All Chapters of PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU: Chapter 51 - Chapter 60

122 Chapters

BAB 51 PRIA YANG MENCARIKU

Orang yang sedang mencariku itu sekarang sedang dikerumuni oleh beberapa wanita yang ada di warung ini. Bahkan sekarang untuk melihat wajahnya secara jelas saja aku hampir tidak bisa, tapi aku masih ingat sekali bagaimana wajah dan bentuk tubuh dari orang itu.“Cempaka, ada apa denganmu? Apa kamu kenal dengan pria itu?” tanya Mbak Siti menyadarkanku.“Tidak, Mbak. Aku tidak mengenalnya,” jawabku berbohong tanpa memandang Mbak Siti dan masih menatap pria yang duduk di ujung warung ini.“Benarkah kamu tidak mengenalnya, Cempaka? Kalau kamu tidak mengenalnya, mengapa dia bisa tahu kamu bekerja di sini?”Pertanyaan Mbak Siti membuatku menoleh ke arahnya, dan aku lalu mengatakan kepadanya bahwa aku benar-benar tidak tahu siapa dia, dan mungkin saja dia hanya pelanggan di warung Bu Darmi ini dan dia mengenalku dari warung ini.“Apa kamu yakin dia pelanggan kita, Cempaka? Karena sepertinya baru kali ini mbak melihat pria itu datang ke sini.”“I –Iya, Mbak. Dia pelanggan kita dan dia juga per
Read more

BAB 52 NAMAKU SEKARANG ADALAH CEMPAKA

Aryo hanya tersenyum begitu aku melontarkan pertanyaan itu, dan dia lalu duduk di salah satu pohon patah yang ada di hutan di mana kami berada saat ini.“Duduklah di sini, Ajeng. Aku akan menceritakan semuanya,” jawab Aryo.Ada rasa enggan ketika aku akan duduk di samping Aryo. Jadi aku memilih untuk tetap berdiri dan mendengarkan cerita Aryo tentang bagaimana dia tahu bahwa aku adalah Ajeng.Ternyata pria itu tahu karena dia mengintip selama aku melakukan ritual bersama akik dan ninik, dan itu juga tanpa sepengetahuan akik dan ninik.Bahkan ketika aku pergi dan sudah mengganti identitasku dan wajahku, dia juga tahu dan masih mengikutiku hingga aku keluar dari desa hutan terlarang.Namun karena tugasnya sebagai pangeran tidak bisa dia tinggalkan dan abaikan, dia tidak bisa mengikutiku lagi. Tapi dia lalu meminta anak buahnya untuk mengikutiku hingga saat ini, dan dari anak buahnya itulah dia tahu di mana aku berada saat ini dan apa yang terjadi padaku.“Tunggu dulu, Aryo. Apa maksudmu
Read more

BAB 53 BUKAN ULAR HUTAN BIASA

“Makam? Makam apa yang kamu maksud, Aryo?” jawabku berpura-pura tidak mengerti.“Tidak usah berpura-pura, Cempaka. Kamu tahu apa yang aku maksud. Jadi jangan berpura-pura lagi dan jelaskan kepadaku itu makam siapa,” ucap Aryo sambil mendekaatkan wajahnya dan menatapku dengan tatapan yang serius.Aku yang masih tidak tahu harus menjawab apa pada Aryo hanya diam membeku menatapnya kembali, dan kedua mata kami saat ini saling menatap satu sama lain seperti mencari jawaban dari pertanyaan kami masing-masing.Apakah aku harus menceritakan yang sebenarnya kepada Aryo, ataukah aku harus mengarang cerita tentang makam Ajeng itu seperti yang aku lakukan pada Pak Dirga?Pikiranku benar-benar kacau dan aku tidak tahu harus mempercayai Aryo atau tidak. Karena di dalam hatiku aku juga takut yang berdiri di hadapanku saat ini bukanlah Aryo yang asli, tapi orang suruhan Pangeran Dayu yang menyamar menjadi Aryo.Tapi cara bicara dan perilaku Aryo saat ini sama seperti Aryo yang aku kenal sebelumnya.
Read more

BAB 54 BAJU KEBAYA PUTIH

Mbak Siti dan juga Sri terlihat binggung dengan sikapku, dan mereka kemudian saling memandang lalu memandangku.“Ada apa denganmu, Cempaka? Mengapa kamu seperti terkejut seperti itu?” tanya Mbak Sri.“Ti –tidak, Mbak. Aku tidak terkejut kok,” elakku berusaha menutupi rasa terkejutku, “Aku hanya heran saja, kok Bu Darmi memberikan mbak baju kebaya putih seperti itu. Itu ‘kan seperti baju kebaya pengantin,” lanjutku.“Betul apa yang kamu katakan, Cempaka. Aku kok juga merasa seperti itu ya, aneh sekali,” tambah Sri.“Awalnya aku juga heran sama seperti kalian, tapi kata Bu Darmi kebaya ini cucok untukku dan acara yang akan kami hadiri besok lusa. Jadi aku akhirnya menerima apa yang Bu Darmi berikan. Lagi pula kebaya ini sangat bagus dan juga mahal, makanya aku tidak menolak,” jelas Mbak Siti.“Iya sih, Mbak Siti. Apa yang mbak katakan memang benar, tapi apakah mbak enggak merasa aneh Bu Darmi membelikan mbak baju mahal begitu. Karena setahuku, walaupun Bu Darmi baik kepada kita, tapi di
Read more

BAB 55 APA YANG SEBENARNYA TERJADI TADI, SRI?

“Cempaka, aku takut. Apa Mbak Siti atau orang yang di luar tadi mendengar apa yang aku katakan?” ucap Sri dengan suara bergetar sambil menatap ke arah langit-langit kamarku.“Orang? Orang apa maksudmu, Sri?” tanyaku sambil menatap Sri yang masih memelukku.Bukannya jawaban yang aku dapat dari Sri, tapi suasana kamarku tiba-tiba menjadi sangat aneh. Karena lampu di kamarku jadi bergoyang ke sana kemari dan hidup nyala, dan itu membuat Sri tambah memelukku.“Ce –Cempaka, apa kita akan mati?” ucap Sri tiba-tiba.Aku yang masih menatap sekitar, langsung menatap Sri ketika dia mengatakan sesuatu yang menggangguku. Karena tidak mungkin kami akan mati hanya karena hal seperti ini saja.“Apa yang kamu katakan, Sri? Jangan berlebihan seperti itu! Kita tidak akan mati, tidak akan!” jawabku berusaha menenangkan Sri, padahal aku sendiri juga takut.“Nak Ajeng, baca apa yang akik pernah berikan kepadamu, dan jangan membuka matamu sampai kamu selesai membacanya,” tiba-tiba terdengar suara akik sepe
Read more

BAB 56 MENGIKUTI MBAK SITI

“Siapa kamu?” tanyaku tanpa berani menoleh ke belakang.Keringat dingin mengucur ke seluruh wajahku ketika hembusan angin menerpa tengkukku, dan bulu kudukku pun ikut berdiri.Karena masih tidak berani menengok ke belakang aku hanya diam dan menutup mataku. Tapi tiba-tiba sebuah tangan mencengkaram bahuku, dan entah mengapa aku merasa tangan itu tidak seperti tangan orang biasa. Tapi?“Cempaka,” panggil Aryo ketika aku membuka mata.Aku yang terkejut langsung mendorong Aryo menjauh dariku. Rasanya jantungku sudah mau lepas saja dari tempatnya karena ketakutan dan juga terkejut.“Ada apa denganmu, Cempaka. Kenapa kamu mendorongku?” protes Aryo.Karena tidak ingin mengganggu tidur Sri, aku lalu menarik telinga Aryo untuk ikut denganku dan pria itu terus saja merintih kesakitan sampai aku membawanya keluar dari kamarku.“Bagaimana kamu bisa masuk ke kamarku, Aryo? Apa kamu tidak takut ketahuan dan digebukin warga?”Aryo bukannya langsung menjawab pertanyaanku, tapi dia malah tertawa terb
Read more

BAB 57 APAKAH INI SOSOK ASLI BU DARMI?

“Apa semua sudah siap?” tanya Bu Darmi pada salah satu pria yang sedang bersamanya.“Sudah, Bu.” Jawab pria yang berkepala plontos kepada Bu Darmi.“Oh iya, Jang. Apa bapak sudah kemari?”“Sudah, Bu. Dari tadi, dan sekarang berada di dalam bersama dengan Mbak Siti,” jawab pria plontos itu.“Baiklah kalau begitu, sekarang saya masuk dulu. Oh iya jangan lupa minta orang-orangmu untuk berjaga di luar, dan jangan masuk kalau tidak saya suruh,” perintah Bu Darmi dengan nada suara yang tidak seperti biasanya aku dengar.Bu Darmi yang aku kenal biasanya sangat ramah dan suaranya sangat lembut, tapi sekarang terdengar sangat kasar dan juga ketus. Berbanding terbalik sekali, dan itu membuatku terheran-heran.Apakah ini sosok asli Bu Darmi?Setelah Bu Darmi dan dua orang yang bersamanya pergi, aku dan Aryo masih bersembunyi di tempat kami dan mengawasi Bu Darmi pergi, dan wanita tua yang masih cantik itu ternyata masuk ke dalam rumah yang aku lihat tadi.Sedangkan dua orang yang bersamanya tadi
Read more

BAB 58 MENYELAMATKAN SRI

“Apa yang tidak mungkin, Cempaka? Memangnya kamu mengenal siapa wanita yang mereka maksud?”“Aku sangat mengenalnya, Aryo. Dia wanita yang ada di kamarku ketika kamu datang,” jelasku.“Jadi wanita yang mereka maksud itu adalah wanita itu,” ucap Aryo terdengar sedikit terkejut.Aku hanya mengangguk menjawab Aryo. Karena pikiranku saat ini sedang kacau, dan yang ingin aku lakukan saat ini hanya menyelamatkan Sri saja. Sedangkan Mbak Siti, aku juga binggung harus bagaimana dengannya.“Aryo, apa kita juga tidak bisa menyelamatkan Sri?”“Apa maksudmu, Cempaka?”“Kalau aku memang tidak bisa menyelamatkan Mbak Siti, bisakah kita menyelamatkan Sri dari mereka dan Pangeran Dayu?”“Aku tidak yakin kita bisa melakukannya, Cempaka. Apalagi bila temanmu itu sudah mendapatkan baju kebaya dari wanita tua itu,” jawab Aryo sambil menatapku.“Baju kebaya? Apa maksudmu, baju kebaya putih seperti yang digunakan para pengantin, Aryo?”“Hmmm.”“Apa hubungannya baju itu dengan Pangeran Dayu, Aryo?”“Tentu s
Read more

BAB 59 MBAK SITI MENINGGAL

“Ini tidak mungkin! Bagaimana ini bisa terjadi?” ucapku sambil berjalan mundur dengan pandangan kosong.“Apa yang tidak mungkin, Cempaka? Apa yang kamu lihat di depan? Ada apa dengan Mbak Siti?” tanya Sri.Aku yang masih sangat syok melihat Mbak Siti yang sudah menjadi mayat hanya menatap Sri tanpa bisa menjawab apa yang dia tanyakan. Karena bila aku memberitahunya, tentu saja Sri akan sama syoknya denganku bila tahu Mbak Siti meninggal dengan cara mengenaskan seperti itu.Benar-benar tidak bisa dipercaya, Mbak Siti yang tadinya masih baik-baik saja, kini meninggal dengan cara yang mengenaskan seperti itu.Anehnya, mengapa mayatnya bisa berada di depan rumah dan ditemukan warga kalau Mbak Siti tadi sudah pulang lebih dulu dari aku? Apakah tadi Mbak Siti pulang tapi tidak masuk ke dalam rumah, ataukah?Bahkan untuk memikirkan bagaimana Mbak Siti bisa meninggal seperti itu saja sudah membuat bulu kudukku berdiri. Apakah itu karena ulah Bu Darmi dan orangnya ataukah pengeran ular itu?Be
Read more

BAB 60 ULAR DI ATAS TUBUH MBAK SITI

“Ada apa, Cempaka?” tanya Bu Darmi yang ada di sampingku.“I –itu, Bu. A –ada ular,” jawabku masih sambil menatap mayat Mbak Siti.“Ular? Ular apa maksudmu, Cempaka?”“Itu di mayat Mbak Siti ada ular, Bu Darmi.”Bu Darmi yang ada di sampingku lalu membuka kain yang menutupi tubuh Mbak Siti. Tapi begitu kain yang menutupi tubuh Mbak Siti di buka, ular yang aku lihat tadi sudah tidak ada.“Mana ular itu? Kemana dia pergi?” gumamku masih sambil mencari keberadaan ular yang tadi aku lihat.“Tidak ada ular di tubuh Siti, Cempaka? Memangnya kamu tadi meliah ular itu di mana?”“U –ular itu tadi ada di atas dada Mbak Siti, Bu Darmi. Bahkan ular itu juga melilit leher Mbak Siti,” jelasku.“Mungkin kamu berhalusinasi, Cempaka. Tidak ada satu ekor pun ular di atas tubuh Siti, dan tidak ada juga yang melilit lehernya,” ucap Bu Darmi.“Iya, Mbak Cempaka. Tidak ada ular di atas tubuh Mbak Siti,” tambah salah satu warga.“Tadi ada, Bu. Saya melihatnya sendiri,” jawabku berusaha meyakinkan semua oran
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status