Semua Bab PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU: Bab 61 - Bab 70

122 Bab

BAB 61 KEBAYA YANG SAMA SEPERTI MILIK MBAK SITI

Aku yang terkejut melihat kebaya yang ada di tanganku saat ini kemudian membukanya dan melihatnya secara teliti. Ternyata kebaya yang aku pegang saat ini sama dengan kebaya milik Mbak Siti yang aku lihat waktu itu.Apakah itu artinya Mina tahu bahwa Mbak Siti akan dijadikan tumbal oleh Bu Darmi, ataukah Mina juga diberi kebaya yang sama seperti milik Mbak Siti oleh Bu Darmi?Karena tidak ingin hanyut dalam pikiranku sendiri, aku akhirnya membawa kebaya yang ada di tanganku saat ini dan mencari Sri dan Mina kembali.“Aryo, apa kamu ada di sini?” panggilku ketika aku keluar dari rumah dan menuju hutan di mana Mbak Siti pergi sebelumnya.Karena tidak mendengar atau menemukan Aryo di sekitar hutan. Aku lalu menerus melangkahku menuju rumah yang ada di hutan ini. Tapi ketika aku sampai di dekat rumah itu, rumah itu terlihat sepi dan tidak ada yang menjaga seperti sebelumnya ketika aku melihat dengan Aryo.“Mina, Sri, kalian di mana? Ap
Baca selengkapnya

BAB 62 PERGI DARI DESA

“Itu apa, Aryo? Cepat katakan kepadaku!” ucapku sedikit memaksa Aryo. Karena aku sudah sangat penasaran bagaimana dia bisa tahu tentang hal itu.“Sudahlah, Cempaka. Kita tidak perlu membahas dari mana aku tahu hal itu. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah berkemas dan pergi dari desa ini secepat mungkin,” jawab Aryo.“Tidak akan! Aku tidak akan pergi sebelum kamu memberitahuku dari mana kamu mendapatkan berita itu, Aryo. Bisa saja kamu sengaja mengarang cerita itu agar aku tidak membantu Mina dan Sri,” tolakku tak mau kalah dengan Aryo.“Terserah apa katamu, Cempaka. Aku sudah memperingatkanmu. Jadi bila terjadi apa-apa, jangan memanggilku lagi. Karena mulai detik ini aku tidak bisa membantumu lagi bila Pangeran Dayu sudah turun tangan sendiri,” tegas Aryo.Aryo kemudian pergi setelah mengatakan hal itu, dan tidak menoleh lagi ke arahku.“Aryo, tunggu!” teriakku sambil mengejar Aryo.Aryo masih saja mengacuhkanku, dan itu membuatku kesal sekaligus menyesal.“Aryo, berhenti!” bentak
Baca selengkapnya

BAB 63 BERBOHONG SEKALI LAGI

Aku yang sedang memasukkan baju ke dalam tas langsung menghentikan apa yang sedang aku lakukan, dan meminta Risma untuk masuk ke dalam kamarku.“Ada apa, Risma? Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?” jawabku sambil membereskan kembali pakaianku dan tasku, lalu meletakkannya kembali ke dalam lemari.“Apa kamu akan pergi, Cempaka?” tanya Risma yang masih berdiri di depan pintu, dan itu membuatku terdiam.Risma kemudian bertanya sekali lagi kepadaku apakah aku akan pergi, dan aku tidak tahu harus menjawab apa. Karena bila aku mengatakan iya, maka Risma akan tahu kalau aku memang akan pergi dari tempat ini, dan itu artinya aku melanggar janjiku kepada Aryo.Untuk beberapa saat aku diam memikirkan jawaban apa yang akan aku katakan kepada Risma, dan aku memilih untuk berbohong sekali lagi.“Tidak, Risma. Aku hanya sedang menyimpan pakaian yang diberikan Mbak Siti kepadaku saja. Karena aku tidak sanggup untuk melihatnya, ka
Baca selengkapnya

BAB 64 PENGUBURAN MBAK SITI

Tanpa menunggu persetujuanku, Aryo langsung menarikku dan membawaku menjauh dari kerumunan orang yang sedang berkumpul di rumah Bu Darmi.“Memangnya ada apa, Aryo? Mengapa kita tidak bisa berada di sana? Apa ini ada hubungannya dengan Pangeran Dayu? Apa dia berada di sana?”“Bukan dia yang ada di sana, Cempaka. Tapi orang suruhannya yang datang, dan aku tidak tahu apa tujuan orang itu datang ke tempat itu.”“Tapi bagaimana kamu bisa tahu, Aryo? Apa kamu melihatnya sendiri?”“Apa kamu sudah lupa siapa aku sebenarnya, Cempaka? Wujudku sekarang memang manusia seperti kalian, tapi bukan berarti aku tidak bisa mengetahui hal-hal yang tidak kalian ketahui.”Apa yang Aryo katakan memang benar, dan aku selalu saja lupa siapa Aryo sebenarnya bila sudah seperti ini. Siapa akan mengira pria tampan di depanku ini bukan manusia seperti kami?Parasnya yang tampan dengan tubuh yang tegap sebagai manusia, membuatku terlihat seperti seorang pangeran atau putra bangsawan.“Sekarang lebih baik kita sege
Baca selengkapnya

BAB 65 BERTEMU DENGAN SRI

Aku yang tidak tahu siapa yang memanggilku tadi lalu menengok ke sekitarku, dan aku yakin sekali tadi adalah suara seorang wanita.“Cempaka,” panggil orang itu lagi.Aku yang masih mencari siapa yang memanggilku lalu manatap sekitar lagi, dan pandanganku lalu terpaku pada seseorang yang menutup kepalanya dengan kain yang berdiri di balik pohon tak jauh dari tempatku berada.“Aryo, ayo kita ke sana,” ajakku masih sambil menatap orang yang menjadi pusat perhatianku.Orang yang berdiri di balik pohon itu langsung berbalik ketika aku mendekatinya, dan aku langsung menarik tangannya untuk menghentikannya.“Siapa kamu?” tanyaku sambil menatap orang yang berdiri membelakangiku.Orang itu lalu berbalik dan menurunkan sedikit kain yang menutupi wajahnya, dan aku benar-benar terkejut begitu melihat siapa yang sedang berdiri di depanku.“Sri? Apa benar ini kamu?” tanyaku yang masih tidak percaya sambil memegang kedua bahunya.“Iya, Cempaka. Ini aku Sri temanmu,” jawab Sri.Aku langsung memeluk
Baca selengkapnya

BAB 66 KEBERADAAN MINA

Aku yang tidak bisa memaksa Sri untuk segera memberitahuku hanya bisa menunggu dia untuk memberiku jawaban. Karena ketika dia menyebut nama Mina, wajah Sri terlihat ketakutan.Bahkan, keringatnya pun ikut turun bersamaan dengan tangannya yang menggenggam erat tanganku.“Mina menghilang, Cempaka.” Ucap Sri tiba-tiba setelah terlihat tenang.“Menghilang? Apa maksudmu menghilang, Sri?”“Ketika kamu pergi, Mina masuk ke dalam kamarnya, Cempaka. Dan ketika aku mencarinya, aku tidak menemukannya, dan aku hanya menemukan kebaya yang sama dengan punya Mbak Siti saja tergeletak di lantai,” jelas Sri.“Kebaya?” ucapku sambil berusaha mengingat.“Iya, Cempaka. Kebaya putih yang Bu Darmi berikan kepada Mbak Siti itu sama dengan kebaya putih milik Mina.”Apa yang Sri katakan, sama dengan apa yang aku lihat ketika mencari mereka berdua. Apakah itu artinya?“Sri, memangnya kamu
Baca selengkapnya

BAB 67 CAHAYA DI BALIK POHON

“Ada apa, Cempaka? Kenapa kamu berhenti?” tanya Sri.“Itu, Sri. Lihat ke sana,” jawabku sambil menunjuk ke arah cahaya yang aku lihat.“Apa maksudmu, Cempaka? Ada apa di sana? Aku tidak melihat apa-apa di sana.”“Itu, Sri. Ada cahaya di balik pohon itu,” jawabku sambil menunjukkan pohon yang aku maksud.Sri yang ada di sampingku terlihat binggung dengan apa yag aku maksud. Sehingga aku lalu memintanya untuk berada di depanku dan aku lalu menunjukkan cahaya yang aku maksud.“Apa kamu melihatnya, Sri?” “Iya, Cempaka. Aku baru bisa melihatnya, tapi itu apa?”“Aku juga tidak tahu, Sri. Tapi bila di lihat dari cahaya itu, sepertinya di sana seperti sebuah perkampungan.”“Apa kamu yakin itu perkampungan, Cempaka? Bagaimana bila itu tempat tinggal orang-orang tadi?”Aa yang Sri katakan memang ada benarnya, tapi aku yakin sekali itu adalah perkampungan. Karena cahaya yang aku lihat itu sangat terang dan tidak hanya satu.“Sri, bagaimana bila kita ke sana dan memastikannya?”“Apa? Ke sana, Ce
Baca selengkapnya

BAB 68 JAKA PURNAMA

Aku, Sri dan pria yang ada di depanku kemudian menoleh ke arah pria tua yang menyelaku, dan pria itu adalah pria tua yang menjadi pusat perhatianku tadi.“Mereka orang yang tersesat di hutan ini, Pak.” Jawab pria yang ada di depanku.“Tersesat?” jawab pria tua itu.Pria tua itu lalu menatap kami tajam, dan melihat kami dari atas hingga ke bawah, dan itu membuatku tidak nyaman.“Bawa mereka ke rumah kita, Jaka.” Ucap pria tua itu, dan dia langsung pergi setelah mengatakan hal itu.“Ayo kalian ikut denganku,” ucap pria yang sepertinya bernama Jaka itu.Aku dan Sri lalu saling menatap satu sama lain. Karena kami tidak bisa langsung percaya dengan pria itu.“Aku tidak akan menyakiti kalian, aku hanya ingin kalian beristirahat di rumahku saja,” ucap pria itu sambil memandang kami.“Bagaimana, Sri?” bisikku.“Iya, Cempaka.” Jawab Sri sambil men
Baca selengkapnya

BAB 69 DUPA DI KAMAR

“Bukankah ini dupa? Untuk apa dupa di letakkan di sini?” ucapku setelah melihat lebih dekat benda itu.Aku yang merasa janggal dengan dupa itu lalu berusaha untuk memegangnya, tapi hembusan angin dari jendela membuat asap dupa yang ada di depanku mengenaiku, dan itu membuatku pusing dan mataku langsung gelap.***“Ajeng, ayo bangun. Cepat tinggalkan kampung itu. Kamu tidak boleh berada di sini, Nak.” Terdengar suara Ki Joko di telingaku.Mendengar suara Ki Joko, aku lalu membuka mataku yang terasa berat. Tapi bukan Ki Joko yang aku lihat ketika membuka mata, melainkan Sri.“Akhirnya kamu sadar juga, Cempaka. Aku sangat khawatir kamu kenapa-kenapa,” ucap Sri dengan mata berkaca-kaca, dan dia lalu memelukku.“Sudah, Sri. Aku tidak apa-apa. Memangnya apa yang terjadi tadi padaku?”“Kamu tadi tidak sadarkan diri, Cempaka.” Jawab Sri setelah melepas pelukannya.“Apa? Tidak sadarkan diri?” ucapku tidak percaya.“Iya, Cempaka. Untung saja aku tadi segera menemukanmu. Kalau tidak, aku tidak t
Baca selengkapnya

BAB 70 RITUAL DI TENGAH PERKAMPUNGAN

“Sri, Cempaka, apa kalian sudah tidur?” panggil Jaka dari balik pintu.Karena tidak ingin ketahuan oleh Jaka bahwa aku melihat kejadian tadi, aku segera kembali ke tempat tidurku dan berpura-pura tidur.“Sri, Cempaka, apa kalian mendengarku,” panggil Jaka lagi.Aku yang masih berpura-pura tidur berusaha untuk tetap diam, dan tak lama setelah tidak mendapat jawaban dari kami berdua, terdengar suara pintu terbuka.“Den Jaka, aden dipanggil bapak,” terdengar suara Mbok Pon memanggil Jaka.Setelah suara Mbok Pon menghilang, aku tidak mendengar suara Jaka menjawab Mbok Pon, tapi yang aku dengar malah suara pintu yang sepertinya ditutup.“Siapa mereka sebenarnya?” ucapku setelah membuka mataku dan duduk di tepi tempat tidurku.Aku yang tidak bisa tidur lagi, terus saja memikirkan apa yang aku lihat tadi, dan aku langsung teringat dengan suara Ki Joko yang memintaku untuk segera pergi dari temp
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status