Home / Thriller / PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU / BAB 55 APA YANG SEBENARNYA TERJADI TADI, SRI?

Share

BAB 55 APA YANG SEBENARNYA TERJADI TADI, SRI?

Author: List
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Cempaka, aku takut. Apa Mbak Siti atau orang yang di luar tadi mendengar apa yang aku katakan?” ucap Sri dengan suara bergetar sambil menatap ke arah langit-langit kamarku.

“Orang? Orang apa maksudmu, Sri?” tanyaku sambil menatap Sri yang masih memelukku.

Bukannya jawaban yang aku dapat dari Sri, tapi suasana kamarku tiba-tiba menjadi sangat aneh. Karena lampu di kamarku jadi bergoyang ke sana kemari dan hidup nyala, dan itu membuat Sri tambah memelukku.

“Ce –Cempaka, apa kita akan mati?” ucap Sri tiba-tiba.

Aku yang masih menatap sekitar, langsung menatap Sri ketika dia mengatakan sesuatu yang menggangguku. Karena tidak mungkin kami akan mati hanya karena hal seperti ini saja.

“Apa yang kamu katakan, Sri? Jangan berlebihan seperti itu! Kita tidak akan mati, tidak akan!” jawabku berusaha menenangkan Sri, padahal aku sendiri juga takut.

“Nak Ajeng, baca apa yang akik pernah berikan kepadamu, dan jangan membuka matamu sampai kamu selesai membacanya,” tiba-tiba terdengar suara akik sepe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 56 MENGIKUTI MBAK SITI

    “Siapa kamu?” tanyaku tanpa berani menoleh ke belakang.Keringat dingin mengucur ke seluruh wajahku ketika hembusan angin menerpa tengkukku, dan bulu kudukku pun ikut berdiri.Karena masih tidak berani menengok ke belakang aku hanya diam dan menutup mataku. Tapi tiba-tiba sebuah tangan mencengkaram bahuku, dan entah mengapa aku merasa tangan itu tidak seperti tangan orang biasa. Tapi?“Cempaka,” panggil Aryo ketika aku membuka mata.Aku yang terkejut langsung mendorong Aryo menjauh dariku. Rasanya jantungku sudah mau lepas saja dari tempatnya karena ketakutan dan juga terkejut.“Ada apa denganmu, Cempaka. Kenapa kamu mendorongku?” protes Aryo.Karena tidak ingin mengganggu tidur Sri, aku lalu menarik telinga Aryo untuk ikut denganku dan pria itu terus saja merintih kesakitan sampai aku membawanya keluar dari kamarku.“Bagaimana kamu bisa masuk ke kamarku, Aryo? Apa kamu tidak takut ketahuan dan digebukin warga?”Aryo bukannya langsung menjawab pertanyaanku, tapi dia malah tertawa terb

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 57 APAKAH INI SOSOK ASLI BU DARMI?

    “Apa semua sudah siap?” tanya Bu Darmi pada salah satu pria yang sedang bersamanya.“Sudah, Bu.” Jawab pria yang berkepala plontos kepada Bu Darmi.“Oh iya, Jang. Apa bapak sudah kemari?”“Sudah, Bu. Dari tadi, dan sekarang berada di dalam bersama dengan Mbak Siti,” jawab pria plontos itu.“Baiklah kalau begitu, sekarang saya masuk dulu. Oh iya jangan lupa minta orang-orangmu untuk berjaga di luar, dan jangan masuk kalau tidak saya suruh,” perintah Bu Darmi dengan nada suara yang tidak seperti biasanya aku dengar.Bu Darmi yang aku kenal biasanya sangat ramah dan suaranya sangat lembut, tapi sekarang terdengar sangat kasar dan juga ketus. Berbanding terbalik sekali, dan itu membuatku terheran-heran.Apakah ini sosok asli Bu Darmi?Setelah Bu Darmi dan dua orang yang bersamanya pergi, aku dan Aryo masih bersembunyi di tempat kami dan mengawasi Bu Darmi pergi, dan wanita tua yang masih cantik itu ternyata masuk ke dalam rumah yang aku lihat tadi.Sedangkan dua orang yang bersamanya tadi

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 58 MENYELAMATKAN SRI

    “Apa yang tidak mungkin, Cempaka? Memangnya kamu mengenal siapa wanita yang mereka maksud?”“Aku sangat mengenalnya, Aryo. Dia wanita yang ada di kamarku ketika kamu datang,” jelasku.“Jadi wanita yang mereka maksud itu adalah wanita itu,” ucap Aryo terdengar sedikit terkejut.Aku hanya mengangguk menjawab Aryo. Karena pikiranku saat ini sedang kacau, dan yang ingin aku lakukan saat ini hanya menyelamatkan Sri saja. Sedangkan Mbak Siti, aku juga binggung harus bagaimana dengannya.“Aryo, apa kita juga tidak bisa menyelamatkan Sri?”“Apa maksudmu, Cempaka?”“Kalau aku memang tidak bisa menyelamatkan Mbak Siti, bisakah kita menyelamatkan Sri dari mereka dan Pangeran Dayu?”“Aku tidak yakin kita bisa melakukannya, Cempaka. Apalagi bila temanmu itu sudah mendapatkan baju kebaya dari wanita tua itu,” jawab Aryo sambil menatapku.“Baju kebaya? Apa maksudmu, baju kebaya putih seperti yang digunakan para pengantin, Aryo?”“Hmmm.”“Apa hubungannya baju itu dengan Pangeran Dayu, Aryo?”“Tentu s

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 59 MBAK SITI MENINGGAL

    “Ini tidak mungkin! Bagaimana ini bisa terjadi?” ucapku sambil berjalan mundur dengan pandangan kosong.“Apa yang tidak mungkin, Cempaka? Apa yang kamu lihat di depan? Ada apa dengan Mbak Siti?” tanya Sri.Aku yang masih sangat syok melihat Mbak Siti yang sudah menjadi mayat hanya menatap Sri tanpa bisa menjawab apa yang dia tanyakan. Karena bila aku memberitahunya, tentu saja Sri akan sama syoknya denganku bila tahu Mbak Siti meninggal dengan cara mengenaskan seperti itu.Benar-benar tidak bisa dipercaya, Mbak Siti yang tadinya masih baik-baik saja, kini meninggal dengan cara yang mengenaskan seperti itu.Anehnya, mengapa mayatnya bisa berada di depan rumah dan ditemukan warga kalau Mbak Siti tadi sudah pulang lebih dulu dari aku? Apakah tadi Mbak Siti pulang tapi tidak masuk ke dalam rumah, ataukah?Bahkan untuk memikirkan bagaimana Mbak Siti bisa meninggal seperti itu saja sudah membuat bulu kudukku berdiri. Apakah itu karena ulah Bu Darmi dan orangnya ataukah pengeran ular itu?Be

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 60 ULAR DI ATAS TUBUH MBAK SITI

    “Ada apa, Cempaka?” tanya Bu Darmi yang ada di sampingku.“I –itu, Bu. A –ada ular,” jawabku masih sambil menatap mayat Mbak Siti.“Ular? Ular apa maksudmu, Cempaka?”“Itu di mayat Mbak Siti ada ular, Bu Darmi.”Bu Darmi yang ada di sampingku lalu membuka kain yang menutupi tubuh Mbak Siti. Tapi begitu kain yang menutupi tubuh Mbak Siti di buka, ular yang aku lihat tadi sudah tidak ada.“Mana ular itu? Kemana dia pergi?” gumamku masih sambil mencari keberadaan ular yang tadi aku lihat.“Tidak ada ular di tubuh Siti, Cempaka? Memangnya kamu tadi meliah ular itu di mana?”“U –ular itu tadi ada di atas dada Mbak Siti, Bu Darmi. Bahkan ular itu juga melilit leher Mbak Siti,” jelasku.“Mungkin kamu berhalusinasi, Cempaka. Tidak ada satu ekor pun ular di atas tubuh Siti, dan tidak ada juga yang melilit lehernya,” ucap Bu Darmi.“Iya, Mbak Cempaka. Tidak ada ular di atas tubuh Mbak Siti,” tambah salah satu warga.“Tadi ada, Bu. Saya melihatnya sendiri,” jawabku berusaha meyakinkan semua oran

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 61 KEBAYA YANG SAMA SEPERTI MILIK MBAK SITI

    Aku yang terkejut melihat kebaya yang ada di tanganku saat ini kemudian membukanya dan melihatnya secara teliti. Ternyata kebaya yang aku pegang saat ini sama dengan kebaya milik Mbak Siti yang aku lihat waktu itu.Apakah itu artinya Mina tahu bahwa Mbak Siti akan dijadikan tumbal oleh Bu Darmi, ataukah Mina juga diberi kebaya yang sama seperti milik Mbak Siti oleh Bu Darmi?Karena tidak ingin hanyut dalam pikiranku sendiri, aku akhirnya membawa kebaya yang ada di tanganku saat ini dan mencari Sri dan Mina kembali.“Aryo, apa kamu ada di sini?” panggilku ketika aku keluar dari rumah dan menuju hutan di mana Mbak Siti pergi sebelumnya.Karena tidak mendengar atau menemukan Aryo di sekitar hutan. Aku lalu menerus melangkahku menuju rumah yang ada di hutan ini. Tapi ketika aku sampai di dekat rumah itu, rumah itu terlihat sepi dan tidak ada yang menjaga seperti sebelumnya ketika aku melihat dengan Aryo.“Mina, Sri, kalian di mana? Ap

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 62 PERGI DARI DESA

    “Itu apa, Aryo? Cepat katakan kepadaku!” ucapku sedikit memaksa Aryo. Karena aku sudah sangat penasaran bagaimana dia bisa tahu tentang hal itu.“Sudahlah, Cempaka. Kita tidak perlu membahas dari mana aku tahu hal itu. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah berkemas dan pergi dari desa ini secepat mungkin,” jawab Aryo.“Tidak akan! Aku tidak akan pergi sebelum kamu memberitahuku dari mana kamu mendapatkan berita itu, Aryo. Bisa saja kamu sengaja mengarang cerita itu agar aku tidak membantu Mina dan Sri,” tolakku tak mau kalah dengan Aryo.“Terserah apa katamu, Cempaka. Aku sudah memperingatkanmu. Jadi bila terjadi apa-apa, jangan memanggilku lagi. Karena mulai detik ini aku tidak bisa membantumu lagi bila Pangeran Dayu sudah turun tangan sendiri,” tegas Aryo.Aryo kemudian pergi setelah mengatakan hal itu, dan tidak menoleh lagi ke arahku.“Aryo, tunggu!” teriakku sambil mengejar Aryo.Aryo masih saja mengacuhkanku, dan itu membuatku kesal sekaligus menyesal.“Aryo, berhenti!” bentak

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 63 BERBOHONG SEKALI LAGI

    Aku yang sedang memasukkan baju ke dalam tas langsung menghentikan apa yang sedang aku lakukan, dan meminta Risma untuk masuk ke dalam kamarku.“Ada apa, Risma? Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?” jawabku sambil membereskan kembali pakaianku dan tasku, lalu meletakkannya kembali ke dalam lemari.“Apa kamu akan pergi, Cempaka?” tanya Risma yang masih berdiri di depan pintu, dan itu membuatku terdiam.Risma kemudian bertanya sekali lagi kepadaku apakah aku akan pergi, dan aku tidak tahu harus menjawab apa. Karena bila aku mengatakan iya, maka Risma akan tahu kalau aku memang akan pergi dari tempat ini, dan itu artinya aku melanggar janjiku kepada Aryo.Untuk beberapa saat aku diam memikirkan jawaban apa yang akan aku katakan kepada Risma, dan aku memilih untuk berbohong sekali lagi.“Tidak, Risma. Aku hanya sedang menyimpan pakaian yang diberikan Mbak Siti kepadaku saja. Karena aku tidak sanggup untuk melihatnya, ka

Latest chapter

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 122 MEMILIH

    “Seperti apa yang saya katakan sebelumnya, Cempaka. Bila kamu melewati pintu itu, maka kamu harus memilih. Kamu atau masmu yang akan hidup?” jawab Tuan Wisesa mengulangi pertanyaannya.“Ayah—,” ucap Dimas. Namun ayahnya segera menghentikannya dengan memberi isyarat.“Apa saya harus melakukannya, Tuan?” tanyaku yang masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar.Pertanyaan yang Tuan Wisesa berikan benar-benar di luar dari perkiraanku. Bagaimana bisa dia bertanya seperti itu ketika Mas Budi atau Wirya tidak sadarkan diri. Apakah ini ada hubungannya dengan Pangeran Dayu?“Harus! Karena hanya itu saja yang bisa saya lakukan untuk meneruskan keturunan kalian,” tegas Tuan Wisesa membuatku tidak bisa berpikir.“Ma –maksud, Tuan?”“Ketika saya memutuskan untuk menyelamatkan kalian, ada hal yang harus digantikan untuk mengakhiri penjanjian terlarang itu, dan ayahmu s

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 121 KEBENARAN

    “Cukup, Yah! Jangan—,” cegah ibu Dimas menghentikan suaminya. Namun Tuan Wisesa langsung menghentikan tindakan istrinya dengan memberi isyarat tangan.Ibu Dimas yang tadinya seperti menentang suaminya langsung terdiam begitu suaminya memberi tanda. Wanita itu seperti tidak berdaya bila suaminya seperti itu.“Jangan ada yang berani berbicara atau menyela apa yang saya katakan lagi. Bila tidak, jangan salahkan saya bila kalian tidak bisa berbicara lagi setelah itu!” ancam Tuan Wisesa.Mendengar ancaman Tuan Wisesa semua orang terlihat takut, termasuk aku. Tapi aku juga ragu apakah ancaman dari pemilik rumah ini benar-benar akan menjadi nyata atau tidak bila ada orang yang melanggarnya. Bila itu benar terjadi, itu artinya Tuan Wisesa bukan hanya kaya raya, tapi dia juga bukan orang biasa.“Cempaka, Wirya, saya tahu ini akan mengejutkan kalian berdua. Tapi ini adalah kebenarannya, dan kalian berhak tahu semua ini. Kalian be

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 120 BUKTI

    “Iya, bukti. Tanpa bukti kalian tidak bisa menuduh keponakankan melakukan hal yang kalian tuduhkan,” ujar ibu Dimas dengan lantang.Semua orang hanya diam ketika ibu Dimas berkata seperti itu. Namun ayah Nirmala tiba-tiba mendekati istri Tuan Wisesa itu, dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan menunjukkan bukti yang dia minta.Tegang dan bertanya-tanya, mungkin itu yang ada dalam pikiran beberapa orang yang ada di sini, termasuk aku. Hal itu terlihat dari raut wajah mereka ketika melihat perdebatan antara kakak beradik itu.“Bukti itu ada di sini dan saya akan mengatakannya di depan kalian semua,” ujar ayah Nirmala tak kalah lantang dengan ibu Dimas.Ketegangan semakin terasa ketika ayah Nirmala mengatakan hal itu. Pria itu diam sejenak sambil menatap keluarganya, terutama kedua anaknya. Entah apa yang ada dalam benaknya saat ini, yang pasti itu bukan sesuatu yang mudah, dan itu terlihat sekali dari sorot matanya yang menampakkan k

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 119 SIFAT KELUARGA INI

    Aku yang masih membeku kemudian berbalik dan menatap semua orang yang ada di dalam ruangan ini. Mereka semua menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan, dan itu membuatku sangat tidak nyaman.“Mas Wisesa, apa maksud mas? Memangnya siapa Cempaka itu? Dan apa hubungannya dengan semua ini?” tanya ayah Nirmala memecah keheningan di antara kami semua.Tuan Wisesa bukannya menjawab pertanyaan adik iparnya, tapi dia malah menatapku dan mendekatiku. Ayah Dimas itu lalu mengajakku untuk kembali ke tempatku semula dan dia mengenalkanku kepada kedua orang tua Nirmala bukan sebagai pelayan rumah ini. Melainkan sebagai wanita yang seharusnya memang menikah dengan Dimas.Mendengar hal itu membuatku sangat terkejut. Bukan hanya aku, tapi semua orang yang ada di ruangan ini. Bahkan aku yang masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar berusaha untuk memahami itu semua, tapi aku tetap tidak mengerti.“Apa maksud Mas Wisesa?” tanya ayah Nirmala memecah keheningan di antara kami semua.“Apa

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 118 KEMARAHAN TUAN WISESA

    “Ayah, tidak usah membahas hal ini lagi. Nirmala sudah menerima keputusan Dimas. Jadi kita tidak perlu memperpanjang masalah ini,” ujar Nirmala masih sambil berdiri dan menatap kami semua secara bergantian.“Nirmala, apa maksudmu nak? Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu? Bukankah kamu ingin menjadi istri Dimas?” tanya ibu Nirmala terlihat heran.Bukan ibu Nirmala saja yang dibuat heran dan binggung, tapi kami semua yang ada di sini. Bagaimana bisa dia mengatakan menerima keputusan Dimas dengan semudah itu. Mencurigakan!“Benar Nirmala ingin menjadi istri Dimas. Tapi …,” Nirmala menggantung jwabannya dan menatapku sesaat, “Dimas tidak mencintai Nirmala, Bu. Dimas mencintai Cempaka, wanita yang duduk di samping Dimas saat ini,” lanjut Nirmala.“A –apa? Maksudmu pelayan wanita itu, Nirmala?” ucap ibu Nirmala terlihat terkejut.“Bulek!” bentak Dimas tiba-tiba

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 117 ORANG TUA NIRMALA

    “A –ayah,” ucap Birawa terlihat terkejut.Pria yang baru saja datang itu terlihat sama terkejutnya seperti Birawa. Wajahnya yang hampir mirip dengan istri Tuan Wisesa tampak dingin menatap putranya itu, dan tak lama seorang wanita tiba-tiba muncul di belakang pria yang masih berdiri di depan pintu menatap dingin Birawa.“Birawa, kamu di sini nak?” ucap wanita tua itu dengan wajah yang tidak bisa aku artikan.Tapi wanita itu tidak bersikap dingin seperti ayah Birawa yang masih saja membeku. Wanita itu kemudian melangkah untuk mendekati Birawa. Namun pria yang bergelar ayah Birawa segera menahannya.“Ingat tujuan kita datang kemari!” tegas ayah Birawa sambil melirik wanita yang sepertinya istrinya.“Itu orang tua Nirlama dan Birawa,” bisik Damar tanpa aku tanya.Aku yang sudah menduga hal itu hanya diam, dan tidak menanggapi apa yang adik Dimas itu katakan. Walaupun awalnya aku cukup terkej

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 116 WANITA YANG DIMAS CINTAI

    Aku dan semua orang yang ada di tempat ini langsung menoleh ke arah sumber suara yang sudah mengejutkan kami. Nirmala berdiri dengan raut wajah sangat marah menatap Dimas hingga guratan otot di lehernya terlihat dengan jelas.“Kembali ke kursimu, Nirmala!” bentak Tuan Wisesa tak kalah nyaringnya dengan apa yang Nirmala lakukan. Bahkan aku saja sampai takut mendengarnya.Tapi wanita itu masih saja berdiri dan mengabaikan apa yang Tuan Wisesa katakan. Bahkan ibu Dimas yang duduk di sampingnya sampai berdiri untuk menenangkannya. Namun wanita itu masih saja tidak mau duduk sambil menatapku dan Dimas secara bergantian seperti akan menerkam kami.“Dengar, Dimas. Aku tidak menerima ini semua. Aku mencintaimu, dan hanya aku yang pantas menjadi istrimu!” tegas Nirmala.“Nirmala!” bentak Dimas yang kini berdiri dengan wajah memerah.Melihat perseteruan antara Dimas dan Nirmala membuat suasana ruangan ini mencekam. Hal ini

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 115 KEPUTUSAN

    “Tenang saja Nirmala, semua akan baik-baik saja. Kamu akan menikah dengan Dimas, dan bude sendiri yang akan membuat hal itu terjadi,” ucap ibu Dimas sambil mengusap punggung Nirmala yang kini tengah menunjukkan wajah seperti teraniaya.Nirmala yang menunjukkan wajah sedih mengangguk menjawab apa yang ibu Dimas katakan. Mereka berdua kemudian melangkah mengikuti Tuan Wisesa. Sedangkan aku memilih untuk bersembunyi terlebih dahulu, daripada menampakkan batang hidungku di depan mereka. Karena mereka pasti tidak akan menyukainya.“Apa sudah bisa saya mulai?” ucap Tuan Wisesa sambil menatap sekitar.Semua orang yang ada di ruangan ini hanya mengangguk. Aku yang berdiri di pojokan hanya bisa menunduk, hingga Tuan Wisesa kemudian memintaku untuk bergabung bersama dengan mereka semua yang sedang duduk bersama, dan itu membuatku terkejut.“Kemarilah, Cempaka. Tidak perlu takut,” ucap Tuan Wisesa lagi.Semua mata memandangku tidak suka ketika pemilik rumah ini memintaku untuk mendekat, kecuali

  • PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU   BAB 114 SEPERTI RUANG PERSIDANGAN

    Di dalam ruangan di mana aku berdiri saat ini sudah seperti ruang persidangan saja. Karena yang ada di dalam ruangan ini bukan hanya aku dengan Tuan Wisesa saja, tapi juga ada Dimas, Nirmala, Wirya dan beberapa orang lainnya yang tidak aku kenal.“Saya harap tidak ada yang berbicara ketika saya berbicara dengan Cempaka? Bila ada, maka silahkan keluar dari ruangan ini!” tegas Tuan Wisesa menggelegar ke seluruh ruangan.Semua orang yang ada di ruangan ini tidak ada yang menjawab atau membatah pemilik rumah ini. Mereka semua hanya menunduk sebagai tanda mengerti.Setelah itu Wirya dan beberapa orang pengawal yang ada di dalam ruangan ini kemudian keluar dan menutup pintu ruangan ini. Kini tinggal aku dan Keluarga Wisesa saja yang berada di dalam ruang tertutup ini.“Apa kamu tahu Cempaka mengapa saya memanggilmu ke sini?” tanya Tuan Wisesa.“Ti –tidak tahu, Tuan.” Jawabku dengan menunduk.“Kalau b

DMCA.com Protection Status