Home / Romansa / Nafkah Batin Basi / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Nafkah Batin Basi: Chapter 141 - Chapter 150

200 Chapters

Bab 141. Rahasia Tentang Daffin

Bab 141. Rahasia Tentang Daffin “Hey! Tolong jangan ikut campur dengan urusan pribadi saya, ya! Anda siapa, hah!” teriak Daffin kaget. “Saya Amelia. Saya tidak suka bila ada seorang anak yang bersikap kasar pada ibu kandungnya! Jelas?” sahut Amelia tak gentar. “Kau! Ahhhhh … Sudahlah! Tak perlu dibahas. Dengar, sekarang juga anggota saya yang berjaga di depan itu akan mengantarkan Anda kembali ke kantor saya. Pacar Anda yang bernama Andre sudah datang menjelaskan semuanya. Dia menyelamatkan Anda! Saya minta maaf karena telah salah menuduh! Mengenai kerusakan mobil, itu urusan belakang. Yang penting sekarang Anda sudah saya bebaskan dan pacar Anda sudah menunggu Anda di sini, ok, itu saja selamat siang!” “Tunggu!” bentak Amelia mengangetkan tak hanya Daffin, tapi juga Andre. “Dengar Pak Daffin, saya tidak kenal dengan pria yang bernama Andre! Saya juga tidak pernah punya pacar bernama Andre! Urusan kita belum selesai! Saya tidak akan keluar dari rumah Anda ini sebelum urusan k
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

Bab 142. Kami Tidak Selingkuh, Mel!

Bab 142. Kami Tidak Selingkuh, Mel! “Kalau saya boleh saran, ya, Tante. Kenapa Tante tidak berusaha untuk mengambil hati Pak Daffin juga seperti yang dilakukan oleh perempuan itu?” “Sudah, segala cara juga sudah tante lakukan untuk itu. Tetapi hati Daffin sudah terlanjur beku. Racun yang disuntikkan oleh Mas Hendra dan Lidya di otaknya sudah menyebar sampai ke tulang sumsum. Daffin sangat membenci tante. Dulu dia hanya didoktrin membenci tante dengan kalimat tante adalah seorang pelac+ur, tetapi setelah Mas Hendra meninggal, Lidya mensugesti pikirannya bahwa yang membuat mas Hendra meninggal adalah Tante.” “Apa yang telah Tante lakuin, sehingga Pak Daffin begitu percaya?” “Papa kandung Daffin.” “Maksud Tante? Siapa?” “Mas Andi, pria pilihan tante.” “Dia yang membunuh Pak Hendra?” “Bukan, Mel. Dia tidak seburuk itu. Mas Andi pria yang baik. Jangankan membunuh manusia, memukul nyamuk saja dia mikir, kalau tidak benar-benar menggigit duluan, dia tak akan mau menyakiti siapapun.
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

Bab 143. Debar Halus di Dada Daffin

Bab 143. Debar Halus di Dada Daffin “Mel!” Amelia tersentak. Rahayu telah berdiri di sampingnya. Tangan wanita itu menyentuh pelan bahu Amelia. “Kekasihmu sangat mencintai kamu, boleh tahu kenapa kalian bisa berpisah?” “Mantan, Tante. Bukan kekasih lagi. Kami tidak cocok. Itu saja.” “Ya, sepertinya dia pria yang baik. Bagaimana pula dengan Daffin? Jika pria sebaik mantan kekasih kamu itu saja sulit mendapatkan cinta gadis seperti kamu, konon pula Daffin yang memiliki karakter begitu buruk.” Amelia terkesiap, entah apa maksud ucapan wanita ini. “Tante, Pak Daffin sudah pulang. Tapi ini sudah terlalu sore. Saya izin pulang juga, ya, Tan. Di rumah ada dua orang anak kecil yang harus saya urus juga. Besok, saya janji akan singgah ke sini menemui Tante,” dalihnya kemudian. “Dua orang anak kecil?” Rahayu mengernyitkan kening. “Ya, orang tuanya sedang ada masalah berat. Saya tidak tega mengantarkan mereka ke yayasan yatim piatu atau ke dinas sosial.” “Mulia sekali hati kamu, Mel.
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

Bab 144. Kejutan Dari Lidya

Bab 144. Kejutan Dari Lidya Amelia menoleh. Kaki yang sempat turun sebelah kembali dia angkat ke dalam. Pria ini sudah memulai mengajaknya berbicara, sekalipun kalimat yang dia ucap adalah kalimat sindrian yang sama sekali tak enak didengar. Tetapi, setidaknya dia sudah memulai komunikasi. Maka Amelia harus menggunakan kesempatan ini untuk membantu Rahayu, sosok ibu yang begitu menyentuh hatinya. “Kenapa tidak jadi turun?” tanya Daffin menatapnya sekilas. “Kebetulan Anda sudah mengajak saya berbicara. Saya juga ingin membicarakan sesuatu dengan Anda, tentu saja kalau Anda tidak keberatan,” ucap Amelia menatap Daffin lekat. “Maaf, saya bukan type pria yang suka bergosip. Saya tidak punya waktu untuk itu!” tolak pria itu tegas. “Hemh, sepertinya Anda takut kalau saya membicarakan hal pribadi Anda?” “Anggap saja begitu!” “Masalahnya saya merasa terpanggil untuk membicarakannya dengan Anda.” “Oh, ya? Apakah Anda seorang konsultan jasa penyampai omongan dusta seorang ibu mantan p
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

Bab 145. Cinta Terlarang Mama Tiri

Bab 145. Cinta Terlarang Mama Tiri “Baik, aku maklum, sih? Cewek mana juga yang tidak akan tertarik pada Daffin. Tampan, mapan, tak kurang apapun. Semua perempuan pasti tergila-gila padanya. tak terkecuali perempuan udik dan ya, bisa dibilang jauh dari kata cantik seperti dirimu! Kau juga berhak menyukai pria tampan, iya, kan. Tapi aku sarankan, kalau ngayal jangan ketinggian. Karena enggak mungkin juga kan, Daffin suka sama perempuan level enam puluh seperti kamu! Levelnya Daffin itu 99, 99. Kamu sadar diri, dong!” sindir Lidya. “Sayang sekali, selain jelek, ternyata saya perempuan bandel. Semakin dilarang, saya malah makin penasaran! Saya akan tetap mendekati Pak Daffin. Anda tak berhak melarang saya!” “Kau …! Kamu mau berhadapan dengan saya?” “Lah, Anda siapa kok, berani-beraninya ngelarang saya?” “Kau mau tahu siapa saya?” “Dari tadi juga saya tanya Anda siapa? Oooh, bentar! Saya curiga, nih. Sepertinya Anda ini ibunya, ya? Anda pasti Lidya, kan? Ibu tiri pak Daffin
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

Bab 146. Apakah Daffin Sakit Jiwa?

Bab 146. Apakah Daffin Sakit Jiwa? “Daffin, kau salah dengar, Nak!” Lidya berusaha meyakinkan Daffin. “Ok, aku … aku bingung! kepalaku sakit! Ini terlalu mengejutkan!” “Daffin, Sayang! Tenang, ya! Kau memang tidak bisa berfikir keras, Nak! Kamu sakit, kan? Sekarang kita pergi dari sini, kita pulang ke rumah Mama saja, ya! Obat sakit kepala kamu ada di rumah mama, kan, Sayang!” “Tidak! Stop di situ! Mulai detik ini, jangan pernah kau urusi aku! Aku akan mencari tahu semuanya! Amelia! Tolong bawa aku ke dalam rumahmu! Tolong, jangan izinkan wanita ini membawaku ….Kepalaku … kepalaku … sak .…” “Pak Daffin!” Replex Amelia dan Dadang menagkap tubuh Daffin yang terjatuh lemas. “Daffin ….! Awas, aku akan membawanya pulang!” “Jangan! Pak Daffin memintaku agar melarang Tante membawanya pulang!” “Daffin sakit, Amelia! Obatnya ada di rumahku! Hanya aku yang bisa mengobatinya!” “Tidak, Tante! Ayo, Wak! Kita bawa masuk!” cegah Amelia. Amelia dan Dadang berupaya memapah tubuh Daffin yang
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Bab 147. Daffin Tak Mau Pulang

Bab 147. Daffin Tak Mau Pulang “Oh, ya. Sepertinya Anda kurang suka dengan tindakan saya, ya? Saya sudah tanyakan kepada Bos Anda! Katanya dia tak punya dokter pribadi khusus. Jika dia sakit dan butuh dokter, maka Tante Lidya yang mengurus semuanya. Saat ini, Pak Daffin sedang berseteru dengan ibu tirinya itu. Apakah Anda bisa menjamin kalau Dokter kepercayaan Tante Lidya juga yang kita panggil ke sini? Anda bisa menjamin Tante Lidya tidak akan melakukan sesuatu terhadap Bos Anda!?” Amelia mencoba memberi pria itu pengertian. “Apakah Dokter yang Anda panggil itu bisa kita percaya?” “Saya yang bertanggung jawab!” “Baik kalau begitu, kami akan izinkan dia masuk,” cetus pria itu langsung berbalik arah. Amelia menunggu dengan sabar. Dr. Ferouk pasti bisa memastikan dan menyembuhkan sakit di kepala pria ini. Ketukan halus di daun pintu membuat Amelia lega. “Masuk aja, Om! Tidak dikunci, kok!” “Selamat malam, Amelia!” Pintu kamar tamu itu terbuka. Seorang Dokter muda melangkah mas
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Bab 148. Amelia Psikiater Untuk Daffin

Bab 148. Amelia Psikiater Untuk Daffin ‘Gila, ya. Ini rumah aku, lho! Kenapa malah dia yang ngatur dan ngusir-ngusir aku?’ Amelia tak habis pikir. Emosi Daffin tiba-tiba meledak lagi. Wanita itu memberi isyarat agar Bik Jum keluar. Pintu kamar itu dia tarik pelan dari luar. Sang kepala bodyguard sudah berdiri di depan pintu. “Saya mendengar Pak Daffin berteriak lagi, Mbak?” tanyanya khawatir. Amelia mengangguk. “Maaf, Mbak. Sebenarnya yang dibutuhkan oleh Pak Daffin itu bukan Dokter tapi ….” “Tapi?” Amelia menyipitkan kedua matanya, menanti lanjutan kalimat pria itu. “Seorang Psikiater, Mbak.” “Oh? Bos Anda sakit jiwa, ya?” “Bukan begitu, Mbak. Tapi, setelah saya pelajari dan amati selama saya bekerja dengannya, saya berkesimpulan seperti itu, Mbak. Dan –“ “Dan apa, Pak?” “Sebenarnya ini rahasia, Mbak. Saya khawatir kalau harus membeberkannya sama Mbak.” “Wah, banyak banget rahasia bos Anda. Sepertinya hidupnya memang penuh rahasia, ya?” “Yah, begitulah, Mbak. Sebenar
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Bab 149. DR. Fitri Masa Lalu Daffin

Bab 149. DR. Fitri Masa Lalu Daffin “Kalau dia lupa siapa Pak Daffin, bilang aja Direktur Utama PT. Adhitama. Tolong sampaikan, ya, Sus!” Amelia memelas. “Baik, tolong tunggu sebentar!” Perawat itu akhirnya mengalah. Amelia mengulas senyum sebagai tanda terima kasih. Sang perawat segera menghubungi melalui sambungan telepon yang tersedia di atas meja. “Baik, Mbak! Kata Dr. Fitri, Mbak boleh masuk setelah pasien habis, mohon menunggu sebentar, ya!” “Baik terima kasih.” Amelia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Hampir pukul sembilan malam. Perutnya sudah mulai terasa perih. Gadis itu baru teringat kalau dia belum makan malam. Tetapi, dia harus sabar menunggu dulu. “Silahkan masuk, Mbak!” titah sang perawat setelah pasien di klinik itu benar-benar habis. Amelia bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju ruangan yang ditunjuk oleh perawat jaga. Sedikit nerveus juga gadis itu ketika sudah berada di ambang pintu ruangan khusus sang Dokter. Entah seperti apa
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Bab 150. Daffin Masak Sendiri

Bab 150. Daffin masak Sendiri Amelia gegas turun dari mobil sepulang dari klinik Dr. Fitri, begitu khawatir akan keadaan Daffin. “Bagaimana keadaan Pak Daffin?” tanya Amelia kepada penjaga yang masih setia menunggu di teras rumah. “Sepertinya sudah tertidur pulas setelah meminum obat yang diresepkan oleh Dokter tadi, Mbak.” “Syukurlah. Saya minta maaf, kalau Bapak-bapak merasa kurang nyaman di sini. Tidak ada pos atau apa yang bisa kalian gunakan untuk istirahat. Saya tidak pernah punya bodyguard, jadi kurang paham tentang fasilitas untuk Bapak-bapak. Kalau Bapak-bapak memang mau beristirahat, silahkan masuk saja ke dalam!” “Tidak masalah, Mbak! Kami sudah terbiasa seperti ini. Lagi pula sebentar lagi kami ganti ship, kok. Kami akan bergantian dengan teman yang lainnya. Kami pulang, bentar lagi, kok, Mbak, istirahat di rumah saja.” “Oh, begitu?” “Iya, Mbak Amel silahkan istirahat saja!” “Baik, saya masuk, ya, Bapak-bapak!” “Silahkan, Mbak!” Amelia merasakan perutnya semak
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status