Semua Bab PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU: Bab 91 - Bab 100

122 Bab

BAB 91 KEDATANGAN NIRMALA

Nirmala yang masih berdiri di depan pintu kemudian berjalan menuju ke arah kami. Tapi ketika dia masuk, pandangannya hanya mengarah pada satu orang yang ada di dalam ruangan ini, yaitu Dimas.“Apa aku tidak boleh masuk ke dalam kamar ini, Dimas? Bukankah aku juga tinggal di rumah ini?” jawab Nirmala dengan suara angkuh seperti biasanya“Jangan membuatku tertawa, Nirmala. Bukankah kamu tidak pernah mau masuk ke dalam kamar pelayan seperti saat ini? Dan sekarang? Apa ada yang salah denganmu?” ejek Dimas.“Tidak ada yang salah denganku, Dimas. Aku hanya ingin menjenguk Cempaka saja. Lagi pula, bukankah Cempaka bukan pelayanmu? Jadi apa aku tidak boleh menemuinya?” jawab Nirmala sambil melirikku.Melihat cara Nirmala melirikku, entah mengapa aku merasa ngeri dengan wanita itu. Tatapan matanya ketika melihatku terlihat sekali penuh kebencian dan penuh amarah.“Benarkah? Apa kamu yakin dengan apa yang baru saja kamu katakan?” ejek Dimas lagi, dan kali ini aku sudah merasa tidak nyaman denga
Baca selengkapnya

BAB 92 PERINTAH TUAN DIMAS

Mendengar suara pintu seperti ada yang membuka, kami semua menoleh ke arah pintu dan seorang pria berbaju pengawal muncul dari balik pintu.“Mbok Tumi, anda dipanggil oleh Tuan Dimas,” ujar pengawal yang baru saja masuk ke dalam ruangan ini.Mbok Tumi hanya mengangguk menjawab pengawal itu, kemudian pergi mengikuti pengawal yang melangkah lebih dulu di depannya. Tapi ketika akan melewati pintu, wanita tua itu berbalik dan mengingatkan aku agar tetap berada di dalam kamar dan Sri harus mengawasiku. Kalau tidak, maka aku akan mendapat hukuman lebih berat dari hukuman saat ini.Mendengar ancaman dari Mbok Tumi sudah dapat dipastikan bahwa usahaku merayunya tadi gagal, dan aku hanya bisa meratapi nasibku saat ini.“Sudahlah, Cempaka. Lebih baik kamu melakukan apa yang Mbok Tumi katakan. Kalau tidak kita berdua pasti akan mendapat hukuman. Iya kalau itu hanya hukuman dari Mbok Tumi saja, bagaimana kalau Tuan Dimas juga menghukum kita berdua,&
Baca selengkapnya

BAB 93 CEMPAKAKU

Aku yang tadinya menunduk ketika menjawab Dimas, langsung terperanjat karena terkejut. Bahkan Mbok Tumi dan beberapa orang pengawal yang berada di sekitar kami juga sama terkejutnya dengan aku.“Tunggu apalagi! Apa kalian semua akan tetap di sini dan aku hukum!” usir Dimas.Mendengar hal itu Mbok Tumi dan para pengawal langsung pergi dengan tergesa-gesa. Sedangkan aku yang berada di depan Dimas, langsung mundur dan berbalik untuk meninggalkannya.“Siapa yang menyuruhmu pergi, Cempaka!” teriak Dimas ketika aku baru saja akan melangkah pergi.Aku langsung membeku ketika Dimas menghentikanku. Bahkan untuk berbalik saja aku tidak berani. Karena Dimas saat ini terdengar seperti orang yang sedang marah, dan itu mungkin karena pertanyaanku tadi kepadanya.“Ada apa denganmu, Cempaka? Apa kamu tidak ingin mendengar alasanku memberikan burung kesayanganku ini kepadamu?” bisik Dimas mengejutkanku.Karena merasa tidak
Baca selengkapnya

BAB 94 MENAHAN RASA LAPARKU

Dimas memang membisikan sesuatu ke telingaku. Namun aku tidak bisa mendengarnya karena suaranya sangat lirih hingga aku tidak bisa mendengarnya, dan itu membuatku seperti sudah ditipu olehnya.Bagaimana bisa orang akan mendengar apa yang dia katakan bila mengatakannya saja hampir tidak terdengar. Bahkan semut saja tidak mendengarnya, apa lagi aku.“Masih,” ketusku.“Benarkah? Tapi sayangnya aku tidak akan mengatakannya untuk kedua kalinya, dan itu sudah menjadi kesepakatan kita,” ejek Dimas.Mendengar hal itu, aku ingin memukul pria yang ada di depanku saat ini. Andai saja dia bukan tuan muda rumah ini dan orang yang sudah menolongku dan memberiku tempat berteduh, aku pasti sudah memukulnya tanpa ampun.“Tapi anda curang, Tuan Dimas. Anda sudah menipu saya,” ujarku kesal sambil menatapnya tajam.“Apa kamu bilang, Cempaka? Aku curang?” ucap Dimas sambil mendekatkan wajahnya kepadaku dan menatapk
Baca selengkapnya

BAB 95 APA AKU MENGGANGGU KALIAN?

“Seperti anak kecil saja,” ucap Dimas sambil mengusap pipiku.Aku yang terkejut langsung membuka mataku, tapi aku malah dibuat terkejut untuk kedua kalinya. Karena wajah Dimas begitu dekat denganku. Bahkan mata kami berdua saling bertemu, dan itu membuatku sesak. Sehingga aku lalu mengalihkan pandanganku ke arah lain untuk menutupi rasa gugupku saat ini.“Aku tadi hanya membersihkan sisa makanan yang ada di pipimu saja,” ucap Dimas.Kata-kata Dimas mampu membuatku menoleh kepadanya. Pria itu ternyata sudah tidak berada di dekatku lagi, melainkan sudah kembali ke tempat duduknya semula. Sedangkan Mbok Tumi yang tadi bersama kami sudah tidak ada.Kriet!“Apa aku mengganggu kalian?” tegur Damar begitu masuk.“Apa yang kamu lakukan di sini, Damar? Bukankah kamu seharusnya ada di luar kota?” jawab Dimas dengan nada ketus.Pria yang tadinya duduk itu kemudian berdiri ketika adiknya melangkah masuk. Bahkan raut wajah Dimas terlihat tidak suka dengan kehadiran adiknya itu.“Aku tidak jadi per
Baca selengkapnya

BAB 96 DIMAS PERGI

Melihat Nirmala yang muncul dari balik pintu sontak membuat kami terkejut. Wanita itu selalu saja membuat kegaduhan bila datang ke kamarku, atau lebih tepatnya ketika bertemu denganku.“Sepupuku Nirmala, apa aku tidak salah lihat? Kamu berada di kamar pelayan?” ejek Damar sambil tersenyum.“Jangan mengejekku, Damar. Kamu sendiri, apa yang sedang kamu lakukan di sini?” ketus Nirmala.“Aku? Tentu saja aku mengunjungi dan menemani Cempaka, Sepupuku. Apa kamu tidak bisa melihatnya?” jawab Damar sambil merangkul Nirmala.Nirmala terlihat tidak suka dengan apa yang sepupunya itu lakukan. Karena dia langsung melempar tangan Damar dengan wajah kesal. Bahkan Nirmala langsung memalingkan muka dan membelakangi sepupunya itu.“Apa ada yang bisa menjelaskan, apa yang sedang terjadi di sini?” tanya seseorang yang sangat aku kenal tiba-tiba.“Mbok Tumi,” ucapku, Sri dan Damar bersamaan.Mbok Tumi yang sudah berdiri di depan pintu memandang kami satu persatu. Tatapannya yang tajam bagai elang membuat
Baca selengkapnya

BAB 97 YANG TERJADI PADAKU

“Tidak! Aku tidak akan mengikuti perintah mbok. Aku ingin menemui Cempaka, dan itu yang akan aku lakukan!” tegas Damar.“Tidak bisa! Tuan Damar silahkan pergi dari tempat ini. Kalau tidak saya akan melaporkannya pada tuan besar,” ancam Mbok Tumi tidak mau kalah.Damar yang tadinya menggebu-gebu, kini terlihat menciut. Bahkan pria itu terlihat menunjukkan wajah memelas kepada Mbok Tumi agar mengizinkannya bertemu denganku sebantar saja.“Maaf, Mbok. Kalau Tuan Damar tidak boleh menemui saya, maka izinkan saya untuk menemuinya sebentar saja,” selaku berusaha menengahi.Damar dan Mbok Tumi langsung menoleh ketika aku berkata seperti itu. Damar terlihat terkejut, tapi tidak dengan Mbok Tumi. Wanita itu menatapku dengan tatapan yang tidak dapat aku artikan, dan itu membuatku sedikit takut.“Baiklah, tapi hanya sebentar saja. Lima menit!” ucap Mbok Tumi setelah lama diam.“Benarkah, Mbok? Apa mbok serius?” tanya Damar seperti tidak percaya.“Kalau Tuan Damar bertanya lagi, maka saya tidak a
Baca selengkapnya

BAB 98 KENYATAAN

“Apa yang terjadi kepadaku, Sri. Cepat katakan!” desakku tidak sabar menunggu penjelasan dari temanku itu yang masih saja bungkam tidak melanjutkan apa yang dia katakan.Sri menarik napas beberapa kali sebelum berbicara kepadaku. Tangannya pun terasa dingin ketika memegang tanganku, dan itu membuatku semakin tegang dan takut mendengar kenyataan yang akan Sri ceritakan kepadaku.“Dengarkan aku baik-baik, Cempaka. Apapun yang aku katakan nanti, aku ingin kamu tetap semangat dan yakin akan sembuh,” ucap Sri dengan suara yang terdengar serak, “Sebenarnya kamu terkena racun, Cempaka. Racun itu membuat kakimu …,” lanjut Sri menjeda kalimatnya.Sri tidak melanjutkan kata-katanya, tapi dia malah pergi dari kamar ini sambil menangis, dan itu membuatku semakin takut mendengar kenyataan yang sebenarnya terjadi. Apakah yang terjadi pada kakiku saat ini karena racun itu, taukah ….Begitu banyak pertanyaan
Baca selengkapnya

BAB 99 PERTENGKARAN SRI DAN NIRMALA

“S –Sri, ucapku terkejut ketika melihat temanku yang entah sejak kapan dia ada di tempat ini, “Sejak kapan kamu berada di sini, Sri?” lanjutku mengalihkan pembicaraan.“Jangan mengalihkan pembicaraan, Cempaka!”“Mengalihkan pembicaraan? Apa maksudmu, Sri?”Sri yang masih berdiri, kini duduk di sampingku. Wajah wanita itu tidak lagi sedih seperti sebelumnya. Tapi kali ini dia terlihat serius dan itu membuatku takut.“Tidak perlu berpura-pura, Cempaka. Bukankah kamu tadi mengatakan ‘Memangnya apa yang sudah aku lakukan kepadanya?’ siapa orang itu? Dan apa kamu sudah kamu lakukan?” cecar Sri membuatku terngaga.Aku tidak menyangka Sri mendengar apa yang aku katakan. Walaupun itu hanya kalimat terakhir, tapi hal itu cukup membuatku ketakutan.“Kenapa kamu diam saja, Cempaka? Siapa orang itu, dan apa yang sudah kamu lakukan kepadanya?” Sri mengulangi pertanyaannya.“Bukan siapa-siapa, Sri. Lupakan saja,” jawabku sedikit berbohong.Namun jawabanku itu sepertinya tidak membuat temanku itu un
Baca selengkapnya

BAB 100 KEADAANKU YANG SEBENARNYA

“Non Cempaka, apa ada yang sakit?” tanya Mbok Tumi panik.Pertanyaan dari wanita tua itu seperti angin yang melewati telingaku. Karena saat ini aku masih menatap ke arah pintu di mana Sri tadi berada.“Non Cempaka!” panggil Mbok Tumi mengalihkan pandanganku.“Ma –maaf, Mbok. Tadi mbok bertanya apa?”  jawabku sambil memasang wajah menyesal dan menahan sakit.Mbok Tumi bukannya menjawab apa yang aku tanyakam, tapi malah menggeleng dan meminta salah satu pelayan yang ada di kamar ini untuk memanggil tabib.“Maafkan saya, Mbok. Saya tadi hanya ingin menahan Sri, dan saya lupa kalau saya tidak bisa berjalan,” sesalku. Tapi wanita tua itu masih saja tidak bergeming.“Maaf mengganggu, Mbok Tumi. Tapi ada yang perlu saya sampaikan kepada mbok,” sela seorang pelayan wanita yang tiba-tiba masuk ke kamar ini dengan tergesa-gesa.Pelayan wanita muda itu lalu mendekat dan berbi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status