Semua Bab PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU: Bab 101 - Bab 110

122 Bab

BAB 101 ADA APA SEBENARNYA DENGAN SRI?

“Sri,” panggilku begitu melihat Sri berdiri di depan pintu.Mbok Tumi langsung menoleh ketika aku memanggil nama yang aku tanyakan kepadanya tadi. Tapi bukannya Sri masuk dan mendatangiku ketika aku memanggilnya, dia malah pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Bahkan raut wajahnya juga tidak sangat berbeda tidak seperti biasanya.“Mbok, bisakah mbok memanggilkan Sri agar datang ke sini?” pintaku pada wanita tua yang berdiri menatap pintu.Mbok Tumi tidak menjawab ataupun menolakku. Wanita tua itu hanya membeku dengan raut wajah yang tidak bisa aku artikan.“Mbok,” panggilku.“I –iya, Non. Ada apa? Apa non perlu sesuatu?” jawab Mbok Tumi terlihat terkejut.Melihat reaksi wanita tua itu membuatku curiga, tapi aku tidak mungkin bertanya langsung tentang yang terjadi. Tapi melihat sikap Sri dan Mbok Tumi saat ini bisa di pastikan pasti terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui. Tapi apa?
Baca selengkapnya

BAB 102 KENAPA SRI TIDAK BOLEH MENEMUIKU?

“Cepat bangun, Cempaka. Jangan tidur terlalu lama hingga membuatku merindukan senyumanmu,” terdengar suara seorang pria berbicara kepadaku.Tak lama setelah mendengar hal itu, sebuah kecupan mendarat di dahiku. Aku yang terkejut dengan apa yang baru saja aku alami langsung membuka mataku.Ternyata tidak ada siapa-siapa di dalam kamarku. Tapi ketika aku menoleh ke arah pintu, terlihat bayangan seseorang yang sepertinya baru saja keluar dari kamarku.Bayangan seperti seorang pria, tapi siapa?“Apakah itu tadi Dimas?” gumamku sambil mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi.Aku yang masih sedikit terkejut kemudian mencubit pipiku. Sakit, itu yang aku rasakan saat aku mencubit tumpukan daging di wajahku yang sudah tidak seberisi seperti sebelumnya. Tapi, apakah yang aku dengar tadi dan merasakan seperti seseorang mengecupku adalah mimpi?Mimpi seperti sebelumnya ketika aku bertemu dengan kedua orang tuaku, Ni Imah dan D
Baca selengkapnya

BAB 103 BAGAIMANA MBOK BISA TAHU NAMA AJENG?

“Tuan Damar?” ucap Mbok Tumi.Pria yang selalu saja ceria itu kemudian mendekati kami berdua. Terlihat dari raut wajahnya dia sedang bahagia. Entah itu bahagia karena kembali ke rumah ini, atau bahagia karena hal yang lain. Tapi yang pasti aku ikut senang dengan kedatangan Damar.“Tuan Damar, kapan anda kembali? Bukankah seharusnya minggu depan anda baru kembali?” tanya Mbok Tumi.“Aku baru saja datang, Mbok. Aku datang ke sini karena ingin menemui calon kakak iparku,” jawab Damar sambil melirikku, “Maaf, maksudku menemui temanku,” lanjut Damar seperti sedang memperbaiki apa yang tadi dia katakan.Sebenarnya aku cukup terkejut ketika pria itu menyebut kata calon kakak ipar di depanku dan Mbok tumi. Bahkan ketika mengatakannya pria itu sambil melirikku. Apakah itu artinya dia sedang bercanda denganku atau sedang memberi tanda kepadaku bahwa Dimas akan menikah.“Hey, Cempaka. Kenapa kamu melamun?
Baca selengkapnya

BAB 104 JUJUR ATAU BERBOHONG

“Apa Non Cempaka tidak ingin menjawabnya?” tanya Mbok Tumi.Aku yang tidak ingin masa laluku diungkit kembali hanya diam. Bukannya aku tidak ingin memberitahu wanita tua itu tentang masa laluku. Tapi aku takut ada orang yang mendengar pembicaraan kami, dan identitas yang selama ini aku sembunyikan akhirnya terbongkar.Mbok Tumi bertanya kepadaku, mengapa aku mengubah namaku yang sebelumnya dan menggantinya dengan nama Cempaka, padahal menurut wanita tua itu nama Ajeng lebih cocok denganku dibandingkan dengan nama pemberian Ki Joko.“Apa boleh saya tidak menjawabnya, Mbok?” ucapku setelah berpikir berulang kali, apakah aku harus jujur atau berbohong kepada adik dari Ni Imah itu.“Tentu saja, Non Cempaka. Mbok tidak akan memaksa non untuk menceritakannya bila non tidak mau,” jawab Mbok Tumi.“Terima kasih, Mbok. Nanti kalau saya sudah siap menceritakannya, pasti saya akan memberitahu mbok,” ujarku berus
Baca selengkapnya

BAB 105 WIRYA TIDAK SADARKAN DIRI

“Mas Budi!” teriakku spontan.Aku segera bangkit dari tempat tempat tidur ketika melihat Wirya jatuh di lantai. Hatiku seperti teriris benda tajam begitu melihatnya tidak sadarkan diri seperti saat ini, dan aku langsung memeluknya dan menangis.“Non Cempaka? Apa yang terjadi?” tanya seorang pria yang baru saja masuk, “Bagaimana anda …,” lanjutnya menjeda apa yang dia katakan setelah melihatku berada di mana Wirya berada.Aku yang baru saja melepaskan pelukanku dari tubuh Wirya segera memperhatikan kedua kakiku. Sebuah kejadian tidak terduga baru saja aku alami, dan aku tidak tahu bagaimana hal ini bisa terjadi.“Ini tidak mungkin,” ucapku tidak percaya sambil memegang kedua kakiku. Sedangkan pria yang bertanya kepadaku tadi, dia dan beberapa pria lainnya segera mengangkat dan membaringkan Wirya di tempat tidur Mbok Tumi.“Non Cempaka, apa anda baik-baik saja?” tanya seorang pelayan
Baca selengkapnya

BAB 106 SIKAP DIMAS

“Tuan Dimas,” gumamku tidak percaya dengan apa yang aku lihat di hadapankuOrang yang berdiri sejak tadi di depan pintu ternyata benar-benar Dimas seperti dugaanku. Pria itu masuk setelah cukup lama berdiri di depan pintu, dan aku tidak tahu mengapa dia bersikap seperti itu. Apakah karena dia terlalu gugup untuk bertemu denganku, atau ada alasan lain yang  membuatnya seperti itu. Tapi apapun alasannya, aku sangat bahagia dia sudah kembali dan itu membuatku gugup.“Mas Dimas,” panggil Nilam manja kemudian memeluk pria yang menjadi kakak tertuanya itu, “Kapan mas kembali?” lanjut Nilam setelah melepas pelukannya.Melihat Nilam bersikap manja seperti itu, membuatku iri dan teringat masa lalu. Ketika keluargaku masih baik-baik saja, dan malapetaka itu belum terjadi. Karena aku juga bersikap seperti apa yang Nilam lakukan saat ini bila bersama kakak-kakakkku.Andai saja Wirya mengingat masalalunya dan juga diriku, pasti
Baca selengkapnya

BAB 107 KEAJAIBAN

“Tenang, Nak Cempaka. Pak Nyoto hanya ingin mengobatimu saja,” ujar Mbok Tumi sambil memegang kedua bahuku.“Tapi benda itu untuk apa, Mbok?” tanyaku panik.“Benda ini untuk memeriksa kaki Non Cempaka. Jadi Non Cempaka tidak perlu takut. Karena benda ini tidak akan melukai kaki Non Cempaka,” jelas tabib.Mendengar penjelasan pria itu, aku tidak tahu harus mempercayainya atau tidak. Tapi Mbok Tumi terlihat tenang saja seperti tahu apa yang akan dilakukan pria itu.“Mbok, tolong pegangi Non Cempaka,” perintah pria tua itu.Tanpa menunggu persetujuanku, Mbok Tumi segera memegang kedua bahuku lebih erat dari sebelumnya, dan aku hanya bisa pasrah menerima apa yang mereka berdua akan lakukan.“Non Cempaka, sekarang saya akan melakukannya. Tapi sebelum itu, tolong pejamkan mata non,” ujar pria tua yang sekarang ada di depan kaki kiriku.“Apa itu harus, Pak?”Bukan
Baca selengkapnya

BAB 108 BAYANGAN SESEORANG

“Siapa di sana?” teriakku ketika melihat bayangan seseorang di depan pintu.Bukannya jawaban yang aku dapatkan, melainkan bayangan itu malah menghilang di balik pintu.“Siapa itu tadi? Apakah itu Dimas?” gumamku.“Ada apa, Nak Cempaka? Kenapa Nak Cempaka berteriak?” tanya Mbok Tumi yang masuk dengan terburu-buru.“Ta –tadi ada orang yang masuk ke kamar ini, Mbok?” jawabku gugup.Mbok Tumi terlihat terkejut ketika aku memberitahunya. Dia lalu melihat keluar pintu dan jendela untuk melihat orang yang aku maksud.“Tidak ada siapa-siapa, Nak Cempaka. Di luar kamar hanya ada penjaga yang menjaga kamar ini, dan mereka mengatakan tidak melihat siapa-siapa keluar dari kamar ini sejak mbok dan Non Nilam keluar dari kamar ini,” jelas Mbok Tumi.“Tidak mungkin, Mbok. Tadi saya lihat sendiri ada bayangan di depan pintu ketika saya baru saja bangun. Bahkan dia juga …,&r
Baca selengkapnya

BAB 109 MELIHAT SRI

“Ada apa, Nak Cempaka?” tanya Mbok Tumi terdengar binggung.“Itu, Mbok. Ada Sri di sana,” jawabku sambil menunjuk di mana Sri berada tadi.Mbok Tumi yang tadinya membantuku berdiri bersama dengan Pak Nyoto segera menoleh ke arah yang aku tunjuk. Ternyata Sri sudah tidak ada di sana.“Tidak ada siapa-siapa di sana, Nak Cempaka. Mungkin tadi Nak Cempaka salah lihat,” ujar Mbok Tumi.“Tidak, Mbok. Saya tidak salah lihat. Tadi Sri berdiri di sana melihatku,” terangku meyakinkan wanita tua itu.Mbok Tumi yang sepertinya masih tidak percaya aku melihat Sri kemudian melangkah keluar dari kamar ini. Begitu dia kembali, aku langsung bertanya kepadanya tentang keberadaan Sri.“Ayo kita teruskan saja latihannya, Nak Cempaka.” Jawab Mbok Tumi mengalihkan Mbok Tumi.“Tapi, Mbok. Sa—,” protesku.“Pak, tolong dibantu lagi latihannya Nak Cempaka,” sela Mb
Baca selengkapnya

BAB 110 KEMBALI BEKERJA

“Mbok tidak akan mengizinkan!” tegas Mbok Tumi.“Tapi, Mbok. Bukankah tadi mbok sudah berjanji kepada saya akan mengabulkan permintaan saya. Kenapa sekarang mbok mengingkarinya,” protesku sambil memasang wajah kecewa.Wanita tua yang terlihat marah itu terlihat binggung ketika aku mengatakan hal itu. Namun dia segera mengeluarkan kalimat pamungkasnya.Dia mengatakan akan menanyakan hal itu terlebih dahulu pada Dimas bila Dimas sudah kembali. Karena aku bukan pelayan biasa seperti yang lainnya, melainkan pelayan Dimas.“Apa itu harus, Mbok?”“Harus! Bahkan bila perlu kita ingin bernapas di tempat ini, kita harus meminta izin darinya,” jawab Mbok Tumi dengan penuh penekanan.Kata-kata Mbok Tumi benar-benar membuatku sangat kecewa, dan aku tidak tahu bagaimana harus membujuknya lagi agar dia mengizinkanku untuk kembali bekerja.“Mbok, kalau saya memang tidak boleh kembali bekerja. Apa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status