Home / Romance / Neraka untuk Adik Madu / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Neraka untuk Adik Madu: Chapter 71 - Chapter 80

90 Chapters

Bab 71

Pov Author***Jantung Pandu seketika berdebar lebih kencang, pun juga dirasakan oleh Lidya saat melihat dua orang lelaki bertubuh tegap dan berseragam khas seorang polisi itu berdiri di depannya. Sesaat Lidya dan Pandu saling berpandangan, mereka menelan salivanya dengan begitu susah payah. Tentunya dengan jantung yang berdetak lebih kencang, bergegas Pandu mengangkat kakinya kuat-kuat lalu berlari sekuat tenaganya. Meninggalkan Lidya yang hanya berdiri mematung. Sepasang kaki perempuan itu serasa menancap dengan kuat di lantai berkeramik putih itu. Bahkan, terlihat dengan jelas tubuh perempuan itu bergetar karena rasa takut yang terasa mencekik. Berbeda dengan kedua lelaki berseragam polisi itu, menyadari targetnya tengah berusaha kabur, dengan cepat mereka mengejar ke mana arah larinya si target. "Berhenti!" teriak salah satu polisi. Teriakan itu tertangkap di telinga Pandu, namun ia tak memperdulikannya. Pandu terus berlari dan berlari. Kali ini yang ada di kepalanya hanya
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 72

Pov Vita***Terjadi aksi tarik menarik pada bonekah yang dikira Mas Pandu adalah Daffa. Bagaimana bisa lelaki itu tidak merasa curiga? Padahal seharusnya ia bertanya-tanya, kenapa bayi tidak menangis padahal tubuhnya ditarik seperti itu. Andai kata itu beneran Daffa, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kerasnya Daffa menangis. Sebenarnya masih ingin bermain-main dengan Mas Pandu, bersandiwara seolah-olah aku terkejut akan kedatangan orang asing yang memakai topi sekaligus masker. Akan tetapi apa boleh buat, Mas Pandu mendorong tubuhku hingga terjengkang lalu terjadi benturan di area kepalaku. Tidak sakit, namun terasa sedikit nyeri. Kuluruhkan tubuhku ke lantai, aku mengulurkan tanganku ke arah Mas Pandu dengan berucap, "kembalikan Daffa."Hingga pada akhirnya, perlahan aku mulai berpura-pura untuk memejamkan mataku. Terdengar derap langkah berlari saat Bibik datang dan memergokinya. Padahal, memang itu salah satu bagian sandiwara di antara kami. "Bu ... Bu Vita." Terasa Bib
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 73

Saat motor itu mulai melaju dan keluar dari area apotek, bergegas aku menghidupkan mesin mobil. Cepat aku mengemudikan dan mengikuti ke mana arah motor itu melaju. Kini kendaraanku berada tepat di belakang roda dua yang melaju itu. Kendaraan roda dua yang dinaiki oleh Mbak Ratih selaku penjaga kontrakan yang berhasil membawa kabur uang itu. Aku ingat, memang Mbak Ratih dulu pernah mengatakan Jika ia berasal dari kota yang sama denganku. Cuma aku tak pernah bertanya mendetail soal asal-usulnya itu. Dan sekarang aku di pertemukan lagi oleh Mbak Ratih. Kami pun juga jarang sekali untuk berkomunikasi, ia menghubungiku jika para penyewa kontrakan itu telah membayar uang sewa dan mengabariku jika uang itu sudah dia transfer ke rekeningku. Selebihnya kami tidak pernah saling berbalas pesan. Kemarin setelah mendapatkan kan kabar dari para penyewa kontrakan itu, aku sudah menghubungi Mbak Ratih beberapa kali. Akan tetapi semua itu percuma karena nomorku telah diblokir oleh Mbak Ratih. Tak
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 74

Pov Lidya**"Aaaa tidak! Lepaskan aku lepas!" Aku memekik ketakutan saat tangan berbulu dan perut yang membuncit dan hanya menggunakan celana kolor itu merabai seluruh tubuhku. Ada perasaan jijik dan mual saat membayangkan kalau aku harus melayani si bandot tua ini. Deru napas lelaki itu terdengar begitu memburu, bahkan rasa mual itu semakin menjadi saat hembusan napas lelaki itu menyapu tengkuk leherku.Di sinilah aku sekarang, di tempat yang asing dan jauh dari jangkauan mata manusia umum. Sebab, hanya orang-orang berduitlah yang bisa memasuki tempat ini. Air mataku terus mengalir deras membasahi kedua pipiku tanpa bisa dikendalikan. Tubuh bandot tua ini terus saja menghentak area intimku dari atas. Masih teringat jelas saat mami Zesy memaksaku untuk memakai pakaian seksi dan meriasku sedemikian rupa hingga merubah wajahku menjadi secantik artis papan atas. "Mery! Cepat kau dandani perempuan ini, aku gak mau lihat dia kucel dengan wajah masamnya itu!" pekik mami Zesy pada seor
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 75

Pov Papa Pandu**"Bagaimana dengan operasinya, Dok?" Dengan cepat pertanyaan itu kulontarkan saat melihat dokter telah keluar dari ruang operasi yang menangani Pandu. Ponsel yang ada di genggamanku langsung kumasukkan ke dalam saku celana setelah kumatikan sambungan telepon dengan Vita. "Alhamdulillah, operasi berjalan dengan lancar. Tinggal menunggu pasien siuman," jelas dokter tersebut. Aku menghela napas lega lalu kuusap wajahku dengan kedua tanganku.Tangis Heny– istriku tak hentinya meraung-raung. Bahkan, berkali-kali Heny bersimpuh di kaki kedua polisi yang menjaga Pandu di luar ruangan bersama kami. "Pa ... tolong bebaskan Pandu. Berikan pengacara terbaik," ucap Heny yang tak hentinya membujukku sembari memegang lenganku. "Saya permisi dulu. Mari ...," pamit lelaki berpakaian khas seorang dokter tersebut. Selang beberapa jam, keadaan Pandu semakin membaik. Ia telah sadar dan dipindah alihkan ke ruang rawat inap. Aku dan Heny menunggunya, tak lupa ada dua orang polisi ya
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 76

Pov Pandu***Di sini lah aku sekarang, duduk meringkuk di pojok sel tahanan meratapi nasib yang menimpa diriku. Sudah kehilangan satu biji telorku, ditambah dengan menggunakan baju yang bertuliskan tahanan pada bagian belakang punggungku. Entahlah ... kehancuran ini dimulai kala aku membawa masuk ke dalam tempat tinggalku bersama Vita. Sekarang yang ada di kepalaku adalah keadaan Lidya. Entah di mana Lidya sekarang berada. Jika ia masih di kontrakan, tentu ia akan sering mengunjungiku di rumah sakit waktu itu, namun Lidya sekali pun tak menjengukku. Hal itu tentu saja begitu menggangguku. Pikiran ini terus memikirkan keadaan Lidya yang entah di mana rimbanya. Tak mengapa jika ia kembali lagi bersama orangtuanya dan lebih memilih meninggalkanku daripada ia harus berada dalam kungkungan Tante Zessy."Ada pengunjung," ucap penjaga yang menjaga sel tahanan ini yang seketika menyadarkanku dari lamunan."Siapa, Pak?""Lihat saja sendiri!" ketus penjaga lapas berkumis tebal dan berperu
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 77

Pov Lidya**"Lid, besok sudah mulai bekerja lagi. Kau mengerti? Besok sudah ada yang booking kamu," ucap Mami Zessy yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu, entah kapan pintu itu terbuka aku tak tahu, karena posisiku memunggungi keberadaannya.Sudah satu minggu lamanya kejadian itu berlalu, namun masih terekam jelas di ingatanku. Kejadian di mana Mami Zessy melelang tubuhku dengan harga tiga puluh juta. Hari itu, hari yang benar-benar membuatku terpuruk dan begitu hancur. Tak pernah terlintas dalam benakku kalau aku akan melewati hari-hari sebagai seorang wanita pemuas napsu para lelaki itu hidung belang. Setelah kejadian itu aku hanya bisa meratap dan menangisi nasib malang yang menimpa diriku. Hari-hariku penuh dalam linangan air mata. Andai, andai dan andai. Entah siapa yang harus kusalahkan dalam hal ini. Setelah hari itu berlalu, Mami Zessy memberikanku kesempatan untuk memulihkan tubuhku selepas aku melayani tamu kemarin selama satu minggu. Dan satu minggu itu kini telah
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 78

"Darah!" pekik Indah sembari jemarinya menunjuk ke arahku. Aku mengedarkan pandang ke arah yang ditunjuk, terlihat darah segar mengalir melewati sela-sela kedua pahaku yang seketika membuatku membelalakkan kedua netraku. Area perutku semakin terasa seperti diremas-remas, sakit. Apalagi di bagian pinggang serasa ada yang menusuk-nusuknya. Aku meringis kesakitan, sesekali kugigit bibir bagian bawah saat rasa nyeri semakin menjadi. Rasanya begitu sakit. Sakit sekali. Baru kali ini aku merasakan rasa sakit yang amat luar biasa. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitku. Tubuhku sedikit membungkuk dengan tangan meremas area perutku sembari mengeluarkan rintihan kesakitan. "Ayo kita balik. Kamu masih bisa jalan kan?" tanya Indah. Terlihat gurat kekhawatiran pada wajah itu. "Aku bantu jalan ya," ucap Indah yang kubalas dengan anggukan. Akhirnya aku mulai berjalan, tentunya dengan tubuh yang tertopang oleh tubuh Indah. Rasa sakit ini semakin menjadi hingga membuat langkah ini
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 79

Pov Papa Lidya"Memang anakmu itu nggak bisa diatur sama sekali!" teriakku pada Hana– istriku. Perempuan hanya bisa menunduk sembari menautkan kedua tangannya ke depan. Terlihat perempuan itu telah memainkan ke sepuluh jemarinya. Mungkin ingin menutupi ketakutannya karena menyaksikan kemarahanku yang sangat luar biasa."Entah gimana pikiran anakmu itu. Sudah dicarikan lelaki yang berduit, malah kabur memilih si Pandu yang kere itu. Apa coba yang diharapkan dari lelaki itu?" ucapku dengan geram.Bagaimana tidak marah jika anak yang sudah diberikan kesempatan untuk hidup enak malah memilih neraka untuk masa depannya. Ia malah memilih menjadi PSK sebagai alat pelunas hutang. Sebagai orangtua tentu tak terima jika anaknya hidup sengsara. Bukankah lebih baik menjadi istri ke lima, tapi hidup penuh dengan bergelimang harta daripada hidup sengsara bagaikan di neraka? Toh meskipun menjadi istri kelima, Pak Gunawan bisa bersikap adil. Selain itu Pak Gunawan pasti bisa menjaga Lidya.Jika h
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 80

"Aku istirahat dulu," pamit Parjo sembari bangkit dari tempat duduknya. "Pikirkan usulanku tadi. Lelaki tua itu telah mempermalukanmu pada mereka. Kau telah ditertawakan oleh tetangga-tetanggamu saat diusir dengan begitu hinanya," ucap Parjo sembari menepuk pelan pundakku. Terlihat Parjo melangkah meninggalkanku yang masih duduk termangu di kursi yang ada di teras rumah sembari menatap jalan raya yang telah terlihat sepi. Aku menghela napas berat lalu aku bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam rumah dan langsung berjalan menuju ke kamar yang telah ditempati oleh Hana. Saat pintu itu terbuka, terlihat Hana sedang duduk dengan pandangan kosong menatap ke arah tembok kamar. "Belum tidur?" Perempuan itu tersentak kaget saat mendengar ucapanku. Sesaat kemudian netranya memandang ke arahku yang berjalan mendekat ke arahnya. Aku menghempaskan tubuhku duduk di samping Hana. Aku menoleh ke arah jam yang menggantung di dinding, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Ter
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status