Semua Bab PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU: Bab 81 - Bab 90

122 Bab

BAB 81 BERTEMU DENGAN JAKA

“Jaka,” ucap Sri lirih sambil menatap pria yang sedang berdiri di depan kami.Aku dan Sri yang masih bersembunyi di balik pohon hanya diam melihat pria yang ada di hadapan kami. Karena aku tidak menyangka akan bertemu dengan Jaka di hutan ini.“Sri, tunggu!” cegahku ketika Sri akan keluar dari tempat persembunyian kami dan menemui Jaka.“Tapi, Cempaka.”“Sri, dengarkan aku. Aku tahu kamu mencintai Jaka, tapi kamu juga tidak boleh bertindak bodoh sampai membahayakan nyawamu. Bagaimana bila jaga datang bersama orang-orang dari perkampungan itu?” jelasku.“Tapi, Cempaka. Kamu lihat sendiri, Jaka datang seorang diri ke tempat ini, tidak bersama orang-orang dari perkampungan itu. Jadi bagaimana mungkin dia akan membahayakanku?”Rasanya sia-sia aku berbicara dengan Sri. Karena Sri sudah benar-benar di mabuk cinta sehingga dia tidak bisa berpikir jernih tentang situasi saat ini, dan yang ada dipikirannya sekarang adalah bertemu dengan Jaka, kekasih hatinya.Karena tidak ingin kami celaka, ak
Baca selengkapnya

BAB 82 ORANG-ORANG TUAN DIMAS

Aku yang mengerti dengan maksud Sri, kemudian segera mengajak Sri untuk bersembunyi. Karena bila kami sampai tertangkap meraka, maka hal itu bisa membahayakan kami berdua. Apalagi bila orang-orang itu adalah orang-orang dari perkampungan Jaka, maka kami bisa saja dijadikan tumbal dalam ritual mereka.“Cempaka, mengapa aku merasa seperti pernah melihat orang-orang ini. Apakah mereka itu dari—,” bisik Sri sambil memperhatikan orang yang sedang kami awasi.Aku langsung membungkam mulut Sri ketika melihat orang-orang yang sedang kami awasi mendekati tempat persembunyian kamia. Karena bila mereka sampai mendengar apa yang kami bicarakan, maka mereka akan menemukan kami berdua.“Bagaimana? Apa kalian menemukan sesuatu?” teriak seorang pria yang suaranya seperti aku kenal.“Tidak, Tuan. Kami tidak menemukan apapun di sini,” teriak pria yang tadi hampir saja menemukan kami.Pria yang ada di depan kami itu kemudian
Baca selengkapnya

BAB 83 KEMBALI KE RUMAH KELUARHA WISESA

Sri yang tadinya sudah akan mengikuti Tuan Dimas kemudian berbalik ketika melihatku masih diam di tempatku tanpa bisa meneruskan kata-kataku, dan itu membuat semua orang akhirnya menoleh ke arahku.“Ada apa denganmu, Cempaka? Apa kamu tidak bisa berjalan atau kamu sakit?” tanya Sri terlihat khawatir.“Aku … aku tidak akan ikut dengan kalian!” jawabku.Sri dan semua orang yang mendengarku terlihat terkejut. Tapi ini adalah keputusanku, dan aku tidak ingin kembali ke rumah keluarga Wisesa.“Apa maksud kata-katamu itu, Cempaka? Apa maksudmu kamu tidak ingin kita kembali ke rumah Tuan Dimas?” tanya Sri dengan wajah heran.“Bukan begitu, Sri. Aku, aku—,” jawabku binggung menjelaskan.“Aku apa, Cempaka?”Entah mengapa aku seperti seorang penjahat saat ini. Karena semua mata tertuju kepadaku, dan aku tidak bisa menjelaskan kepada mereka alasanku menolak kembali ke rumah keluarga Wisesa lagi.“Apa alasanmu tidak ingin kembali ke rumahku, Cempaka?” ucap Dimas tiba-tiba, dan itu membuatku terte
Baca selengkapnya

BAB 84 DAMAR

Aku dan Nirmala lalu menoleh ke arah sumber suara yang mengejutkan kami. Sosok pria bertubuh tinggi bertubuh tegap sedang berjalan menghampiri kami, dan wajah mengembang senyum yang membuatnya terlihat tampan.“Damar,” ucap Nirmala.“Apa kabar, Nirmala. Lama tidak kita tidak berjumpa,” ucap pria yang kini ada di hadapanku dan Nirmala.“Iya, Damar. Lama sekali, tapi sejak kapan kamu datang?”Melihat pembicaraan dua orang yang baru bertemu aku lalu undur diri, tapi pria itu malah menahanku.“Kamu siapa? Apa kamu pelayan baru di rumah ini?” tanya Damar.“Iya, Damar. Dia pelayan baru di rumah ini, dan aku sedang mengajarinya,” sela Nirmala.“Apa yang baru saja kamu katakan, Nirmala? Mengajarinya?”Damar kemudian tertawa setelah mengatakan hal itu, dan itu membuat wajah Nirmala menjadi cemberut, tapi Damar masih saja tertawa dan itu membuat Nirmala kemudian berb
Baca selengkapnya

BAB 85 PELAYAN BARU MAS DIMAS

Mendengar seseorang memanggilku, aku langsung menoleh ke arah sumber suara itu. Ternyata orang yang memanggilku adalah Damar, dan pria itu lalu menghampiriku begitu aku melihatnya.“Tuan Damar, anda di sini?” tanya Mbok Tumi.“Iya, Mbok. Dan Mbok pasti sangat merindukanku,” jawab Damar sambil memeluk Mbok Tumi.“Tentu saja, Tuan Damar. Mbok sangat-sangat merindukan Tuan Damar,” jawab Mbok Tumi sambil memeluk balik Damar.Melihat kedekatan Mbok Tumi dan Damar, aku seperti melihat kedekatan seorang putra dengan ibunya, dan itu membuatku iri. Karena aku sekarang tidak tahu di mana ibuku berada saat ini. Apakah ibu masih hidup atau sudah mati karena Pangeran Dayu.“Oh iya, Tuan Damar kapan datang? Apa tuan dan nyonya besar tahu Tuan Damar datang?” tanya Mbok Tumi.Damar hanya tersenyum menjawab apa yang Mbok Tumi katakan, dan Mbok Tumi hanya menggeleng sambil tersenyum melihat tingkah pria itu. Karena sepertinya wanita tua itu tahu apa maksud dari senyuman Damar tersebut.“Ya sudah, sekar
Baca selengkapnya

BAB 86 MEMBERI PELAJARAN PADA NIRMALA

“Sri,” panggilku begitu melihat siapa yang memanggilku.Sri kemudian mendekatiku begitu melihatku, dan dia lalu menatapku sama seperti orang-orang. Bahkan dia juga memutar tubuhku dengan wajah yang terkejut.“Mengapa kamu berpakaian seperti ini, Cempaka? Apa Tuan Dimas benar-benar menjadikanmu pelayannya?” tanya Sri.“Hmmm, aku ….”Belum juga aku sempat menjawab apa yang Sri tanyakan, seseorang tiba-tiba memanggilku. Sehingga aku dan Sri lalu menoleh ke arah sumber suara yang mengejutkan kami, dan ternyata yang memanggilku adalah orang yang tidak ingin aku temui.“Wah, pakaian itu ternyata memang pantas untuk kamu. Kenapa tidak dari dulu kamu memakainya, Pe-la-yan!” hina Nirmala.“Non Nirmala!” bentak Sri.Melihat Sri membentak Nirmala, aku langsung menahannya. Tapi Nirmala bukannya mundur atau pergi, dia malah lebih merendahkan dan menghina kami. Sri yang sejak awal s
Baca selengkapnya

BAB 87 TUAN ADIYASHA WISESA

“I –iya, Tuan. Saya Cempaka,” jawabku gugup.Pria yang berdiri di depanku dan Sri kemudian mendekatiku, dan beberapa orang pria yang baru masuk langsung keluar ketika pria itu mengangkat salah satu tangannya.Apakah dia?Hatiku benar-benar berkecambuk ketika pria itu mulai mendekatiku dan Sri. Bahkan, tanganku terasa dingin seperti es, sehingga aku lalu menggenggam tangan Sri agar tidak pergi menjauh dariku.“Tidak perlu takut, Cempaka. Saya tidak akan menyakiti kalian berdua, kalian adalah tamu saya dan saya merasa sangat bahagia akhirnya bisa bertemu dengan kalian,” ucap pria itu sambil menatapku, “Oh iya, perkenalkan nama saya Adiyasha,” lanjut pria itu sambil mengulurkan tangan.“Adiyasha?” ucapku dan Sri bersamaan.Mengetahui yang ada di hadapan kami adalah pemilik rumah mewah ini, Sri segera turun dari tempat tidur dan menunduk, begitupun denganku. Walaupun aku kesulitan dan kesakitan melakukannya. Tapi aku harus melakukannya, demi menghormati orang yang sudah memberi kami tempa
Baca selengkapnya

BAB 88 TERNYATA HANYA MIMPI

“Cempaka, Cempaka, bangun!” panggil Sri yang terdengar di telingaku, dan tubuhku juga seperti digoyangkan oleh seseorang.“Sri,” panggilku ketika membuka mata.“Akhirnya kamu bangun juga, Cempaka? Apa kamu tadi bermimpi buruk?” tanya Sri menghela napas lega.“Mimpi? Apa maksudmu, Sri?” jawabku binggung.Sri yang duduk di sampingku kemudian menjelaskan kepadaku mengapa dia membangunkanku. Ternyata dia membangunkanku karena aku berteriak-teriak seperti orang ketakutan.“Memangnya tadi kamu mimpi apa, Cempaka? Apa kamu bermimpi dijadikan tumbal?” tanya Sri yang membuat mataku melebar menatap Sri.“Tu –tumbal?” ucapku binggung.Sri mengangguk menjawabku, dan aku kemudian mengumpulkan semua apa yang aku ingat dan yang terjadi tadi padaku. Mulai dari menunggu Sri dan Mbok Tumi, hingga Dimas berada di kamarku dan dia mengecup keningku. Setelah itu dia pergi, tapi ketika dia akan keluar wajahnya bukanlah wajah Dimas yang menemuiku melainkan berubah menjadi wajah Pangeran Dayu, pangeran seteng
Baca selengkapnya

BAB 89 KETAKUTAN

Melihat bayangan orang yang berdiri di depan pintu membuat tubuhku bergetar. Bahkan tanganku terasa dingin dan keringat mulai membasahi tubuhku karena ketakutan.“Siapa di sana? Jawab aku!” teriakku lagi.Orang yang sedang berdiri di depan pintu itu masih saja diam tidak menjawabku. Sehingga aku kemudian memberanikan untuk melihat siapa yang berdiri di sana, tapi baru saja aku akan turun dari tempat tidurku bayangan itu tiba-tiba bergerak seperti akan masuk ke dalam kamar ini, dan aku akhirnya mengurungkan niatku untuk turun.“Mbok Tumi, bangun mbok! Ada orang di depan pintu,” panggilku lirih berusaha membangunkan Mbok Tumi yang sedang tidur.Mbok Tumi yang sepertinya tertidur pulas tidak menjawabku. Bahkan wanita tua itu malah menarik selimutnya lebih tinggi dari sebelumnya dan menyembunyikan seluruh tubuh dibalik selimut yang menghangatkannya, dan itu membuatku panik.Karena ketika aku menoleh lagi setelah gagal membangunkan Mbok Tumi, bayangan seseorang yang bergerak itu terus saja
Baca selengkapnya

BAB 90 CEMPAKA, SIAPA PANGERAN DAYU?

“Cempaka, siapa Pangeran Dayu?” tanya Sri setelah diam beberapa saat.Deg!Aku yang terkejut hanya bisa membeku dan melepaskan pegangan tangan Sri ketika dia bertanya kepadaku.Karena aku tidak menyangka temanku itu akan menyebutkan nama yang tidak ingin aku dengar. Tapi bagaimana Sri bisa tahu tentang pangeran Dayu, siapa yang sudah memberitahunya tentang pangeran setengah ular itu? Apakah mungkin?Berbagai pertanyaan mulai memenuhi kepalaku, tapi aku tidak berani untuk bertanya kepada Sri. Apalagi saat ini kami tidak sendiri, ada Mbok Tumi yang sedang bersama dengan kami.“Ada apa, Cempaka? Kenapa kamu diam saja?” tanya Sri membubarkan lamunanku.Aku yang binggung harus memulai dari mana untuk berbicara dengan Sri hanya menatap temanku itu, dan aku kemudian menatap Mbok Tumi yang sedang bersama dengan kami dan memintanya untuk meninggalkanku dan Sri untuk berbicara berdua, tapi Mbok Tumi hanya diam saja dan malah balik menatapku dan Sri secara bergantian.“Tolong tinggalkan kami ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status