Bi Mun yang baru saja mengantarkan air putih ke depan. langsung menghampiri Alika. kemudian Bi Mun bertanya "Iya Neng ada apa?"."Bibi lagi sibuk ngga?" tanya Alika kepada Bi Mun. "Ya ngga terlalu si Neng, paling nanti tinggal siapin makan malam," jawab Bi Mun. "Kalau gitu Bi Mun sekarang ikut Alika ya, kan di sini sudah ada Pak Agus yang lihatinnya," ajak Alika. "Mau ke mana Neng, ngga keluar pakai mobil kan. kan si Neng ngga boleh bawa mobil sendiri," ujar Bi Mun dengan nada khawatir. "Ngga kok Bi, ke kamar Alika," jawab Alika. Alika berbalik badan dan berjalan masuk ke rumah. Alika naik ke lantai dua dan meminta Bi Mun untuk naik ke kamar. setelah berada di kamar Alika memilih untuk duduk di ranjang. Tring... Tring... Ponsel Alika yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka langsung mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Alika melihat di layar depan terpampang nama Raka. Alika langsung mengangkat sambungan teleponnya. "Iya Halo," ucap Alika ketika teleponny
"Baiklah anakku Bapak tanya sekali lagi, siapkan kamu menjadi seorang suami yang bertanggung jawab dengan istri dan anakmu kelak?" Pak penghulu bertanya kembali kepada Raka dengan pertanyaan yang sama. "Siap Pak," jawab Raka mantap."Kalau kamu sudah mantap dan siap lahir batin anakku, mari kita ucapkan ijab kobulnya," ucap sang penghulu. Raka menarik nafas panjang kemudian menyambut uluran tangan Pak pengulu. dengan satu tarikan nafas Raka dengan lancar mengucapkan ijab kobul itu.Tidak lama kemudian terdengar suara syukur dimana-mana. Alika yang berada di dalam kamar sampai menitikan air mata ketika suara sah itu terdengar dari para saksi."Silahkan mempelai wanitanya diajak ke sini untuk menemui pangerannya," ucap penghulu itu. Dian sekertaris Bram menghampiri Alika. Alika berjalan keluar dari kamar dengan diampit oleh Dian dan Bi Mun. Melihat Alika yang berjalan ke arahnya. Raka langsung berdiri. entah mengapa Raka merasa jalan Alika sangat lambat lama sekali untuk sampai ke h
"Iya sama-sama Sayang," jawab Raka dengan mata yang sudah terpejam. Alika mengambik tisu dan mengusap keringat Raka. setelah itu Alika memutuskan untuk turun dari ranjang dan berjalan masuk ke kamar mandi.Lima belas menit kemudian Alika kelusr dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Alika mengalihkan pandangannya ke arah jam di dinding sudah menunjukan jam setengah dua dini hari. Alika berjalan ke meja rias untuk mengeringkan rambutnya. setelah dirasa kering Alika berjalan ke arah ranjang. Alika tidur dengan posisi memeluk Raka. pagi ini Alika terbangun ketika merasakan kecupan dikeningnya. Alika merasakan bibir itu dingin sekali.Alika menggerjapkan matanya. dan melihat wajah basah Raka sudah ada di atas wajahnya. air dari rambutnya yang basah jatuh di wajah Alika."Sayang bangun," ujar Raka dengan mengusap pipi Alika dengan tangannya yang basah. "Hmm... jam berapa sekarang Yang?" tanya Alika. "Sudah jam setengah sembilan Yang, aku lapar," jawab Raka dengan mengusap-usap per
Alika berpamitan kepada Bi Mun dan berpesan agar tidak memasukan orang asing ke rumah, selama Alika dan Raka tidak ada di rumah. Alika dan Raka duduk di tengah. setelah kedua Bosnya masuk. Pak Agus membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah Alika. Karena terkena macet mereka bahkan mengabiskan waktu hampir satu jam di perjalanan. tidak lama kemudian Pak Agus memarkirkan mobilnya di parkiran hotel. "Pak langsung pulang saja ya," pinta Raka. "Iya baik Pak, ngga apa-apa ngga dianterin sampai dalam ini kopernya?" tanya Pak Agus dengan mengeluarkan koper dari bagasi mobil. "Ngga apa-apa Pak, nanti saya bawa sendiri saja," jawab Raka. "Baik Pak, Bu kalau begitu saya langsung pulang," pamit Pak Agus. Kemudian Pak Agus berjalan masuk ke kursi kemudi. Pak Agus membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel. Setelah kepergian Pak Agus. Raka menggandeng tangan istrinya dan mengajaknya masuk ke hotel."Sayang kamu tunggu di sini ya, aku
"Iya sama-sama. kamu mau masuk sekarang atau gimana?" tanya Alika. "Saya pulang dulu ya Bu, mau bilang kabar baik ini ke Ibu saya, nanti sore saya balik lagi ke sini," jawab Rania."Iya silahkan, nanti kalau saya belum pulang, tanyakan saja sama Bi Mun apa yang harus kamu lakukan ya," ujar Alika. "Iya baik Bu, sekali lagi terimakasih," jawab Rania.Kemudian Rania berbalik badan. Rania membawa motornya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah Alika."Sudah pulang Yang?" tanya Raka ketika melihat Alika menutup pintu pagarnya."Iya Yang, katanya mau bilang dulu ke Ibunya. kayanya Rania anak baik ya Yang," ucap Alika. "Iya kelihatannya Yang, oh iya aku berangkat sekarang saja ya Yang, sudah jam setengah delapan," pamit Raka dengan mencium pucuk kepala Alika. "Iya Yang, hati-hati di jalan ya, nanti siang aku ke sana nganterin makan siang buat suamiku," jawab Alika. "Iya Sayang, aku tunggu," jawab Raka. "Dah Sayang," ucap Raka dengan melambaikan tangannya ke arah Alika.
"Kamu istirahat saja dulu, paling nanti jam setengah enam. kamu siapkan piring buat Ibu dan Bapak makan," jelas Bi Mun. "Jadi ngga langsung kerja sekarang ya Bu?" tanya Rania."Jangan panggil Ibu, panggil saja Bibi, saya Bi Mun," pinta Bi Mun. "Oh iya Bi," jawab Rania. "Jadi di sini kerjanya nanti saja kalau sore, tinggal siapin buat makan malam saja Ra, kalau makan malam sudah selesai kita sudah beresin ya tinggal tidur saja," jelas Bi Mun. "Kalau begitu Bibi tinggal dulu ya," pamit Bi Mun. "Oh iya Bi, makasih ya Bi," ucap Rania.Setelah kepergian Bi Mun. Rania langsung menutup pintunya. Rania duduk di ranjang yang lumayan empuk itu. Rania menarik nafas panjang. "Huufftt... sabar sebentar lagi Alika akan mati dihadapanmu dengan cara yang lebih menyakitkan daripada Salma, Ra," gumam Rara. "Bekerjalah selayaknya mbak Ra, oke kamu bisa," gumam Rara. Rania membaringkan tubuhnya di ranjang yang hanya bisa muat satu orang. ***Sementara itu kembali ke kantor, Raka dan Alika sedang
Rania yang terkejut langsung balik badan dan melihat Pak Roni di belakangnya. kemudian Rania menjawab dengan gagap "Ma... mau ambil paket Pak,".Pak Roni itu menatap dalam mata Rania. paket pagi-pagi seperti ini, kurir mana yang sudah buka jam segini pikir Pak Roni."Paket. paket apa?" tanya Pak Roni kepada Rania. "Paket baju Pak, Ibu saya yang mengirim," jawab Rania. "Oh iya, silahkan ambil cepat." perintah Pak Roni. Rania langsung berlari keluar dari rumah Alika. Rania menghampiri motor yang ada di bawah pohon. Pria yang ada di atas motor langsung memberikan kotak berukuran sedang kepada Rania. "Pekerjaanku sudah selesai mana bayaran yang kamu janjikan?" tanya Pria itu kepada Rania. "Iya sabar, nanti aku transfer kirim saja nomor rekeningmu," pinta Rania. "Awas saja kalau sampai kamu bohong. aku bisa saja melaporkanmu kepada pihak berwajib," ancam Pria itu. "Iya-iya kamu tenang saja," jawab Rania. "Aku harus kembali nanti aku kirim buktinya ke nomormu," ucap Rania. Rania la
"Iya Yang, aku juga berpikiran seperti itu," ujar Raka. Tok... Tok... Tok... Pintu kamar Alika diketuk dari luar. Alika dan Raka langsung melihat ke arah pintu. "Biar aku saja yang buka," ucap Raka.Alika membatalkan rencananya yang mau membukakan pintu. tidak lama kemudian Raka menutup pintunya kembali. Alika meminta Bi Mun untuk duduk disampingnya. Bi Mun menatap ke arah Alika. "Neng ngga apa-apa kan?" tanya Bi Mun. Alika menggelengkan kepalanya. kemudian Alika menjawab "Ngga kok Bi, memangnya ada apa?"."Huufftt... sebelumnya Bibi minta maaf Neng. tapi Bibi senang akhirnya Neng tidak minum itu teh yang dibikin oleh Rania," jawab Bi Mun. "Memangnya kenapa Bi kalau Alika minum?" tanya Raka. "Bibi memang ngga ada bukti Den, tapi Bibi lihat dengan mata kepala sendiri kalau Rania memasukan serbuk putih ke dalam minuman Neng tadi," jelas Bi Mun. Raka dan Alika langsung saling tatap. mereka sebenarnya tidak mua percaya tetati tidak mungkin juga Bi Mun akan. membohongi mereka. "B
"Iya do'anya saja. makasih ya Bri sudah mau mengantarkan kita. hati-hati bawa mobilnya," ucap Alika. "Iya Al, kami pulang dulu," pamit Brian. Kemudian Brian kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel."Yang masuk sekarang yuk," ajak Raka kepada istrinya. "Hmm... ayo Yang," jawab Alika. Kemudian Alika dan Raka masuk ke dalam hotel. mereka berada di dalam kamar seperti pasangan pengantin baru saja. Bahkan hampir semalaman mereka berdua tidak tidur. Alika dan Raka berada di hotel selama dua hari tiga malam. Pagi ini adalah hari ke tiga Alika dan Raka berada di hotel, siang ini mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka pulang ke rumah di jemput oleh Pak Agus. sudah ada tiga bulan terakhir ini Alika tidak lagi bekerja dengan alasan ingin istirahat agar cepat dapat momongan. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Raka melihat di layar depan terpampang
"Kamu jangan mengada-ngada berita yang tidak benar kaya gini lah Bri, aku ngga suka," pinta Raka."Yang kamu jangan seperti ini, semua itu memang benar. kami yang mendengarnya sendiri, bahkan kami sudah melihat Bram untuk terakhir kalinya," ucap Alika dengan menangkup wajah suaminya.Tanpa berkata-kata Raka hanya bisa memeluk istrinya dengan erat. ini kehilangan kedua kalinya bagi Raka. Lagi-lagi Raka harus merelakan kehilangan seorang teman, sahabat dan juga ayah selama ini. Raka dan Brian langsung mengurus semua pemakaman Bram hingga selesai. karena waktu sudah malam mereka memutuskan untuk memakamkan jasad pada pagi harinya saja. Mereka membawa pulang jasad Bram ke rumah Bram. saat mobil ambulace datang, sudah banyak warga dan juga karyawan ada juga beberapa kerabat jauh yang datang ke sana. Pagi ini jam setengah delapan mereka berbondong-bondong mngantarkan jasad Bram ke tempat terakhirnya. Jam sembilan semua proses pemakamannya selesai. para pelayad juga sudah mulai pergi, t
Bram melepaskan pelukannya telebih dahulu. kemudian Bram berkata "Kamu tahu, sejak pernikahanmu dengan Raka terjadi, aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri, di sini aku hanya ada Raka, begitu juga dengan Raka. Raka hanya ada aku dan sekarang Raka memilikimu,"."Aku juga mau jujur kepadamu. hal yang mungkin akan sangat menyakitkan untukmu," ujar Bram. "Apa katakan saja," pinta Alika. Alika meminta Bram untuk duduk karena melihat pancaran wajahnya yang semakin pucat. "Kamu selama ini mencari di mana orang tuamu kan?" tanya Bram. Alika menganggukan kepalanya, kemudian Alika bertanya "Iya, lalu ada apa?"."Aku akan memberitahumu sesuatu. kedua orang tuamu masih ada dan keduanya masih sehat. mereka tinggal disalah satu desa dan Raka sudah mengetahui semuanya karena aku yang mengatakannya." jawab Bram. "Lalu di mana kedua orang tuaku?" tanya Alika dengan mengguncangkan pelan tubuh Bram. Bram mengeluarkan satu lembar kertas bertuliskan sebuah alamat. Bram memberikannya kepada Ali
"Pasti enak lah Yang, kan kamu yang bikin," jawab Raka. Kemudian Raka membalikan badan Alika. saat ini posisi Alika dan Raka saling berhadapan. bahkan wajah mereka hanya berjarak satu centimeter saja. Alika mengalungkan tangannya ke leher Raka. Alika sengaja memiringkan wajahnya, Alika tahu apa yang saat ini ada di pikiran suaminya.Pasti Raka sedang berat untuk meninggalkannya di rumah sendirian selama ini. "Kenapa?" tanya Alika. Bukannya menjawab Raka malah mendekatkan wajahnya ke wajah Alika. Raka mengecup bibir tipis istrinya itu, bukan kecupan singkat tetapi Raka selalu menuntut kepada Alika untuk lagi dan lagi. Setelah berciuman cukup lama, Alika melepaskannya terlebih dahulu. kemudian Alika dan Raka saling pandang. Raka mendaratkan kecupan singkat di bibir Alika. "Aku bakal kangen banget sama kamu Yang," bisik Raka di telinga Alika. "Iya Sayang, aku juga bakal kangen sama kamu. makanya semangat kerjanga biar cepet selesai kerjaannya ya, terus nanti bisa pulang," ucap Ali
Dua puluh lima menit kemudian mobil Raka memasuki komplek perumahan yang terlihat elit itu. Raka melihat ke arah Brian dengan tatapan tidak percaya. "Yakin pacarmu di sini Bri?" tanya Raka.Alika dan Brian mengalihkan pandangannya ke arah Raka. kemudian Brian bertanya "Iya lah yakin memangnya ada apa Rak, kok kamu tanyanya aneh?"."Kenal dimana sama wanita di sini kamu Bri. jangan-jangan calon istrimu itu masih abg ya Bri?" tanya Raka. "Ya ngga lah Rak, dia seumuran dengan istrimu, nanti kamu juga akan tahu," jawab Brian. Tidak lama kemudian mobil yang Raka kendarai di minta untuk belok ke salah satu rumah. rumah itu terlihat sangat luas dari bagian depan. Dengan cat tembok warna putih dan emas yang membuat rumah itu terlihat mewah dan elegan. Raka melihat di dalam pekarangan rumahnya, ada tiga mobil mewah yang terparkir. "Wah keren Bri," ujar Raka dengan menepuk pundak Brian. Brian hanya menjawab dengan tertawa perkataan Raka. kemudian Raka dan Alika berjalan di belakang kedua
"Boleh ayo," ajak Raka. Raka menggandeng tangan istrinya. Raka membukakan pintu mobil untuk Alika. setelah ity Raka masuk ke kursi kemudi.Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah mereka.Dua puluh lima menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di parkiran mal. Raka dan Alika keluar dari mobil mereka berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam mal. "Yang sini deh," ajak Raka. Raka dan Alika masuk ke salah satu toko yang menjual perhiasan. Alika hanya menurut ke suaminya. "Menurut kamu bagus yang mana Yang?" tanya Raka dengan menunjukan dua kalung kepada Alika. "Semuanya bagus Yang, memangnya mau buat siapa?" tanya Alika. "Ya buat kamu Sayang, memangnya buat siapa lagi," jawab Raka. "Hehe... ya kirain kamu mau ngasih hadiah buat siapa," jawab Alika. "Iya Yang, kan sudah lama ngga aku kasih hadiah buat istriku ini," ucap Raka dengan mengusap pucuk kepala Alika. "Hmm... aku yang ini aja kayanya bagus," ucap Alika dengan menunjuk kalung berliont
"Oh iya sampai lupa," jawab Brian dengan menepuk keningnya sendiri.Brian berbalik badan dan berjalan ke arah sepasang suami istri itu. mereka bertiga terlihat sedang berbicara tetapi tidak bisa Alika dengar dengan jelas.Tidak lama kemudian Brian kembali dengan berjalan beriringan dengan kedua orang tua tadi ke arah Alika. "Alika ini kenalin kedua orang tuaku, mereka baru saja bisa datang ke sini setelah beberapa tahun mereka tinggal di luar negeri untuk masalah pekerjaan," ucap Brian dengan menunjuk ke arah kedua orang tuanya. "Oh iya, salam kenal Pak, Bu. saya Alika," ucap Alika dengan mengulurkan tangannya ke arah Ibu Brian. "Iya salam kenal, sudah berapa lama kamu kenal dengan anak saya?" tanya Ibunya Brian dengan membalas uluran tangan Alika. "Sudah lama ya Bri," jawab Alika. "Iya Ma, sudah lama sekali. dia istri temanku Ma, si Raka." jawab Brian. Mungkin Mamanya mengira kalau Alika adalah calon istri yang dibilang oleh Brian semalam. "Kenapa kalian masih di luar, ayo mas
"Tapi tidak apa-apa, Mama sama Papa ihklas kalian meninggalkan kami. Mama sama Papa yakin, setelah hujan akan ada pelangi yang datang. pasti tuhan akan menyiapka kebahagian untuk Mama sama Papa," gumam Alika. "Oh iya kalian baik-baik ya di atas sana, Mama sama Papa akan selalu mengujungi kalian," lanjut Alika."Al," ucap Raka. Raka sudah tidak sanggup lagi mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Alika. "Iya Yang," jawab Alika. "Mama sama Papa, pulang dulu ya Sayang," pamit Alika. Alika mengecup dua nisan itu bergantian. sedangkan Raka hanya mengusapnya saja. Alika memeluk Alika dan mengajaknya ke parkiran mobil. Setelah Raka dan Alika masuk ke dalam mobil. Pak Agus kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Pak Agus menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Raka turun dari mobil dan menuntun Raka masuk ke dalam rumah. Raka mengajak Alika untuk duduk di sofa yang berada diruang tamu. Raka juga meminta Bi Mun un
"Ta... tapi bagaimana dengan istri saya?" tanya Raka. "Bapak serahkan saja sama kami ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri Bapak," ucap perawat itu."Sudah Rak, kamu percaya saja sama mereka yang lebih tahu." pinta Brian. Kemudian Brian memilih untuk duduk di kursi tunggu. sedangkan Raka berjalan mondar mandir di depan pintu ruang rawat Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah enam pagi. Tring... Tring... Ponsel Brian yang berada di dalam saku jaket berdering. Brian mengeluarkan ponselnya dan melihat di layar depan terpampang nama Bram."Halo Pak, pagi," sapa Brian ketika teleponnya sudah tersambung. "Pagi, kamu lagi di mana?" tanya Bram diseberang sana. "Saya sedang di rumah sakit, sedang menemani Raka dan istrinya Pak," jawab Brian. "Raka, ada apa dengan Raka?" tanya Bram. "Istrinya melahirkan Pak, tetapi kedua anaknya tidak bisa diselamatkan," jawab Brian dengan nada yang berbisik. "Innalillahiwainna