Beranda / Romansa / Nafkah Batin Basi / Bab 121 - Bab 130

Semua Bab Nafkah Batin Basi: Bab 121 - Bab 130

200 Bab

Bab 121. Semangat Dari Kekasih

Bab 121. Semangat Dari Kekasih “Iya, Sayang! Kita tidak tahu kalau setiap kejadian itu pasti ada hikmahnya. Aku juga tidak tenang di sana tadi. Aku justru khawatir Darfan nekat masuk ke rumah kamu karena ada anak-anaknya bersama kamu. Itu sebab aku datang untuk memastikan. Tujuanku untuk berjaga-jaga saja. Tidak tahunya ada kejadian beneran.” Andre mengusap-usap punggung sang kekasih. “Ada atau tidak anak-anak itu di sini, si berengs*k itu pasti akan datang, Mas. Karena dia memang sudah merencanakannya. Dia mau meras aku dan mau mengambil perhiasan aku, katanya.” “Mel … Amelia …. buka pintunya, Mel!” Gedoran di pintu kamar terdengar lagi. “Aku buka pintunya, ya, Sayang!” kata Andre melonggarkan pelukan lalu berdiri dan berjalan mendekati pintu kamar Amelia. “Hati-hati dia nyerang Mas Andre!” Amelia mengingatkan. Andre memutar anak kunci dari luar, lalu membuka pintu perlahan. Tubuh Darfan langsung terhuyung jatuh tepat di hadapan pria itu. “Aku … lemas … banget, kepalaku
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-20
Baca selengkapnya

Bab 122. Permintaan Terakhir Dina

Bab 122. Permintaan Terakhir Dina “Maaf, Dina! Sepertinya kau sedang depresi berat. Aku minta maaf! Aku juga tak ingin kau seperti ini. Sekarang lebih baik kau tidur! Tidur akan membuat pikiranmu kembali tenang! Ayo, kembali ke depan! Tidur sana!” bujuk Leo sambil melangkah mundur. “Tidak, Mas! Mas ….” Tiba-tiba Dina menyergap dan memeluk kencang tubuh Leo. Membenamkan kepalanya di dada pria berotot itu. Tangis sesegukan Dina pecah di sana. “Jangan begini, Dina! Maaf, kita bukan suami istri lagi!” “Tidak, Mas! Aku gak mau kita pisah! Tolong maafkan kesalahanku! Aku menyesal, Mas! Aku mau bertaubat! Aku janji akan menjadi istri yang baik, aku tidak akan pernah mendnegarkan perintah Mama yang menyesatkan aku lagi! Aku janji mulai sekarang akan mendengarkan kamu saja, Mas!” lirihnya semakin kencang memeluk Leo. “Maaf, Dina. Lima belas tahun kita sudah bersama. Lima belas tahun sudah aku bersabar menghadapi sifat dan semua perangaimu. Selama lima belas tahun itu pula aku sudah me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-20
Baca selengkapnya

Bab 123. Janji Maya Demi Nyawa Dina

Bab 123. Janji Maya Demi Nyawa Dina “Mbak Dina? Astaga, Mbak! Apa yang Mbak lalukan? Mbak Dina …!” teriak Dinda mengguncang tubuh yang sudah dingin itu. “Ini semua gara-gara Mas Leo! Mas Leo yang membuat Mbakku berbuat senekat ini! Mas Leo yang telah membuat Mbakku mengakhiri hidupnya!” tuduh Dinda histeris lalu bangkit dan menghampiri Leo. “Hidupkan kembali Mbakku! Mas! Tolong hidupkan kembali dia! Bilang Mas Leo tak jadi menceraiaknnya! Tolong, Mas!!” Wanita histeris itu mengguncang-guncang tubuh Leo. Teriakan dan tangis itu memancing kedatangan warga. Alina membuka pintu depan saat para warga mengetuk pintu. Pak RT dengan sigap langsung menghubungi polisi dan mobil ambulan. “Mama enggak apa-apa, kan, Pa?” Irvan menatap sendu Leo dengan mata basah. “Mama enggak mati, kan, Pa?” Alina tak kalah sedih. Leo mengusap punggung kedua anaknya yang kini tersedu di pangkuan. Pria itu tengah duduk di sebuah kursi panjang yang tersedia di depan UGD rumah sakit milik pemerintah itu. B
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-20
Baca selengkapnya

Bab 124. Ketika Cinta Sedang Diuji

Bab 124. Ketika Cinta Sedang Diuji “Kenapa kamu malah jadi ragu? Aku bukan type laki-laki yang gampang mengingkari janji. Aku sudah berjanji bukan, begitu surat ceraiku keluar, aku akan menjemput kamu. Ingat, May, ‘MENJEMPUT’. Artinya aku melamar kamu, lalu aku nikahi, dan selanjutnya kubawa ke rumahku. Bukan aku yang tinggal dan menumpang hidup di rumah kamu, semoga kamu paham!” “Iya, Mas. Aku paham. Maaf, jika aku sudah membuat Mas Leo tersinggung.” “Aku tidak tersinggung. Aku justru berterima kasih atas tawaran kamu. Tapi, untuk tinggal di rumah akmu setelah nanti kita menikah, maaf, aku tidak mau. Aku tidak ingin masalalu pernikahanku terulang lagi, Maya. Aku benar-benar sudah trauma. Dulu, Dina tak pernah mau keluar dari rumahnya. Kami hidup bersama orang tuanya. Lihat apa yang terjadi! Aku tidak mau kamu meniru dia, Sayang! Kamu paham, kan?” “Iya, Mas. Aku paham. Baik, aku akan ikut kamu keluar dari rumah orang tuaku. Tapi, bagaimana dengan tawaranku tadi, Mas? Kamu tinggal
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-20
Baca selengkapnya

Bab 125. Perempuan Murahan itu Adalah Vera

Bab 125. Perempuan Murahan itu Adalah Vera “Mas Andre nyindir aku? Kenapa, sih? Ada yang salah?” sungut Vera mengerucutkan bibir dan dengan mata sedikit mendelik. Sedikitpun dia tak merasa malu meski Andre secara nyata mendorong halus tubuhnya yang masih saja ingin menempel. “Tolong angkat barang-barang ini ke dalam, ya, Dek! Awas jatuh, lho!” Titah Andre meletakan beberapa kotak di tangan Vera. Lalu melangkah duluan masuk ke dalam rumah mengkuti langkah Amelia. “Berat, nih, Mas! Mas Andre! Tungguin!” rengek manja Vera. Andre tak menghiraukan. Pria itu tetap berjalan sambil berusaha menjejerkan diri dengan Amelia. “Sabar, ya, Mel. Ini ujian. Kita hadapi sama-sama, ok! Demi papa kamu!” ucap Andre dengan suara pelan. “Tenang, Mas! Aku enggak apa-apa,” sahut Amelia melemparkan senyum lega. “Makasih, Sayang! Kita harus tetap berpikir waras. Pokonya kalau mereka bersikap makin tak karuan, kita bawa papa kamu pulang detik ini juga, ok!” “Iya, Mas.” Suster Ayu menyambut mereka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-20
Baca selengkapnya

Bab 126. Siasat Amelia Mematahkan Rencana Keluarga Vera

Bab 126. Siasat Amelia Mematahkan Rencana Keluarga Vera “Mamak?”sergah Amelia kaget. “Iya, keberatan kam rasa memanggilku ‘Mamak’, Nakku?” tukas nilam cepat. “Ti-tidak, Mak. Iya, saya panggil Mamak.” “Iya, begitu! Tapi bukan Mamak yang artinya aku ini Ibu! Tapi Mamak mertualah, iyakan, hehehehe ….” “Iiii … iya …! Hehehehe ….” Anwar ikut tertawa Amelia spontan menoleh ke arah Andre. Pria itu mengangguk seraya mengulum senyum. Terpaksa Amelia juga ikut tersenyum. ‘Semoga wanita ini hanya bercanda, tidak ada maksud lain.’ Begitu Doanya. “Ini kam terima, ya! Sebagai buah tangan pulang ke Medan. Kenang-kenangan dari Mamak.” Nilam menyerahkan sepotong kain berwarna merah. “Ini namanya ‘UIS GARA’. Kain tradisional masyarakat Karo, Nakku. Anggap ini sebagai pengikat ‘TENDI’. Artinya, ‘tendindu’ sudah kuikat, ya, Nakku.” “Amel enggak paham. Apa maksudnya?” tanya Amelia kebingungan. “Mbak, biar aku yang jelasin, ya! Gini. Uis gara ini adalah kain adat. Mamak menghadiahkannya buat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-21
Baca selengkapnya

Bab 127. Ternyata Vera Wanita Pesanan

Bab 127. Ternyata Vera Wanita PesananAmelia menunjuk Vito lalu menunjuk ke arah Andre. Itu sontak membuat semuanya terkejut. Kecuali Bilqis tentu saja. Bocag itu malah tertawa dengan senangnya.“Mau, Tante. Papa Iqis manyak, dong! Hole ….”“Iya, ada papa Vito, juga ada Papa Andre. Tos dulu, dong!” Amelia mengangkat telapak tangannya.“Tos!” telapak tangan yang mungil milik Bilqis menempuk kencang telapak tangan Amelia.“Ok, sekarang, Tante Amel mau naik mobil Papa Andre. Iqis ikut juga, dong, sama Tante Amel?”“Ikut, dong. Iqis cama Tante Amel naik mobil Papa Ande.”“Sip, ayuk!”“Ayuk!”Amelia membimbing Bilqis menuju mobil Andre. “Permisi, lelaki di samping kamu itu udah ada yang punya, lho!” sindir Amelia membuka pintu mobil Andre.Vera merengut, lalu turun sambil mencebik. Andre berusaha menahan senyum agar tak terbit saat ini. Itu akan menyakiti tak hanya hati Vera, tetapI juga Dr. Vito, ibunya, bahkan mungkin juga Anwar.“Maaf, Mel. Bilqis tak akan betah di mobil Pak Andre!
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-21
Baca selengkapnya

Bab 128. Menjadi Wanita Simpanan Bos

Bab 128. Menjadi Wanita Simpanan Bos “Terima kasih akhirnya kamu mau memenuhi permintaanku, Cantik!” ucap Haga ikut duduk tepat di sisi gadis itu. Manik hitam kecoklatan itu tiada jeda menelesuri setiap lekuk tubuh wanita pesanannya. “Ya, aku sengaja membuka daftar pemesan yang belum sempat aku terima. Maaf, ya! Semoga belum terlambat.” “Tidak ada istilah terlambat buat gadis secantik kamu, Baby! Kapan pun aku akan tetap sabar menunggu giliran, hehehe ….” Pria itu tertawa kecil. Jemarinya mulai menyentuh lembut pipi Vera. “Maafkan saya, karena sempat mengabaikan Om!” pinta Vera mengerjap manja. “Tidak apa-apa. Aku tahu pasti antrian yang menunggu giliran sangat panjang, bukan? Aku sangat bersyukur, akhirnya giliranku tiba juga,” sahut sang pria mengelus bibir tipis wanita itu. “Sebenarnya aku tidak sembarangan menerima pesanan. Aku lebih suka setia pada satu pelanggan tetap saja. Jadi jujur, sebenarnya tidak ada antrian. Sesungguhnya saya menolak Om atas perintah dia.” “Dia?
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-21
Baca selengkapnya

Bab 129. Kejutan Buat Regina

Bab 129. Kejutan Buat Regina “Baik, Cantik! Deal, ya!?” “Ok, deal!” Haga tersenyum lebar. Bagaimana mungkin seorang perempuan panggilan bisa mendikte dirinya. Seorang pengusaha ternama yang sedang berada di puncak kesuksesan. Benar kata orang-orang. Bahwa Tahta, Harta dan Wanita, adalah tiga hal yang sangat erat kaitannya. Karena wanita, tahta dan harta bisa hencur lebur dalam sesaat saja. “Om, kenapa liatin aku kek gitu? Awas jatuh cinta, lho!” goda Vera seraya menyusupkan kepala di dada Haga. Tangan lembutnya kembali memanjakan pria itu dengan sentuhan. “Kamu cantik sekali Vera. Tapi, jangan khawatir, aku bukan pria yang gampang jatuh cinta.” “Ah, Om … bohong!” Gadis itu mendongak, lalu bergerak pelan. Dia memposisikan wajah tepat di atas muka Haga. “Yakin, gak bakal jatuh hati pada aku?” godanya sambil memainkan jemari di bibir Haga. Jarak antara wajah mereka hanya beberapa senti saja. “Maaf, Sayang! Tolong jangan bahas masalah hati. Karena itu tak ada di dalam perjanjia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-21
Baca selengkapnya

Bab 130. Kissing Pertama Amelia

Bab 130. Kissing Pertama Amelia “Ini, Bapak enggak salah? Saya hanya lulusan SMA, lho, bagaimana bisa Bapak pilih saya menjadi pimpinan cabang?” “Enggak ada keharusan seorang pimpinan harus seorang sarjana, bukan? Ibu sudah begitu bekerja keras untuk perusahaan ini. Saya percaya sepenuhnya pada Ibu. Di tangan Ibu, cabang Kaban Jahe pasti akan lebih maju.” “Ini suatu kehormatan yang luar biasa. Terima kasih, Pak Haga!” “Sama-sama, Ibu. Lusa, saya harap Ibu sudah berada di kantor sana, ya!” “Baik, Pak.” “Oh, iya, Proposal tentang rencana pembangunan pabrik baru sudah saya layangkan ke kantor Andre. Tapi, hingga detik ini belum ada balasan. Boleh saya minta tolong diingatkan, ya, Bu!” “Iya, Pak, nanti saya sampaikan. Saya permisi kalau begitu.” “Silahkan, Bu!” Haga menarik napas lega. Masalah kantor cabang terselesaikan, sekaligus permintaan Vera untuk menyingkirkan Regina sudah dia laksanakan. ‘Aku sudah memenuhi janjiku, Vera. Aku sudah menyingkirkannya dari kantornya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
20
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status