Semua Bab Misteri di balik cinta Alika: Bab 101 - Bab 110

117 Bab

Part 101. Tangis bahagia

"Kalau di lihat dari hasil tes pack ini sudah menunjukan garis dua. itu artinya Ibu memang sedang mengandung. tetapi untuk lebih jelasnya Ibu bisa lakukan usg langsung Bu, biar lebih jelas," saran dokter yang menangani Alika. "Tunggu Dok, jadi itu artinya kemungkinan besar saya hamil Dok?" tanya Alika dengan nada senang."Iya Ibu, kalau mau lebih jelasnya bisa diusg ibu, sebelumnya selamat ya," jawab dokter yang menangani Alika. "Di sini bisa usg sekarang juga dok?" tanya Alika lagi. "Iya bisa Ibu, kalau Ibu mau," jawab Bu dokter itu. "Iya Dok, saya mau," jawab Alika langsung. Kemudian dokter wanita itu meminta perawat yang membantunya untuk menyiakan, alat untuk mereka usg. Alika diperintahkan untuk berbaring di bed kembali."Ibu datang ke sini sendirian?" tanya dokter itu kepada Alika. "Iya Dok kalau kabar ini beneran. aku mau kasih kejutan buat suami saya Dok," jawab Alika.Kemudian dokter itu mengoleskan jel diperut Alika. mereka memeriksa perut Alika kurang lebih lima menit
Baca selengkapnya

Part 102. Terkunci dikamar sendiri

"Makasih Sayang," bisik Raka.Raka mencium pipi Alika sampai memerah karena Raka terlalu keras menciumnya. "Sayang udah jangan nangis," ucap Alika dengan mengusap air mata Raka."Aku senang banget dengar kabar ini Sayang," jawab Raka. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka dan Alika langsung mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Raka melihat di layar depam terpampang nama Brian. Raka langsung turun dari ranjang dan mengangkat teleponnya. "Halo Bri, ada apa?" tanya Raka ketika teleponnya sudah tersambung. "Rak, kamu ada dimana?" Brian balik bertanya kepada Raka. "Aku masih ada di rumah Bri," jawab Raka. "Ini gawat, untunglah kamu masih ada di rumah" ucap Brian diseberang sana dengan nada panik. Raka berjalan menjauh dari ranjang, karena Raka takut kalau Alika mendengar pembicaraan dengan Brian, dan akan membuat Alika banyak pikiran. "Apanya yang gawat Bri?" tanya Raka. Saat ini Raka berada di balkon kamarnya. "Pembantumu y
Baca selengkapnya

Part 103. Ketahuan

Alika melihat ke arah ranjang, dan memgalihkan pandangannya ke arah kamar mandi. Alika tidak mendapati Raka di kamar. Tok... Tok... Tok... Alika mengetuk pintu kamarnya berharap ada orang di depan. bagaimana bisa dia bisa terkunci dari luar di kamarya sendiri pikir Alika. "Yang, Bi, Ra siapapun yang di luar tolong dong buka pintunya," teriak Alika dari dalam kamar dengan mengetuk kamarnya dari dalam.Raka dan Bi Mun yang sedang berada di depan kamar Alika langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. "Den. Neng Alika sudah bangun, bagaimana ini?" tanya Bi Mun. "Sekarang Bibi tarik nafas terus buang, Bibi harus tenang dan jangan panik agar Alika tidak curiga. ingat kalau Alika tanya tentang Rania, Bibi jawab saja sedang keluar untuk membeli sesuatu," pinta Raka. "Iya Den," jawab Bi Mun. Kemudian Raka dan Bi Mun berjalan ke depan pintu kamar Alika. Raka membuka pintu kamar Alika dan saat pintu terbuka Raka melihat Alika menatapnya dengan tatapan aneh. "Yang, kok bisa aku ke k
Baca selengkapnya

Part 104. Balas dendam

Setelah membalas pesan Bram. Raka memutuskan untuk tidur karena besok dirinya membutuhkan tenaga ekstra,Raka akan kembali melihat langsung gadis yang polos bekerja sama dengannya selama dua minggu ternyata wanita itu yang membahayakan istrinya. Pagi ini Alika bangun jam setengah enam pagi. seperti biasa Alika saat bangun tidur selalu mual, Alika langsung berlari ke kamar mandi. Alika berusaha agar mualnya tidak menimbulkan suara. tetapi gagal hal itu membuat Raka terbangun, Raka langsung membantu Alika mengoleskan minyak kayu putih ke tekuk lehernya. "Hufftt... maaf Yang, malah bikin kamu bangun," ucap Alika. "Ngga apa-apa Yang, nanti jam setengah tujuh Mas juga harus berangkat kerja," jawab Raka. Kemudian Alika dan Raka turun ke bawah untuk membuat sarapan. jam setengah tujuh kurang lima belas menit Raka kembali naik ke kamarnya untuk bersiap. "Yang, nanti pulang jam berapa?" tanya Alika yang baru saja masuk ke kamar. "Belum tahu Yang, kayanya sih malam, ngga apa-apa kan?" R
Baca selengkapnya

Part 105. Hari pertama bekerja

Terdengar rintihan kesakitan dari mulut Rara. tetapi Bram tidak perduli dengan itu, Bram sudah membalaskan dendam Alika kepada Rara. Mungkin dengan cara ini Bram bisa menembus semua kesalahannya, yang oernah dirinya lakuka kepada Alika."Urusanku sudah selesai, sekarang tinggal urusan kalian. pastikan tidak ada orang yang melihat semua ini, dan kalian harus menutup mulut kalian seperti biasa, anggap saja seperti tidak terjadi apa-apa," pinta Bram. "Iya siap Pak," jawab Joko dan yang lainnya. Kemudian Bram berjalan keluar dari gedung itu setelah menbersihkan dirinya dari noda merah. saat Bram keluar Bram melihat Raka masih ada di depan mobil. "Rak antar saya kembali ke bandara," pinta Bram. "Bapak tidak mau balik ke rumah dulu atau ke kantor?" tanya Raka. "Tidak," jawab Bram. Kemudian Bram berjalan dan masuk ke dalam mobil. Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke bandara sesuai dengan yang Bram minta. Empat puluh lima menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di
Baca selengkapnya

Part 106. Membutuhkan tindakan

Setelah menyiapkan meja kerja untuk Alika. Raka dan Alika sibuk dengan laptop masing-masing. meski Alika istrinya tetapi saat berada di kantor, Raka memperlakukan Alika seperti asistennya, Dian.Hari ini Raka bekerja seperti ada yang berbeda atau karena ada istrinya yang ikut bekerja, Raka menjadi lebih semangat ketika melihat disampingnya ada Alika yang sedang serius dalam bekerja. Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. tidak terasa sudah lima bulan lamanya Alika bekerja di kantor bersama suaminya. Kandungan Alika semakin hari semakin membesar, bahkan hari lahir sudah tinggal menghitung hari. semua persiapan mulai dari kamar baju semua sudah Alika siapkan untuk kedua baby kembarnya. Malam ini entah mengapa hati Alika terasa gelisah, lima menit sekali Alika selalu ke kamar mandi untuk buang air kecil. "Perutnya sakit Yang?" tanya Raka dengan mengusap perut istrinyam"Ngga tahu Yang, tapi bentar-bentar ke kamar mandi, ngga kaya biasanya," ucap Alika. "Padahal kan kelahir
Baca selengkapnya

Part 107. Luka mendalam

Raka membuka matanya, Raka menarik nafas panjang kemudian Raka menjawab "Iya lakukan apa saja yang terbaik untuk istri dan anak-anakku Dok,"."Baik Pak kalau Bapak sudah setuju, nanti akan ada beberapa perjanjian yang harus ditanda tangani oleh Bapak, kalau begitu siapkan ruang operasinya Sus," pinta dokter itu."Iya baik Dok," jawab Raka. Setelah melakukan persiapan Alika dibawa ke ruangan untuk melakukan tindak operasi. Raka meminta agar dirinya bisa menemani istrinya untuk melahirkan. Dan tentu hal itu langsung disetujui oleh pihak rumah sakit. setelah memakai baju khusus untuk menemani operasi.Alika menggengam tangan Raka sangat kuat. Raka membisikan kata-kata semangat untuk istrinya. tanpa Raka sadari air matanya jatuh.Setelah kurang lebih satu jam berada di ruang operasi, terlihat wajah-wajah para dokter itu menyerah dan terdengar helaan nafas panjang dari dokter laki-laki satu-satunya yang ada di ruang operasi."Pak Raka, sini sebentar," panggil Dokter pria kepada Raka. "I
Baca selengkapnya

Part 108. Siap tidak siap

"Nanti Den, Neng Alika masih ada di ruang penghangat dan tidak boleh ada yang menemani," jawab Bi Mun. "Oh gitu ya Bi, berapa lama di ruang penghangat kata dokter Bi?" tanya Raka kepada Bi Mun. "Kalau ngga salah katanya dua jam Den," jawab Bi Mun."Oh gitu ya Bi, ya sudah aku tunggu saja di sini bareng sama Bibi," ujar Raka. Raka duduk di kursi yang terbuat dari besi disamping Bi Mun. Raka menyenderkan kepalanya ke tembok. Raka menarik nafas panjang. Raka memejamkan matanya. wajah kecil kedua anaknya masih terbayang di kepalanya. meski Raka hanya menatapnya sekilas. 'Apa yang akan aku katakan kepada Alika nanti,' batin Raka.Tap... Tap... Tap... Terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Raka membuka matanya dan mengalihkan pandangannya ke arah suara. Raka melihat seorang dokter datang kepadanya. Raka langsung berdiri dan bertanya "Ada apa Dok?"."Begini Pak lima menit lagi Bu Alika sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat. apakah Bapak sudah siap?" tanya dokter yang m
Baca selengkapnya

Part 109. Jadi pendiam

"Ta... tapi bagaimana dengan istri saya?" tanya Raka. "Bapak serahkan saja sama kami ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri Bapak," ucap perawat itu."Sudah Rak, kamu percaya saja sama mereka yang lebih tahu." pinta Brian. Kemudian Brian memilih untuk duduk di kursi tunggu. sedangkan Raka berjalan mondar mandir di depan pintu ruang rawat Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah enam pagi. Tring... Tring... Ponsel Brian yang berada di dalam saku jaket berdering. Brian mengeluarkan ponselnya dan melihat di layar depan terpampang nama Bram."Halo Pak, pagi," sapa Brian ketika teleponnya sudah tersambung. "Pagi, kamu lagi di mana?" tanya Bram diseberang sana. "Saya sedang di rumah sakit, sedang menemani Raka dan istrinya Pak," jawab Brian. "Raka, ada apa dengan Raka?" tanya Bram. "Istrinya melahirkan Pak, tetapi kedua anaknya tidak bisa diselamatkan," jawab Brian dengan nada yang berbisik. "Innalillahiwainna
Baca selengkapnya

Part 110. Kedatangan Brian

"Tapi tidak apa-apa, Mama sama Papa ihklas kalian meninggalkan kami. Mama sama Papa yakin, setelah hujan akan ada pelangi yang datang. pasti tuhan akan menyiapka kebahagian untuk Mama sama Papa," gumam Alika. "Oh iya kalian baik-baik ya di atas sana, Mama sama Papa akan selalu mengujungi kalian," lanjut Alika."Al," ucap Raka. Raka sudah tidak sanggup lagi mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Alika. "Iya Yang," jawab Alika. "Mama sama Papa, pulang dulu ya Sayang," pamit Alika. Alika mengecup dua nisan itu bergantian. sedangkan Raka hanya mengusapnya saja. Alika memeluk Alika dan mengajaknya ke parkiran mobil. Setelah Raka dan Alika masuk ke dalam mobil. Pak Agus kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Pak Agus menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Raka turun dari mobil dan menuntun Raka masuk ke dalam rumah. Raka mengajak Alika untuk duduk di sofa yang berada diruang tamu. Raka juga meminta Bi Mun un
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status