Olengpati hanya dikenal sebagai gerombolan perampok yang selama ini suka membuat keonaran di berbagai tempat.Akhir-akhir ini Olengpati yang bekerja sama dengan Ganggayuda membuat berbagai huru-hara di seluruh wilayah Karangtirta. Masyarakat mengenal Olengpati sebagai gerombolan pengacau. Gerombolan yang suka membuat kekacauan. Olengpati dan gerombolannya melakukan perampokan di berbagai wilayah Karangtirta u
Baca selengkapnya

Mundur Sebelum Lebur

 “Tunggu!” kata Bandem dengan nada tenang. Dia menghentiakan serangan Menik Sarasti. “Jangan lanjutkan seranganmu, Menik Sarasti! Kamu berada di pihak pemberontak. Itu artinya, kamu mengikuti orang yang salah. Kalau kamu mati, kamu membela orang yang salah, yang suka menebarkan keajahatan di muka bumi. Lebih bai kamu hentikan dukunganmu pada Ganggayuda! Ikutlah kata-kataku, nanti kuusahakan kamu menjadi prajurit Kerajaan Karangtirta.” “Hei, Bandem! Kamu ini siapa?” tanya Menik Sarasti dengan nada mengejek. “Kamu kan hanya gedibal. Kamu hanya anak buah Banaswarih. Mana bisa kamu membuat keputusan agar aku menjadi prajurit di Karangtirta? Lagi pula, aku tidak berminat menjadi prajurit Karangtirta. Aku lebih senang menjadi anak buah Ganggayuda.”“Asalkan kamu mau dan berminat menjadi prajurit Karangtirta, Pangeran Banaswarih pasti akan menerimamu. Kerajaan Karangtirta membutuhkan orang-orang hebat s
Baca selengkapnya

Bahaya Mengancam Raja Tiyasa

Suara teriakan untuk mundur dari Banaswarih diimbangi para prajurit lainnya. Sahut-menyahut suara ‘Mundur’ memenuhi angkasa. Suara-suara mereka keras membahana. Raja Tiyasa terpaksa mengambil keputusan untuk mundur setelah melihat kenyataan pahit yang ada di depan mata.Sebenarnya bukan watak Raja Tiyasa untuk menghindari bahaya. Namun dirinya berpikir jauh ke depan. Kalau menuruti kata hati, ingin rasanya dia bertarung sampai mati melawan Ganggayuda dan gerombolannya.Raja Tiyasa berpikir bahwa untuk memperoleh kemenangan, kadangkala harus berani mengalah. Atau paling tidak, mundur untuk sementara untuk menyusun cara baru. Raja yang bijaksana itu yakin bahwa pasukan Kerajaan Karangtirta bisa mengalahkan para pemberontak dengan menggunakan cara baru dalam bertempur.Sisa-sisa prajurit yang berjumlah empat puluhan orang itu telah masuk benteng dalam. Benteng dalam merupakan benteng lapis kedua yang sangat kokoh. Tiyasa, Pandansekar, Banaswarih, dan seluruh pengawal, juga telah berada d
Baca selengkapnya

Serangan Balik yang Mengejutkan

Kata-kata Ganggayuda menggelegar memenuhi angkasa. Kata-kata yang diteriakkan kepada anak buahnya itu membuat musuh merasa ngeri. Ganggayuda tidak hanya menginginkan musuh-musuhnya mati, tetapi lebih dari itu.Selama ini Ganggayuda telah memendam keinginan untuk menjadi raja di Kerajaan Karangtirta. Dia menganggap dirinya lebih layak menjadi raja di Karangtirta dibandingkan Tiyasa.Selama bertahun-tahun Ganggayuda memendam kekesalan atas kebijakan Raja Tiyasa. Dalam pemikiran Ganggayuda, Raja Tiyasa kurang pintar mengambil keputusan untuk kemajuan Kerajaan Karangtirta. Makanya Ganggayuda selama puluhan tahun menyusun kekuatan secara tersembunyi. Pada saat ini, dia melakukan pemberontakan karena yakin sudah punya kekuatan untuk menumbangkan kekuasaan Raja Tiyasa.“Kalian jangan takut oleh kata-kata yang diteriakkan Ganggayuda!” kata Raja Tiyasa lirih kepada Banaswarih dan anak buahnya yang sangat setia kepada raja. “Itu hanya gertakan sambal. Gertakan oleh orang yang sebenarnya takut t
Baca selengkapnya

Memburu Gerombolan Pemberontak

Suro Joyo merasa tugasnya untuk membantu Banaswarih dan Raja Tiyasa menumpas pemberontak, belum selesai. Tadi dia lihat Ganggayuda dan anak buahnya melarikan diri meninggalkan istana. Mereka hampir saja berhasil menumpas Raja Tiyasa, Banaswarih, dan seluruh orang setia pada kerajaan. Namun ada gempuran tak terduga dari para prajurit Karangtirta yang dikendalikan Suro Joyo dan Tunggulsaka.Lagi pula Suro Joyo tidak ingin menghilangkan peran Tunggulsaka dalam upayanya menumpas pemebrontak. Berkat Tunggulsaka, para prajurit yang berada di luar istana bisa disatukan. Para prajurit bisa dikumpulkan Tunggulsaka karena mereka masih percaya pada ketulusan bekas senapati itu pada Kerajaan Karangtirta. Dengan menyatunya para prajurit yang tersebar di seluruh wilayah Karangtirta, maka Suro Joyo dan Tunggulsaka bisa menggempur para pemberontak.”Yang dikatakan Kisanak Suro Joyo itu memang benar, Pangeran,” kata Tunggulsaka. “Tugas kita bersama belum selesai. Para pemberontak yang hampir saja meng
Baca selengkapnya

Pertempuran di Tengah Belantara

Kata-kata Ganggayuda sebenarnya menyinggung perasaan Nilawangi. Nilawangi merasa harga dirinya sangat direndahkan. Ganggayuda berada dalam puncak kemarahannya. Dia lepas kendali dalam mengeluarkan kata-kata. Dia tak menyadari bahwa kata-kata yang diucapkan bisa menyinggung perasaan orang lain.Meskipun Nilawangi anak buah setia, tapi dia punya hati juga. Nilawangi punya perasaan. Hati dan perasaan Nilawangi menjerit dan meronta. Hati dan perasaan Nilawangi tidak terima dikata-katai seperti itu.Ganggayuda mengatakan seolah-olah Nilawangi hanya pantas menjadi istri simpanan daripada sebagai pendekar wanita tangguh. Sungguh sombong sekali Ganggayuda itu. Dia memandang Nilawangi seolah-olah hanya pantas menjadi istri simpanan, bukan pendekar wanita yang hebat. Padahal banyak anak buah Ganggayuda yang tahu bahwa Nilawangi memiliki ilmu silat yang sudah sampai tataran tinggi.Sungguh keterlaluan Gusti Patih Ganggayuda. Begitu kata hati Olengpati. Semua teman-teman tahu bahwa Nilawangi buka
Baca selengkapnya

Bertempur untuk Memusnahkan Lawan

Suro Joyo dalam hatinya mengakui bahwa Ganggayuda memang memiliki ilmu silat yang mumpuni. Maka tidak heran kalau dulu Raja Tiyasa mengangkat Ganggayuda sebagai patih di Kerajaan Karangtirta. Ketika tadi Suro Joyo mengatai Ganggayuda dengan kata-kata yang merendahan, itu sebenarnya hanya untuk membuat mental lawannya turun. Benar-benar Ganggayuda memiliki banyak jurus tangan kosong yang sulit ditandingi. Kata Suro Joyo dalam hati. Ganggayuda ternyata juga mempunyai jurus-jurus simpanan yang tidak bisa dianggap enteng. Tidak heran kalau banyak lawan Ganggayuda yang tewas di tangannya karena bekas patih ini memiliki pola serangan yang sulit ditebak. Sekarang Suro Joyo menang posisi karena mempunyai pasukan lebih banyak dibandingkan anak buah Ganggayuda yang semakin berkurang. Namun pendekar yang terkenal sebagai pengembara itu tidak mau menyepelekan lawan. Selama ini Suro Joyo memang tidak pernah menyepelekan lawannya. “Wooo…, ternyata kamu hebat juga!” kata Suro Joyo sambil menghenti
Baca selengkapnya

Melawan Tujuh Ganggayuda

Suatu saat Banaswarih melenting tinggi di udara saat menghindari tombak pendek yang disabetkan lawan. Ketika tubuhnya berada di ketinggian, secara cepat dia memutar tubuh sambil menghantakan ujung kaki kanan ke wajah Jegonglopo. Jegonglopo tersorong ke belakang beberapa tombak. Pandangan matanya sedikit kabur. Dia mundur beberapa langkah untuk pasang kuda-kuda untuk menghadapi serangan susulan. “Ternyata hanya sampai di situ kemampuanmu, Jegonglopo,” kata Banaswarih. “Kamu tidak mungkin bisa merebut tahta Kerajaan Karangtirta! Sebelum semuanya terlanjur, lebih baik kamu menyerah saja! Segala kesalahanmu akan kumaafkan dan kamu bisa hidup sebagai rakyat Karangtirta asalkan tidak melakukan perbuatan jahat lagi.” “Huahahaha…, jangan sok bijak dan telah merasa memenangkan pertempuran, Banaswarih!” kata Jegonglopo dengan nada sinis. “Kamu belum tahu kemampuanku sebenarnya! Tidak ada keinginan dari Jegonglopo untuk menyerah kepada lawan yang punya kemampuan di bawahnya.” Jegonglopo menyer
Baca selengkapnya

Tidak Mudah Mengalahkan Pemberontak

“Hm…, ternyata Ganggayuda menggunakan cara yang licik untuk memperdaya lawan,” gumam Suro Joyo pada diri sendiri. “Dia bukan hanya ingin membunuhku, tetapi juga ingin mencari korban dari pihak lawan sebanyak-banyaknya. Tidak mudah bagiku untuk menghadapi tantangannya.”Suro Joyo merasa miris ketika memikirkan tentang orang-orang semacam Ganggayuda yang tega melakukan kekejaman dalam bentuk apa pun demi memenuhi keinginannya. Ganggayuda sampai hati mengobarkan perang saudara sesama rakyat Karangtirta demi merebut tahta yang bukan haknya.Tahta Kerajaan Karangtirta adalah milik Raja Tiyasa secara sah. Tahta Kerajaan Karangtirta tidak bisa diberikan kepada orang lain selain keturunan Raja Tiyasa, yakni Banaswarih. Namun Ganggayuda yang telah lama memendam ambisi untuk mendapatkan tahta Kerajaan Karangtirta, melakukan pemberontakan.Ganggayuda telah menghimpun kekuatan dari berbagai kalangan, utamanya kalangan perampok. Selain itu, Ganggayuda mempengaruhi para pendekar yang ingin mendapat
Baca selengkapnya

Mencari Kelemahan Lawan

Kali ini kamu tidak akan bisa menghindari seranganku, Tunggulsaka! Begitu kata Olengpati dalam hati. Kamu bakalan mampus sekarang!Tunggulsaka terlihat tenang. Sebagai senapati andalan Kerajaan Karangtirta, tentunya dia bukan sembarang orang. Tunggulsaka bukan sembarang prajurit. Dia bukanlah senapati yang bisa dianggap enteng dan disepelekan. Selama dirinya menjadi senapati Kerajaan Karangtirta, sudah banyak pertempuran dia alami. Maka ketika sekarang dirinya bertempur melawan pemberontak, pembawaannya tenang. Begitu juga ketika bertarung satu lawan satu, tidak terlihat grogi atau pun panik.Ketika tubuh lawan sema kin dekat, Tunggulsaka hanya melemparkan diri ke kanan. Dia menghindari sabetan golok Olengpati yang meluncur cepat. Bahkan sabetan golok Olengpati sangat cepat untuk membabat sasaran.Wuuut!Olengpati yakin bahwa golok di tangannya berhasil mengena sasaran. Olengpati merasa bahwa goloknya berhasil menuntaskan pertempuran. Kemenangan dalam genggaman. Begitu rangkaian kata
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status