Semua Bab Misteri di balik cinta Alika: Bab 91 - Bab 100

117 Bab

Part 91. Persiapan

Bi Mun berjalan kembali masuk ke kamarnya. setelah kepergian Bi Mun, Alika menata piring berisi kue di meja makan.Selesai menyiapkan sarapan untuk Raka. Alika naik ke kamarnya untuk membangunkan Raka.Klek... Alika membuka pintu kamarnya. Alika melihat Raka masih terlelap begitu damai. tidak tega rasanya Alika membangunkan Raka. Tetapi Raka sendiri yang sudah memintanya. nanti kalau tidak dibangunkan malah Alika sendiri yang salah. "Mas... Mas bangun," ucap Alika dengan menggoyangkan pelan tubuh Raka. "Yang... iih bangun nanti telat loh," ucap Alika lagi. "Hmmm...." Raka hanya bergumam. Tidak lama kemudian Raka kembali tertidur. Alika menarik nafas panjang dan melipat tangannya di dada. "Ini mau bangun ngga Yang?" tanya Alika. "Hmm... hehe iya Sayang aku udah bangun kok," jawab Raka dengan tertawa. "Iihh apaan sih Yang ngga lucu, ya sudah sana mandi," perintah Alika. "Iya nanti Yang, masih dingin. jam berapa sekarang?" tanya Raka. "Jam tiga lebih," jawab Alika. "Oh... bik
Baca selengkapnya

Part 92. H -2

"Lah kamu ngga ingat kah Yang, kita kan ada janji sama katering jam sepuluh pagi ini?" tanya Alika kepada Raka. "Lah iya Yang, aku lupa, ngga apa-apa lah masih jam setengah sembilan ini, masih ke kejar kok." jawab Raka. Raka berjalan ke arah dapur dan membuat kopi sendiri untuknya. sedangkan Alika kembali ke meja makan untuk menikmati makannya yang tertunda. Tidak lama kemudian Raka kembali dan duduk disamping Alika. Raka melirij ke arah Alika."Nanti berangkat jam berapa?" tanya Alika kepada Raka. "Hmm... jam setengah sepuluh saja, janjian di restoran depan kok," jawab Raka. Alika menganggukan kepalanya mengerti. setelah menghabiskan sarapannya. Alika kembali ke kamarnya untuk memakai make up. "Yang sudah jam setengah sepuluh mau berangkat sekarang?" tanya Alika dari lantai dua sedangkan Raka sedang memainkan ponselnya di ruang keluarga. Raka mengalihkan pandangannya ke arah Alika. Kemudian Raka menjawab "Iya Sayang, sekarang saja ayo,".Alika langsung turun ke lantai satu. Al
Baca selengkapnya

Part 93. Hari yang mendebarkan

Bi Mun yang baru saja mengantarkan air putih ke depan. langsung menghampiri Alika. kemudian Bi Mun bertanya "Iya Neng ada apa?"."Bibi lagi sibuk ngga?" tanya Alika kepada Bi Mun. "Ya ngga terlalu si Neng, paling nanti tinggal siapin makan malam," jawab Bi Mun. "Kalau gitu Bi Mun sekarang ikut Alika ya, kan di sini sudah ada Pak Agus yang lihatinnya," ajak Alika. "Mau ke mana Neng, ngga keluar pakai mobil kan. kan si Neng ngga boleh bawa mobil sendiri," ujar Bi Mun dengan nada khawatir. "Ngga kok Bi, ke kamar Alika," jawab Alika. Alika berbalik badan dan berjalan masuk ke rumah. Alika naik ke lantai dua dan meminta Bi Mun untuk naik ke kamar. setelah berada di kamar Alika memilih untuk duduk di ranjang. Tring... Tring... Ponsel Alika yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka langsung mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Alika melihat di layar depan terpampang nama Raka. Alika langsung mengangkat sambungan teleponnya. "Iya Halo," ucap Alika ketika teleponny
Baca selengkapnya

Part 94. Malam yang membahagiakan

"Baiklah anakku Bapak tanya sekali lagi, siapkan kamu menjadi seorang suami yang bertanggung jawab dengan istri dan anakmu kelak?" Pak penghulu bertanya kembali kepada Raka dengan pertanyaan yang sama. "Siap Pak," jawab Raka mantap."Kalau kamu sudah mantap dan siap lahir batin anakku, mari kita ucapkan ijab kobulnya," ucap sang penghulu. Raka menarik nafas panjang kemudian menyambut uluran tangan Pak pengulu. dengan satu tarikan nafas Raka dengan lancar mengucapkan ijab kobul itu.Tidak lama kemudian terdengar suara syukur dimana-mana. Alika yang berada di dalam kamar sampai menitikan air mata ketika suara sah itu terdengar dari para saksi."Silahkan mempelai wanitanya diajak ke sini untuk menemui pangerannya," ucap penghulu itu. Dian sekertaris Bram menghampiri Alika. Alika berjalan keluar dari kamar dengan diampit oleh Dian dan Bi Mun. Melihat Alika yang berjalan ke arahnya. Raka langsung berdiri. entah mengapa Raka merasa jalan Alika sangat lambat lama sekali untuk sampai ke h
Baca selengkapnya

Part 95. Malam pertama

"Iya sama-sama Sayang," jawab Raka dengan mata yang sudah terpejam. Alika mengambik tisu dan mengusap keringat Raka. setelah itu Alika memutuskan untuk turun dari ranjang dan berjalan masuk ke kamar mandi.Lima belas menit kemudian Alika kelusr dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Alika mengalihkan pandangannya ke arah jam di dinding sudah menunjukan jam setengah dua dini hari. Alika berjalan ke meja rias untuk mengeringkan rambutnya. setelah dirasa kering Alika berjalan ke arah ranjang. Alika tidur dengan posisi memeluk Raka. pagi ini Alika terbangun ketika merasakan kecupan dikeningnya. Alika merasakan bibir itu dingin sekali.Alika menggerjapkan matanya. dan melihat wajah basah Raka sudah ada di atas wajahnya. air dari rambutnya yang basah jatuh di wajah Alika."Sayang bangun," ujar Raka dengan mengusap pipi Alika dengan tangannya yang basah. "Hmm... jam berapa sekarang Yang?" tanya Alika. "Sudah jam setengah sembilan Yang, aku lapar," jawab Raka dengan mengusap-usap per
Baca selengkapnya

Part 96. Rencana Rara

Alika berpamitan kepada Bi Mun dan berpesan agar tidak memasukan orang asing ke rumah, selama Alika dan Raka tidak ada di rumah. Alika dan Raka duduk di tengah. setelah kedua Bosnya masuk. Pak Agus membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah Alika. Karena terkena macet mereka bahkan mengabiskan waktu hampir satu jam di perjalanan. tidak lama kemudian Pak Agus memarkirkan mobilnya di parkiran hotel. "Pak langsung pulang saja ya," pinta Raka. "Iya baik Pak, ngga apa-apa ngga dianterin sampai dalam ini kopernya?" tanya Pak Agus dengan mengeluarkan koper dari bagasi mobil. "Ngga apa-apa Pak, nanti saya bawa sendiri saja," jawab Raka. "Baik Pak, Bu kalau begitu saya langsung pulang," pamit Pak Agus. Kemudian Pak Agus berjalan masuk ke kursi kemudi. Pak Agus membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel. Setelah kepergian Pak Agus. Raka menggandeng tangan istrinya dan mengajaknya masuk ke hotel."Sayang kamu tunggu di sini ya, aku
Baca selengkapnya

Part 97. Lampu hijau

"Iya sama-sama. kamu mau masuk sekarang atau gimana?" tanya Alika. "Saya pulang dulu ya Bu, mau bilang kabar baik ini ke Ibu saya, nanti sore saya balik lagi ke sini," jawab Rania."Iya silahkan, nanti kalau saya belum pulang, tanyakan saja sama Bi Mun apa yang harus kamu lakukan ya," ujar Alika. "Iya baik Bu, sekali lagi terimakasih," jawab Rania.Kemudian Rania berbalik badan. Rania membawa motornya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah Alika."Sudah pulang Yang?" tanya Raka ketika melihat Alika menutup pintu pagarnya."Iya Yang, katanya mau bilang dulu ke Ibunya. kayanya Rania anak baik ya Yang," ucap Alika. "Iya kelihatannya Yang, oh iya aku berangkat sekarang saja ya Yang, sudah jam setengah delapan," pamit Raka dengan mencium pucuk kepala Alika. "Iya Yang, hati-hati di jalan ya, nanti siang aku ke sana nganterin makan siang buat suamiku," jawab Alika. "Iya Sayang, aku tunggu," jawab Raka. "Dah Sayang," ucap Raka dengan melambaikan tangannya ke arah Alika.
Baca selengkapnya

Part 98. Mencurigakan

"Kamu istirahat saja dulu, paling nanti jam setengah enam. kamu siapkan piring buat Ibu dan Bapak makan," jelas Bi Mun. "Jadi ngga langsung kerja sekarang ya Bu?" tanya Rania."Jangan panggil Ibu, panggil saja Bibi, saya Bi Mun," pinta Bi Mun. "Oh iya Bi," jawab Rania. "Jadi di sini kerjanya nanti saja kalau sore, tinggal siapin buat makan malam saja Ra, kalau makan malam sudah selesai kita sudah beresin ya tinggal tidur saja," jelas Bi Mun. "Kalau begitu Bibi tinggal dulu ya," pamit Bi Mun. "Oh iya Bi, makasih ya Bi," ucap Rania.Setelah kepergian Bi Mun. Rania langsung menutup pintunya. Rania duduk di ranjang yang lumayan empuk itu. Rania menarik nafas panjang. "Huufftt... sabar sebentar lagi Alika akan mati dihadapanmu dengan cara yang lebih menyakitkan daripada Salma, Ra," gumam Rara. "Bekerjalah selayaknya mbak Ra, oke kamu bisa," gumam Rara. Rania membaringkan tubuhnya di ranjang yang hanya bisa muat satu orang. ***Sementara itu kembali ke kantor, Raka dan Alika sedang
Baca selengkapnya

Part 99. Digagalkan

Rania yang terkejut langsung balik badan dan melihat Pak Roni di belakangnya. kemudian Rania menjawab dengan gagap "Ma... mau ambil paket Pak,".Pak Roni itu menatap dalam mata Rania. paket pagi-pagi seperti ini, kurir mana yang sudah buka jam segini pikir Pak Roni."Paket. paket apa?" tanya Pak Roni kepada Rania. "Paket baju Pak, Ibu saya yang mengirim," jawab Rania. "Oh iya, silahkan ambil cepat." perintah Pak Roni. Rania langsung berlari keluar dari rumah Alika. Rania menghampiri motor yang ada di bawah pohon. Pria yang ada di atas motor langsung memberikan kotak berukuran sedang kepada Rania. "Pekerjaanku sudah selesai mana bayaran yang kamu janjikan?" tanya Pria itu kepada Rania. "Iya sabar, nanti aku transfer kirim saja nomor rekeningmu," pinta Rania. "Awas saja kalau sampai kamu bohong. aku bisa saja melaporkanmu kepada pihak berwajib," ancam Pria itu. "Iya-iya kamu tenang saja," jawab Rania. "Aku harus kembali nanti aku kirim buktinya ke nomormu," ucap Rania. Rania la
Baca selengkapnya

Part 100. Sakit

"Iya Yang, aku juga berpikiran seperti itu," ujar Raka. Tok... Tok... Tok... Pintu kamar Alika diketuk dari luar. Alika dan Raka langsung melihat ke arah pintu. "Biar aku saja yang buka," ucap Raka.Alika membatalkan rencananya yang mau membukakan pintu. tidak lama kemudian Raka menutup pintunya kembali. Alika meminta Bi Mun untuk duduk disampingnya. Bi Mun menatap ke arah Alika. "Neng ngga apa-apa kan?" tanya Bi Mun. Alika menggelengkan kepalanya. kemudian Alika menjawab "Ngga kok Bi, memangnya ada apa?"."Huufftt... sebelumnya Bibi minta maaf Neng. tapi Bibi senang akhirnya Neng tidak minum itu teh yang dibikin oleh Rania," jawab Bi Mun. "Memangnya kenapa Bi kalau Alika minum?" tanya Raka. "Bibi memang ngga ada bukti Den, tapi Bibi lihat dengan mata kepala sendiri kalau Rania memasukan serbuk putih ke dalam minuman Neng tadi," jelas Bi Mun. Raka dan Alika langsung saling tatap. mereka sebenarnya tidak mua percaya tetati tidak mungkin juga Bi Mun akan. membohongi mereka. "B
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status