Beranda / Romansa / Nafkah Batin Basi / Bab 123. Janji Maya Demi Nyawa Dina

Share

Bab 123. Janji Maya Demi Nyawa Dina

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-20 18:20:29

Bab 123. Janji Maya Demi Nyawa Dina

“Mbak Dina? Astaga, Mbak! Apa yang Mbak lalukan? Mbak Dina …!” teriak Dinda mengguncang tubuh yang sudah dingin itu.

“Ini semua gara-gara Mas Leo! Mas Leo yang membuat Mbakku berbuat senekat ini! Mas Leo yang telah membuat Mbakku mengakhiri hidupnya!” tuduh Dinda histeris lalu bangkit dan menghampiri Leo.

“Hidupkan kembali Mbakku! Mas! Tolong hidupkan kembali dia! Bilang Mas Leo tak jadi menceraiaknnya! Tolong, Mas!!” Wanita histeris itu mengguncang-guncang tubuh Leo.

Teriakan dan tangis itu memancing kedatangan warga. Alina membuka pintu depan saat para warga mengetuk pintu. Pak RT dengan sigap langsung menghubungi polisi dan mobil ambulan.

“Mama enggak apa-apa, kan, Pa?” Irvan menatap sendu Leo dengan mata basah.

“Mama enggak mati, kan, Pa?” Alina tak kalah sedih.

Leo mengusap punggung kedua anaknya yang kini tersedu di pangkuan. Pria itu tengah duduk di sebuah kursi panjang yang tersedia di depan UGD rumah sakit milik pemerintah itu. B
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nafkah Batin Basi   Bab 124. Ketika Cinta Sedang Diuji

    Bab 124. Ketika Cinta Sedang Diuji “Kenapa kamu malah jadi ragu? Aku bukan type laki-laki yang gampang mengingkari janji. Aku sudah berjanji bukan, begitu surat ceraiku keluar, aku akan menjemput kamu. Ingat, May, ‘MENJEMPUT’. Artinya aku melamar kamu, lalu aku nikahi, dan selanjutnya kubawa ke rumahku. Bukan aku yang tinggal dan menumpang hidup di rumah kamu, semoga kamu paham!” “Iya, Mas. Aku paham. Maaf, jika aku sudah membuat Mas Leo tersinggung.” “Aku tidak tersinggung. Aku justru berterima kasih atas tawaran kamu. Tapi, untuk tinggal di rumah akmu setelah nanti kita menikah, maaf, aku tidak mau. Aku tidak ingin masalalu pernikahanku terulang lagi, Maya. Aku benar-benar sudah trauma. Dulu, Dina tak pernah mau keluar dari rumahnya. Kami hidup bersama orang tuanya. Lihat apa yang terjadi! Aku tidak mau kamu meniru dia, Sayang! Kamu paham, kan?” “Iya, Mas. Aku paham. Baik, aku akan ikut kamu keluar dari rumah orang tuaku. Tapi, bagaimana dengan tawaranku tadi, Mas? Kamu tinggal

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Nafkah Batin Basi   Bab 125. Perempuan Murahan itu Adalah Vera

    Bab 125. Perempuan Murahan itu Adalah Vera “Mas Andre nyindir aku? Kenapa, sih? Ada yang salah?” sungut Vera mengerucutkan bibir dan dengan mata sedikit mendelik. Sedikitpun dia tak merasa malu meski Andre secara nyata mendorong halus tubuhnya yang masih saja ingin menempel. “Tolong angkat barang-barang ini ke dalam, ya, Dek! Awas jatuh, lho!” Titah Andre meletakan beberapa kotak di tangan Vera. Lalu melangkah duluan masuk ke dalam rumah mengkuti langkah Amelia. “Berat, nih, Mas! Mas Andre! Tungguin!” rengek manja Vera. Andre tak menghiraukan. Pria itu tetap berjalan sambil berusaha menjejerkan diri dengan Amelia. “Sabar, ya, Mel. Ini ujian. Kita hadapi sama-sama, ok! Demi papa kamu!” ucap Andre dengan suara pelan. “Tenang, Mas! Aku enggak apa-apa,” sahut Amelia melemparkan senyum lega. “Makasih, Sayang! Kita harus tetap berpikir waras. Pokonya kalau mereka bersikap makin tak karuan, kita bawa papa kamu pulang detik ini juga, ok!” “Iya, Mas.” Suster Ayu menyambut mereka

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Nafkah Batin Basi   Bab 126. Siasat Amelia Mematahkan Rencana Keluarga Vera

    Bab 126. Siasat Amelia Mematahkan Rencana Keluarga Vera “Mamak?”sergah Amelia kaget. “Iya, keberatan kam rasa memanggilku ‘Mamak’, Nakku?” tukas nilam cepat. “Ti-tidak, Mak. Iya, saya panggil Mamak.” “Iya, begitu! Tapi bukan Mamak yang artinya aku ini Ibu! Tapi Mamak mertualah, iyakan, hehehehe ….” “Iiii … iya …! Hehehehe ….” Anwar ikut tertawa Amelia spontan menoleh ke arah Andre. Pria itu mengangguk seraya mengulum senyum. Terpaksa Amelia juga ikut tersenyum. ‘Semoga wanita ini hanya bercanda, tidak ada maksud lain.’ Begitu Doanya. “Ini kam terima, ya! Sebagai buah tangan pulang ke Medan. Kenang-kenangan dari Mamak.” Nilam menyerahkan sepotong kain berwarna merah. “Ini namanya ‘UIS GARA’. Kain tradisional masyarakat Karo, Nakku. Anggap ini sebagai pengikat ‘TENDI’. Artinya, ‘tendindu’ sudah kuikat, ya, Nakku.” “Amel enggak paham. Apa maksudnya?” tanya Amelia kebingungan. “Mbak, biar aku yang jelasin, ya! Gini. Uis gara ini adalah kain adat. Mamak menghadiahkannya buat

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Nafkah Batin Basi   Bab 127. Ternyata Vera Wanita Pesanan

    Bab 127. Ternyata Vera Wanita PesananAmelia menunjuk Vito lalu menunjuk ke arah Andre. Itu sontak membuat semuanya terkejut. Kecuali Bilqis tentu saja. Bocag itu malah tertawa dengan senangnya.“Mau, Tante. Papa Iqis manyak, dong! Hole ….”“Iya, ada papa Vito, juga ada Papa Andre. Tos dulu, dong!” Amelia mengangkat telapak tangannya.“Tos!” telapak tangan yang mungil milik Bilqis menempuk kencang telapak tangan Amelia.“Ok, sekarang, Tante Amel mau naik mobil Papa Andre. Iqis ikut juga, dong, sama Tante Amel?”“Ikut, dong. Iqis cama Tante Amel naik mobil Papa Ande.”“Sip, ayuk!”“Ayuk!”Amelia membimbing Bilqis menuju mobil Andre. “Permisi, lelaki di samping kamu itu udah ada yang punya, lho!” sindir Amelia membuka pintu mobil Andre.Vera merengut, lalu turun sambil mencebik. Andre berusaha menahan senyum agar tak terbit saat ini. Itu akan menyakiti tak hanya hati Vera, tetapI juga Dr. Vito, ibunya, bahkan mungkin juga Anwar.“Maaf, Mel. Bilqis tak akan betah di mobil Pak Andre!

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Nafkah Batin Basi   Bab 128. Menjadi Wanita Simpanan Bos

    Bab 128. Menjadi Wanita Simpanan Bos “Terima kasih akhirnya kamu mau memenuhi permintaanku, Cantik!” ucap Haga ikut duduk tepat di sisi gadis itu. Manik hitam kecoklatan itu tiada jeda menelesuri setiap lekuk tubuh wanita pesanannya. “Ya, aku sengaja membuka daftar pemesan yang belum sempat aku terima. Maaf, ya! Semoga belum terlambat.” “Tidak ada istilah terlambat buat gadis secantik kamu, Baby! Kapan pun aku akan tetap sabar menunggu giliran, hehehe ….” Pria itu tertawa kecil. Jemarinya mulai menyentuh lembut pipi Vera. “Maafkan saya, karena sempat mengabaikan Om!” pinta Vera mengerjap manja. “Tidak apa-apa. Aku tahu pasti antrian yang menunggu giliran sangat panjang, bukan? Aku sangat bersyukur, akhirnya giliranku tiba juga,” sahut sang pria mengelus bibir tipis wanita itu. “Sebenarnya aku tidak sembarangan menerima pesanan. Aku lebih suka setia pada satu pelanggan tetap saja. Jadi jujur, sebenarnya tidak ada antrian. Sesungguhnya saya menolak Om atas perintah dia.” “Dia?

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Nafkah Batin Basi   Bab 129. Kejutan Buat Regina

    Bab 129. Kejutan Buat Regina “Baik, Cantik! Deal, ya!?” “Ok, deal!” Haga tersenyum lebar. Bagaimana mungkin seorang perempuan panggilan bisa mendikte dirinya. Seorang pengusaha ternama yang sedang berada di puncak kesuksesan. Benar kata orang-orang. Bahwa Tahta, Harta dan Wanita, adalah tiga hal yang sangat erat kaitannya. Karena wanita, tahta dan harta bisa hencur lebur dalam sesaat saja. “Om, kenapa liatin aku kek gitu? Awas jatuh cinta, lho!” goda Vera seraya menyusupkan kepala di dada Haga. Tangan lembutnya kembali memanjakan pria itu dengan sentuhan. “Kamu cantik sekali Vera. Tapi, jangan khawatir, aku bukan pria yang gampang jatuh cinta.” “Ah, Om … bohong!” Gadis itu mendongak, lalu bergerak pelan. Dia memposisikan wajah tepat di atas muka Haga. “Yakin, gak bakal jatuh hati pada aku?” godanya sambil memainkan jemari di bibir Haga. Jarak antara wajah mereka hanya beberapa senti saja. “Maaf, Sayang! Tolong jangan bahas masalah hati. Karena itu tak ada di dalam perjanjia

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Nafkah Batin Basi   Bab 130. Kissing Pertama Amelia

    Bab 130. Kissing Pertama Amelia “Ini, Bapak enggak salah? Saya hanya lulusan SMA, lho, bagaimana bisa Bapak pilih saya menjadi pimpinan cabang?” “Enggak ada keharusan seorang pimpinan harus seorang sarjana, bukan? Ibu sudah begitu bekerja keras untuk perusahaan ini. Saya percaya sepenuhnya pada Ibu. Di tangan Ibu, cabang Kaban Jahe pasti akan lebih maju.” “Ini suatu kehormatan yang luar biasa. Terima kasih, Pak Haga!” “Sama-sama, Ibu. Lusa, saya harap Ibu sudah berada di kantor sana, ya!” “Baik, Pak.” “Oh, iya, Proposal tentang rencana pembangunan pabrik baru sudah saya layangkan ke kantor Andre. Tapi, hingga detik ini belum ada balasan. Boleh saya minta tolong diingatkan, ya, Bu!” “Iya, Pak, nanti saya sampaikan. Saya permisi kalau begitu.” “Silahkan, Bu!” Haga menarik napas lega. Masalah kantor cabang terselesaikan, sekaligus permintaan Vera untuk menyingkirkan Regina sudah dia laksanakan. ‘Aku sudah memenuhi janjiku, Vera. Aku sudah menyingkirkannya dari kantornya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Nafkah Batin Basi   Bab 131. Vera Si Pengganggu

    Bab 131. Vera Si Pengganggu “Vera! Kamu … ke sini?” Andre melotot tak percaya. Sementara Amelia masih berusaha mengembalikan kesadaraan setelah hanyut sesaat dalam rengkuhan. Berulang kali gadis itu mengatupkan kedua bibir yang tiba-tiba dia rasakan seolah menebal. “Kenapa, Mas? Kaget liat aku ke sini?” ketus Vera tersenyum miring, lalu menatap sinis ke arah Amelia. “Darimana kamu dapat alamat proyek ini? Bukannya aku tidak mengangkat telepon kamu tadi pagi?” selidik Andre. “Aku ke kantor kamu, Mas. Aku minta alamat proyek ini dari sekretaris kamu.” “Maaf Vera, bukan aku tak punya tata karma dan sopan santun. Tetapi alangkah lebih baiknya jika kamu segera angkat kaki dari sini. Sebab aku dan Amelia merasa sangat terganggu dengan kehadiranmu. Tolong, ya!” “Hehehe, kalian aneh! Pasangan paling aneh yang pernah aku temui. Masa, iya, kalian bisa bercumbu di tempat seperti ini. Di sini enggak ada kasur, sofa, atau apa kek, gitu, untuk dijadikan alas buat Mbak Amel berbaring.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22

Bab terbaru

  • Nafkah Batin Basi   Bab 200. Tamat (Malam Pertama Amelia)

    Bab 200. Tamat (Malam Pertama Amelia)Amelia bersimpuh di pangkuan sang Papa. Memohon doa restu dengan derai air mata haru. Daffin mengikuti berbuat yang sama.Amelia bergeser ke bangku Rahayu. Andy ada di sampingnya. Wanita itu memeluk gadis bergaun pengantin itu. Membisikkan kalimat restu dan menguntai doa sakral. Semoga pernikahan putra semata wayangnya dengan gadis ini penuh keberkahan, abadi, tanpa pernah ada lagi perpisahan.“Terima kasih Tante,” ucap Amelia surut masih dengan berjongkok. Lalu berbisik pada Daffin, pria yang baru saja menghalalkannya. “Mas, minta restu pada Tante Rahayu, ya! Juga kepada Pak Andy, papa kandung Mas Daffin. Lakukan itu, seperti Mas meminta restu pada papaku! Agar pernikahan kita ini berkah, Mas!”Daffin menatap mata wanitanya, lembut. Lalu mengangguk. Pria itu melakukan seperti yang Amelia ucapkan. Untuk pertama kalinya, Rahayu memeluk tubuh putranya. Air mata haru tak henti mengalir deras membasahi kedua pipi kurusnya. Sama harunya sepert

  • Nafkah Batin Basi   Bab 199. Sentuhan Karena Cemburu Daffin Di Dalam Lif

    Bab 199. Sentuhan Karena Cemburu Daffin Di Dalam Lif“Ada apa dengan Mas Andre? Aku tahu, kok, dia dirawat di sini,” tanya Amelia penasaran.“Dia ingin bertemu kamu, tanpa Pak Daffin. Mungkin kamu bisa luangkan waktu kamu menjenguknya sebentar.” Dr. Vito mengusulkan.“Waw, Andre ingin bertemu Amelia tanpa aku? Hebat! Apa yang kalian rahasiakan dariku?” Daffin mendelik pada Amelia, pria itu kembali terbakar.“Amelia juga belum tahu, Pak Daffin. Tak ada rahasia. Tapi, Andre memang takut kalau Pak Daffin ikut,” sela Dr. Vito.“Takut apa? Dia mau mengambil Amelia lagi dariku, begitu?” sergah Daffin dengan wajah mengetat.“Bukan tentang Amelia, Pak, tapi … wah, saya tak enak mengatakannya. Tapi, alangkah lebih baiknya kalau Amelia menemuinya!”“Baik, terima kasih, Vito! Aku dan Mas Daffin akan menemuinya! Antara aku dan Mas Daffin tak pernah ada rahasia. Terserah, Mas Andre setuju, takut, dan sebagainya! Ayo, Mas kita ke rungannya! Ayo, Mela! Kami duluan, ya! Dadaah, Bilqis!”Amelia me

  • Nafkah Batin Basi   Bab 198. Daffin Cemburu Buta

    Bab 198. Daffin Cemburu Buta“Jangan seperti anak kecil, dong, Mas! Enggak ada angin, enggak ada badai, tiba-tiba aja, Mas Daffin sewot, aku gak paham, ada apa, sih?” Amelia menahan lengan Daffin.“Gak ada! Maaf aku buru-buru!” Pria itu menepis dengan sedikit kasar. Hampir saja gadis itu tersungkur. Sebuah tangan menahan tubuhnya.“Ati-ati, dong, Om! Kacian Antenya!” Seorang anak kecil berteriak dengan lantang. “Untung dipegangi mama Iqis, kalau enggak Antenya udah jatuh! Oom dahat!” sungut bocah perempuan itu lagi. Daffin dan Amelia tersentak kaget. Keduanya menoleh ke sumber suara. Suara itu sepertinya tak asing di telinga Amelia.“Ante Amel?” sang bocah malah lebih dulu mengenalinya. “Ini Ante Amel, kan? Mama, ini Ante Amel!” teriak bocah lincah itu kepada wanita yang bersamanya.“Bilqis?” gumam Amelia seraya merunduk lalu memeluk gadis kecil itu. Daffin terpana. “Ini Mama Iqis, Ante! Mama, ini Ante Amel, temannya Papa! Iqis mau Ante Amel jadi mama Iqis, tapi kata Papa, A

  • Nafkah Batin Basi   Bab 197. Telepon Dari Dr. Vito

    Bab 197. Telepon Dari Dr. Vito“Kalau memang Om Andy dengan Tante Ayu udah ada niat menikah, gak boleh ditunda lagi! Kalau saya dan Mas Daffin, bisa kok, nunggu dulu. Pokoknya Om dan Tante aja duluan! Mas Daffin enggak suka kalau Om Andy menunda lagi, ya, Om, Tante!” kata Amelia menekankan.Kedua calon mertuanya itu saling tatap. Lalu menghela napas kasar.“Mama cepat sembuh, pokoknya! Pak Andy jangan banyak pikiran lagi! Ini, pakai untuk keperluan Bapak! Tentang biaya sekolah Klara dan Indah, jangan pikirkan lagi, sudah diurus oleh anggota saya!” tukas Daffin sembari menyerahkan sebuah kartu kredit kepada Andy.“I-ini apa, Nak?” Andy tergagap. “Ti-tidak usah, Nak Daffin, tidak usah! Bapak akan burusaha bekerja semaksimal mungkin untuk mengumpulkan biaya pernikahan. Bapak tidak mau membebani Nak Daffin!” tolaknya mendorong dengan halus di tangan Daffin.“Pakailah, mulai sekarang Bapak akan saya anggap papa saya. Setelah menikahi Mama, Bapak akan saya bawa ke kantor, bantu saya m

  • Nafkah Batin Basi   Bab 196. Suasana Tegang Di Rumah Sakit

    Bab 196. Suasana Tegang Di Rumah Sakit“Tidak perlu sungkan, Ma! Pak Andy, saya terima lamaran Anda terhadap Mama saya, kapan rencana pernikahan kalian, kalau bisa secepatnya, ya!”Tiba-tiba Daffin muncul di ambang pintu.“Daff-daffin …!” Rahayu dan Andy serentak menoleh. Wajah keduanya memucat sesaat. Tetapi langsung terang benderang begitu Daffin menyelesaikan kalimatnya.“Terima kasih, Bapak sudah menjaga mama saya sepanjang malam ini?” ucap Daffin melangkah masuk.Andy langsung bangkit, memberi ruang kepada Daffin untuk mendekati Rahayu. Daffin segera menyalam ibunya, lalu duduk di kursi itu. Senyum semringah mekar di wajah tampannya.Rahayu sadar, hari ini putranya terlihat berbunga-bunga. Ada binar di wajahnya. Bukan karena lamaran Andy pada dirinya. Ada sesuatu, entah itu apa. Apakah ada hubungannya dengan Amelia? Rahayu menerka-nerka.“Jadi bagaimana Pak Andy, kapan rencana Bapak menikahi mama? Saya mau secepatnya. Kalau bisa begitu Mama boleh pulang kata dokter, esoknya

  • Nafkah Batin Basi   Bab 195. Daffin Menerima Lamaran Andy Untuk Ibunya

    Bab 195. Daffin Menerima Lamaran Andy Untuk Ibunya Pagi ini Andy terjaga karena gerakan di atas ranjang pasien. Rahayu menggeliat di sana. Pria itu perlahan mengangkat kepala yang dia letakkan di tepi ranjang. Persis di sisi sang pasien. “Hey, kamu sudah bangun, Sayang?” sapanya sembari mengucek mata. “Maaf, gerakanku membuat Mas terganggu. Pindah saja tidurnya ke sofa sana, Mas! Kasihan, sepertinya Mas kurang tidur beberapa malam ini,” usul Rahayu menatap iba pria yang sangat dia cintai itu. “Tidak, aku juga sudah bangun. Gimana, kamu mau ke kamar mandi, ayo, aku bantu!” “Tidak usah, Mas. Itu terlalu merepotkan kamu. Aku tunggu perawat saja.” “Tidak Rahayu, kenapa kau masih sungkan. Tolonglah, jangan perlakukan aku seperti orang asing!” “Tapi, kamu memang orang lain, kan, Mas? Kita bukan muhrim, kamu juga bukan suamiku. Aku sungkan kamu membantuku ke kamar mandi. Aku akan minta tolong perawat saja nanti.” “Aku sangat sayang padamu, Yu. Aku sangat sedih kau bicara seperti

  • Nafkah Batin Basi   Bab 194. Papa Amelia Batal Melamar Regina

    Bab 194. Papa Amelia Batal Melamar Regina “Hem.” “Terima kasih, Mel!” Tanpa ragu, Daffin meraih tubuh kekasihnya, membenamkan di dalam pelukan erat. “Aku akan minta pada Papa kamu, agar mau mengalah. Dia boleh melamar Bu Regina, tapi pernikahannya ditunda dulu. Aku mau, kita duluan, Sayang.” “Ya, Papa setuju!” Sontak Daffin melepas pelukan. Anwar telah berdiri tak jauh dari meja makan itu. Suster Ayu dan Bik Jum mengiring di belakangnya. Entah sejak kapan mereka ada di sana. Sedikitpun kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu menyadarinya. “Maaf, Non. Bibik udah berusaha menghalangi agar Bapak jangan masuk ke ruang makan ini, tapi makin dihalangi, Bapak makin maksa masuk,” lirih Bik Jum merasa bersalah. “Papa khawatir, papa minta maaf. Papa kira putri papa sedang ada masalah lagi. Ternyata, papa salah duga. Anak gadis papa rupanya sedang dilamar oleh seorang pria hebat. Papa sangat bahagia. Jangankan menunda pernikahan papa, membatalkan lamaran esok pun, papa bersedia, Nak.”

  • Nafkah Batin Basi   Bab 193. Lamaran Daffin Di Meja Makan

    Bab 193. Lamaran Daffin Di Meja Makan “Apa?” Amelia tersentak kaget. Salah dengarkah dia? Daffin memintanya menyuapi. “Ya, sudah, enggak jadi. Maaf!” ucap daffin dengan wajah sedikit memerah. Telunjuk pria itu langsung mengusap symbol hijau di layar ponselnya. “Ada apa lagi Pak Sastro?” sergahnya meninggikan suara melalui benda pipih itu. “Bu Lidya sudah kami tahan di pos depan, Pak. Tapi, dia tidak berhenti menjerit-jerit. Itu memancing perhatian semua orang yang kebetulan melintas juga warga sekitar. Mohon petunjuk, apa yang harus kami lakukan?” lapor Sastro dari ujung sana. “Hem, perempuan sial! Tidak usah menungguku, bawa ke kantor polisi! Lalu telepon pengacaraku, minta dia mengurus semuanya! Bukti-bukti kejahatan perempuan itu sudah ada di tangan pengacara itu! Sekaligus Bik Rum jadikan sebagai saksi!” kata Daffin menjelaskan. “Siaap, baik, Pak!” Daffin mematikan ponsel, lalu menghela napas panjang seraya menyenderkan tubuh lelahnya ke sandaran kursi. Matanya terpeja

  • Nafkah Batin Basi   Bab 192. Lidya mengamuk

    Bab 192. Lidya mengamuk“Tolong jangan seperti anak kecil, Mas! Mas Daffin itu udah dewasa! Tolong bijaklah dalam berpikir, bijaklah dalam berbicara dan juga dalam memutuskan segala sesuatunya!”“Aku masih kurang bijak, ya?”“Ya!”“Baik, aku minta maaf!”“Aku mencintaimu, Mas! Tolong jangan pernah kamu ragukan! Jangan pula kamu kaitkan dengan hal lain!”“Boleh aku bertanya?”“Ya.”“Kenapa istri Papa yang bernama Tina itu mau bermesraan dengan pria selingkuhannya itu, bahkan mereka tak peduli itu di tempat umum? Karena cinta, bukan? Lalu kamu?”“Bukan. Yang mereka lakukan bukan karena cinta. Tapi karena napsu!”“Begitukah? Lalu kamu mengira aku …?”“Tolong jangan tersinggung! Aku hanya merasa ini terlalu cepat! Satu hal yang perlu Mas Daffin ketahui. Meskipun aku sudah pernah menikah, sudah juga pernah menjalin hubungan dengan Mas Andre. Tetapi hingga detik ini aku masih perawan.”“Mel?” sergah Daffin tersentak kaget. Perempuan yang sangat dia cintai ini ternyata begitu sempurna.“Ya

DMCA.com Protection Status