Semua Bab Bilik Lain di Rumah Suamiku: Bab 11 - Bab 20

145 Bab

Ya Rabb, Aku Salah Duga

"Aku akan menjelaskan dengan cara lain," ucapnya yang kemudian memegangi tubuhku dan menggendongnya begitu saja, lalu berjalan meninggalkan ruang tamu. Jantungku seketika berdentum hebat. "Sudah kubilang, aku tak akan menyembunyikan apapun," ucapnya. Kami sangat dekat, hingga kurasakan embusan napas hangatnya saat menerpa wajahku. Apa yang akan dilakukannya sekarang? Apa aku akan dibawa ke bilik itu? Aku bisa merasakan guncangan setiap kaki pria itu mendaki satu per satu anak tangga. Aku terus menatap ke wajahnya, apa yang sebenarnya pria itu pikirkan. "Apa yang akan kamu lakukan, Mas?" tanyaku dengan menatap kesal tepat ke kedua matanya yang menatap ke depan. Mas Yusuf melirik sebentar sambil tersenyum tipis. "Aku akan memberikan semua yang kamu mau," ucapnya datar. "Aku tak minta apapun, cinta atau nafkah batin darimu. Aku tak butuh! Turunkan aku sekarang. Aku ingin melihat video dalam laptop itu." Ucapanku sangat tajam. Aku memang tak menginginkannya lagi. Kejadian buruk
Baca selengkapnya

Lingerie

Aku terus menatapnya dengan serius hingga tangan Mas Yusuf menekan angka-angka di tombol pintu. 31011994 Bukankah itu tanggal lahir Mas Yusuf? Duh, Gusti kenapa tak terpikir olehku sejak kemarin, hingga tak terjadi banyak drama. Mataku kini melebar sempurna karena tak menyangka bayangan yang ditangkap oleh kamera itu. "Seorang gadis? Siapa dia?" Aku syok!  Adiknya? Yah, pasti adik Mas Yusuf. Karena suamiku bilang dia tidak pernah melakukan hubungan dengan wanita mana pun. Apalagi sampai menghamili seseorang.  Mungkinkah, karena dia sedang frustasi atau lebih buruk mengalami gangguan jiwa, Mas Yusuf mengurungnya di sana. Dan priaku itu merahasiakannya karena malu padaku dan keluarga. Lalu obat penguat kandungan itu? Apa berarti adiknya sedang hamil? Siapa yang menghamilinya? Pacarnya? Kalau begitu, dugaan sem
Baca selengkapnya

Aku Butuh Pernyataan Cinta

Aku pun segera membukanya. "Makasih ya, Mas! Aku suka gamis dan ..." Seketika senyumku pudar kala meraba-raba isi tas tersebut. Kenapa cuma ada gamis? Ke mana lingerie tadi siang? Lingerie berwarna dusty pink dalam tas yang Mas Yusuf letakkan begitu saja kala mengantar sang dokter. "Ya. Ada apa, Dik? Kenapa ekspresinya begitu? Apa Dik Hanna gak suka gamisnya?" Mas Yusuf heran melihat reaksiku yang penuh tanya ini. Aku menggeleng. "Em, apa cuma ini, Mas?" "Hah? Oh, Adik mau dua? Atau tiga? Oh, ya ampun maafkan Mas kalau gitu besok biar Mas pesankan lagi." Pria itu bicara, dan sepertinya memang tak berniat memberikan lingerie itu untukku. Kalau begitu untuk siapa lingerie itu? Atau jangan-jangan gadis dalam bilik yang diurus dokter itu ... bukan adiknya? "Aku maunya lingerie sih, Mas," ucapku memancing barang kali dengan begitu dia tersindir dan mengerti. Aku harus tahu kemana perginya benda yang hanya digunakan perempuan saat menggoda suaminya itu berada. Memastikan bahwa ini ta
Baca selengkapnya

Pengakuan!

Tidak membuang waktu kuarahkan kamera ke arahnya. Untuk mengambil foto dari wajah ayu itu. Dadaku naik turun dengan jemari bergetar. Tak menyangka jika akan seberani ini. Nekad masuk ke kamar rahasia milik Mas Yusuf, meski pria itu memintaku bersabar. Maaf, Mas. Aku tak bisa. Aku tak mau terus hidup larut dalam prasangka. Bukan hanya menyiksa, tapi juga menimbulkan banyak dosa. Namun, siapa duga. Mata gadis itu tiba-tiba terbuka saat cahaya blits mengenainya. Ia mengerjap, lalu menatap ke arahku tanpa bangkit dari posisinya. "Kamu siapa?" Suaranya lemah dengan sorot sayu. Apa? Dia tak gila? Dia bisa mengenali seseorang? Tapi kenapa disembunyikan di sini? Aku yang terkejut. Mundur hingga punggung menubruk kulkas di kamar itu. "Ah!" Mas Yusuf rupanya menyiapkan banyak kebutuhan gadis itu, pantas saja dia bisa hidup tanpa keluar kamar. Di sini juga ada kamar mandi. Ah, kalau dia bisa menjaga diri sendiri dan mandiri. Mustahil kalau Mas Yusuf yang memandikannya setiap hari! Itu
Baca selengkapnya

Sangkaan yang Allah Kabulkan

"Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku" (HR Muslim) ❤❤❤ "Jaga ucapanmu! Aku bukan pria yang suka menyakiti wanita dan memaksanya! Dia juga bukan adikku!" tekan Yusuf dengan mata memicing ke arah sang istri. Deg. Seketika air mata menerobos membasahi pipi Hanna. Dia syok. Pikiran-pikiran buruk yang terus berkelebat di benak sejak semalam terjadi. Entah, Allah menimpakan itu sebagai bentuk sangkaan kuat yang dikabulkan atau sebagai hukuman atas dosanya? Hanna tak mengerti. Hanya saja, lalau bukan adiknya lalu siapa? Itulah yang membuat isi kepala wanita yang matanya dipenuhi kaca-kaca terasa buntu. "Lalu siapa?!" ucap Hanna menyolot. Walau hatinya begitu perih. Dia wanita kuat, yang kini sebagian hatinya telah hancur. "Dia istriku! Puas!!!" teriaknya lagi persis di depan wajah Hanna. Bahkan sampai wanita itu terhentak memejam mata. Seketika tubuh kurus itu luruh. Rasanya seperti disambar petir ketika mendengar pengakuan prianya. Kala
Baca selengkapnya

Arloji Limited Edition

Yusuf mendesah panjang. Ada perasaan lega saat bisa meluapkan apa yang disimpannya selama ini. Sejak sekarang, Yusuf tak perlu berhati-hati kepergok Hanna saat keluar masuk bilik di mana istrinya dikurung. Namun, di sisi lain ia juga merasa ada sesuatu yang mengganjal hati. Rasa bersalah. Kala melihat air mata Hanna jatuh ke pipi. Ditekan angka-angka di pintu bilik kedap suara, di mana Adelia berada. Lalu mengganti kode yang sengaja ia beritahukan pada Hanna, lewat laptop yang dibiarkan begitu saja di ruang kerja. Sejak awal dia yakin, bahwa perempuan polos itu tak akan tahan untuk tak mencari tahu isi dalam rekaman. Dengan mengganti kode tersebut, Hanna tak akan bisa sembarangan masuk lagi. Dan tentu saja, kode kali tak akan ia bagi pada Hanna, dan menyimpannya dengan aman dari wanita itu. Ingatannya berputar pada kejadian semalam. Kala ia mendengar kedatangan kakak ipar Hanna. Yusuf langsung berpikir bahwa Zidan ada di bawah. Nyaris saja video di laptop terputar seluruhnya, dan d
Baca selengkapnya

Hanna Mengambil Sikap

Merasa yakin atas temuannya, Alex pun menghubungi nomor lain sebelum meninggalkan tempat di mana ia mengawasi rumah Yusuf, suami dari adik sahabatnya. Kalau bukan karena Hanna tadi memperlihatkan foto gadis itu, Alex tak akan pernah tahu. "Halo," sapanya pada orang di ujung telepon. "Saya menemukan gadis itu, Om." "Em, saya akan mencari tahu lebih banyak. Kalau saya mengirim masuk orang ke sana, apa itu akan merugikan untuk Om?" tanya Alex. "Em, jadi begitu. Sebaiknya memang kita bertemu." Tak lama setelah obrolan singkat itu, Alex menutup panggilan, menyalakan mesin mobil dan pergi meninggalkan area yang membuatnya betah berlama-lama karena rasa penasarannya. ______________ Yusuf tampak kesulitan mengoles salep di pipi bawah pelipis. Tubuhnya sampai miring-miring di depan kaca. Hanna yang sebenarnya masih sangat gondok dan kesal, mendekat dan refleks mengambil salep di tangan pria itu. "Apa yang kamu lakukan?" Yusuf melebarkan mata tak suka. Dia mengambil kembali dengan cepa
Baca selengkapnya

Pernikahan dan Dendam

Yusuf menajamkan pandangan pada laptop, tampak sebuah mobil berwarna silver yang terparkir di seberang rumahnya. Sejak berhenti di sana, benda itu tidak bergeser lama. Penasaran, video itu dijalankan dengan cepat. Mata Yusuf semakin menyipit, kala video yang mengarah ke jalan memperlihatkan pergerakan seseorang yang misterius. Dia bahkan menggulir waktunya, tapi hingga dua jam setelahnya, mobil itu masih ada di sana. "Apa yang dilakukan orang itu? Apa dia sedang memata-mataiku?" Pria itu bangkit ke arah jendela. Membuka gorden. Barangkali mobil silver masih berada di sana. Kalau iya, Yusuf berencana untuk datang ke bawah sana memeriksa. Namun, rupanya jalan yang tampak redup meski disinari lampu tersebut, sudah sepi dan tak ada apa-apa. Yusuf mendesah, dilihat arloji sudah menunjukkan pukul 23.00. "Yah, ini sudah terlalu malam. Mana mungkin ada orang sampai seiseng itu parkir sampai jam segini. Kalau pun punya tujuan, akan kentara jika bertahan selama itu." Namun, walau bagaim
Baca selengkapnya

Mama dan Papa

"Saya yakin, ini bukan sebuah kebetulan, Om. Karena rasanya sangat aneh. Bisa jadi gadis itu saudara, keluarga dekat, adik atau kakak dari Yusuf. Jika ternyata ...." Alex yang memiliki dugaan, suaranya tertahan. "Om, akan mencari tahu, Lex," sahut Subakhi dengan raut kecewa. Alex manggut-manggut setuju. Itulah tujuannya bicara pada orang tua yang dihormatinya itu. Agar tak timbul masalah di kemudian hari, seperti tengah menunggu bom waktu. "Kamu ... tidak memberitahukan pada Zidan bukan?" tanya Subakhi kemudian. Mengigat Alex sangat dekat dengan Zidan. "Oh, nggak, Om. Nggak akan. Saya akan menjaga rahasia ini seperti menjaga nyawa saya sendiri." Alex meyakinkan. "Kalau benar mereka punya hubungan keluarga, dan Yusuf sengaja menikahi Hanna untuk hal ini, maka dia akan mencari jam tangan tersebut untuk barang bukti." Subakhi menyebutkan apa yang kini ada dalam pikirannya.&n
Baca selengkapnya

Kenapa Aku Harus Disakiti?

Hanna tak mengerti alasan Yusuf menyembunyikan Adelia di bilik rumahnya, hingga detik ini. Bukankah itu justru berefek tak baik pada wanita hamil itu. Kalau sudah begini, harusnya Yusuf menyesal. "Sampai kapan kamu akan merahasiakan ini dari semua orang?" tanya Hanna. "Dia perlu dirawat." "Kamu tahu apa? Diamlah dan jangan berkomentar," sahut Yusuf yang tak suka dengan pendapat Hanna. "Apa ... kamu sangat mencintainya dan tak akan mungkin mencintai wanita lain?" tanya Hanna kemudian yang membuat Yusuf seketika menoleh dan menatap lekat wajahnya. Mereka saling tatap untuk beberapa lama, hingga mata Hanna sedikit menyipit melihat senyum Yusuf yang merasa geli dengan pertanyaannya. "Kamu sudah berubah pikiran lagi? Hahaha. Cepat sekali." Pria itu tertawa seolah pertanyaan Hanna terdengar lucu. Hanna yang sebelumnya, rela telah menjadi pelampiasan pada akhirnya meminta Yusuf mencintainya. Hanna mencebik. Lalu melihat ke arah lain sambil membuat lengkungan di bibirnya. Sebuah senyum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status