Semua Bab Kisah Cinta si Petani Tampan: Bab 71 - Bab 80

96 Bab

Bab 71

Walau merasa tersinggung pada awalnya, Azmya dan Arsyil akhirnya membawa sang anak ke dokter anak terlebih dahulu. Azmya dan Arsyil menyeritakan tentang gejala, tumbuh kembang, serta interaksi sosial Arkana terhadap lingkungan di sekitarnya. Dokter spesialis anak yang bernama Arifianto itu mendengarkan penjelasan Azmya dan Arsyil dengan seksama.Dokter pun melakukan berbagai pemeriksaan pada Arkana. Bahkan Arkana melakukan pemeriksaan itu selama tiga hari berturut-turut. Mulai dari fisik, saraf, dan psikologis termasuk pemeriksaan bahasa, kecerdasan, kemampuan gerak, dan respons saraf. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, Dr. Arif memberikan diagnosis jika Arkana menderita sindrom asperger.“Syndrome Asperger, Dok? Itu penyakit apa? Bukan penyakit kejiwaan kan Dok?” tanya Azmya. Wanita itu benar-benar tidak mengerti dengan penyakit yang dimaksudkan. Dr. Arif tersenyum. “Sindrom Asperger adalah gangguan perkembangan mental dan saraf yang tergolong dalam ganggu
Baca selengkapnya

Bab 72

Azmya terus mengeluh. Wanita itu terus menyalahkan takdirnya. Mengapa semua ini harus terjadi di hidupnya? Mengapa Tuhan tak adil padanya? Mengapa dia tidak memiliki anak yang normal seperti anak lainnya? Padahal selama hidupnya, dia selalu berbuat baik pada siapapun, tapi mengapa dia harus mengalami hal seperti ini? Anaknya dihina semua orang, dirinya pun lelah harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menemani Arkana terapi.Arsyil yang bosan mendengar keluhan demi keluhan yang meluncur dari bibir Azmya, akhirnya menegur pujaan hatinya itu.“Apa itu artinya kamu menyesal menikah denganku, Mi?” tanya Arsyil, saat Azmya kembali mengeluh karena anak mereka masih belum ada perkembangan, setelah melakukan terapi selama tiga bulan.“Menyesal? Siapa yang menyesal?! Aku tidak pernah mengatakan hal itu,” jawab Azmya.“Arkana Yudistira lahir ke dunia ini karena kita saling mencintai, Mi. Siang malam kita memadu kasih dan juga memohon agar memiliki seora
Baca selengkapnya

Bab 73

Tanpa terasa, sudah enam bulan Arkana melakukan sesi terapi. Bermacam terapi dijalankannya. Perubahan yang dialami anak Azmya dan Arsyil itu cukup pesat. Sepertinya, energi positif dari sang ibu membawa hal positif juga untuk perkembangan Arkana.“Sepertinya Arka sudah bisa diajak terlibat pekerjaan rumah, Pak, Bu. Atau, Arka bisa coba diajak ke tempat Bapak bekerja.”“Saya kerjanya di kebun, Dok. Apa tidak masalah?” tanya Arsyil.“Justru itu bagus sekali, Pak. Arka bisa mengeksplorasi tanaman di sana. Kalau bisa, sebelum ke kebun, Bapak perkenalkan dulu tentang tumbuhan-tumbuhan yang ada di sana. Jadi, saat Arka ke kebun, dia antusias melihat semua hal yang tadinya dia lihat di buku atau televisi, bisa disaksikannya secara langsung.”Arsyil dan Azmya pun mengikuti saran dari dokter. Jika tidak melakukan terapi, Arkana selalu mengikuti Arsyil ke kebun. Tentu saja Azmya tak membiarkan kedua pria tampan itu hanya berduaan saja. Wanita itu juga turut serta.Ars
Baca selengkapnya

Bab 74

Sejak hari itu, perlahan Arkana mulai diperkenalkan dengan lingkungan yang lebih luas lagi. Hampir setiap Minggu, Arsyil dan Azmya mengajak Arkana ke taman bermain. Tempat yang biasanya sangat disukai oleh anak kecil. Tapi, tidak bagi Arkana. Taman bermain adalah tempat yang sangat ditakuti oleh anak petani tampan itu. Suara anak-anak yang riuh, langkah kaki yang berkejaran, membuat Arkana terkena serangan panik.Namun, berkat terapi yang terus dijalankan, Arkana perlahan membaik. Walau masih sedikit panik saat berada di area taman bermain, tapi Arkana sudah mulai mau bermain di sana. Tentu saja Arkana selalu memisahkan diri dari anak-anak lain, dan sibuk bermain seorang diri.Satu tahun penuh Arkana menjalani serangkaian terapi. Dokter pun menyarankan Arkana untuk segera bersekolah.“Jangan di sekolah formal, Bu. Mungkin bisa coba di sekolah alam.”“Bagaimana kalau Arka mengamuk, Dok?”“Untuk permulaan, pakai guru bayangan. Jadi, ada seseorang yang akan terus mendampingi Arkana sela
Baca selengkapnya

Bab 75

Bersama seorang pendamping yang baru dikenalnya selama beberapa hari, Arkana bersekolah. Walau Arkana selalu diam, tapi pria kecil itu terlihat begitu menikmatinya. Ruang kelas yang lebih cocok disebut dengan pendopo, yang berada di antara pepohonan, membuat Arkana merasa seperti di rumah. Anak petani tampan itu merasa nyaman di sana.Arkana yang terlihat nyaman, sudah membuat Arsyil dan Azmya bahagia. Namun, Arkana sama sekali tak membuka mulutnya. Walau selalu memerhatikan setiap guru menjelaskan, tapi Arkana hanya diam, setiap gurunya memberikan pertanyaan. Gadis yang berperan menjadi guru bayangan bagi Arkana pun melaporkan hal itu pada Azmya dan Arsyil.“Tidak masalah, Nggi. Biar saja jika Arka tak mau melakukan apapun di sekolah. Asal dia merasa nyaman dan tak terlalu panik saat berkumpul bersama teman-temannya, itu saja sudah cukup untuk permulaan,” jawab Azmya.“Tapi, di akhir tahun pelajaran, akan ada tes kemampuan, Bu, Pak. Nanti akan dinilai, ap
Baca selengkapnya

Bab 76

“Aku sudah tidak bisa menahannya lagi,” lirih Arsyil. Pria itu pun menggesekkan bagian tubuhnya yang sudah mengeras ke bokong Azmya.“Kamu bisa merasakannya, kan? Mau pindah ruangan ,atau aku telanjangi kamu sekarang juga?”Malam itu, di tengah kecemburuan Azmya, wanita itu harus melayani sang suami. Walau awalnya merasa malas untuk memenuhi hasrat sang suami, namun, saat pria itu menenggelamkan wajah pada pangkal pahanya, Azmya langsung mengeram.Rasa nikmat yang melanda tubuhnya, membuat Azmya tak bisa menahan erangannya. Berkali-kali tubuhnya menghianatinya.Padahal Azmya tak mau memenuhi hasrat sang suami, saat ini. Tapi, yang terjadi justru tak sesuai dengan apa yang dia mau.Bagian bawah tubuhnya meledak berkali-kali, padahal Arsyil belum memasuki tubuhnya, tapi Azmya sudah berulangkali mencapai puncaknya. Arsyil memang begitu pintar membuatnya melayang. Hampir sebelas tahun mereka menikah, tak pernah sekalipun Arsyil gagal memuaskannya.
Baca selengkapnya

Bab 77

Arsyil dan Azmya menerima undangan dari kepala sekolah untuk berbincang. Pagi itu, Arkana dan Anggita tidak diantar oleh seorang supir seperti biasanya. Arsyil lah yang menyetir. Kepala sekolah menghubungi Azmya secara pribadi dan mengajak sepasang suami istri itu berbincang saat Arkana sibuk di kelasnya.“Sejak kapan Arkana sudah bisa membaca, Bu?”Arsyil dan Azmya saling pandang. Membaca? Sejak kapan anak mereka bisa membaca?“Memangnya Arka bisa membaca, Bu?” tanya Arsyil.“Sudah sangat lancar, Bu.”Kembali Azmya dan Arsyil saling pandang. Mereka sama sekali tak tau jika Arkana sudah bisa membaca. Arkana tak pernah menunjukkan jika dia bisa membaca.Namun, tiba-tiba Azmya teringat satu hal. Arkana memang sering memegang sebuah buku, kemudian bercerita seakan dirinya tengah membaca. Azmya dan Arsyil berpikir, jika yang dilakukan oleh Arkana bukanlah membaca, tetapi mengulang kembali apa yang sudah mereka bacakan.“Apa buku ini juga Bapak dan Ibu ba
Baca selengkapnya

Bab 78

“Arka, ibu mau tanya sesuatu. Apa benar, kamu membaca buku ini?”Masih dengan wajah datarnya, Arkana menganggukkan kepala.“Coba kamu jelaskan cara bercocok tanam yang kemarin.”Arkana menjelaskan dengan detail apa yang diketahuinya tentang cara bercocok tanam. Arsyil terperangah. Pria itu bahkan baru mendapatkan ilmu yang sama saat duduk di bangku perkuliahan. Bagaimana mungkin sang anak yang baru berusia enam tahun bisa mengetahui semuanya? Bahkan Arkana mengetahuinya secara rinci.“Sekarang Arka jelaskan, di mana Arka mendapatkan ilmu itu? Dari buku ini kan?”Arkana menganggukkan kepalanya. Azmya menatap sang suami yang masih menatap anak mereka tanpa berkedip. “Ars,” panggil Azmya. Arsyil pun mengalihkan pandangannya pada sang istri.“Kamu benar-benar tidak pernah membacakan buku itu untuk Arka?”Dengan wajah keterkejutannya, Arsyil menggelengkan kepala.“Itu materi sewaktu aku masih kuliah, Mi. Untuk apa aku membacakan Arka buku itu? Bahkan,
Baca selengkapnya

Bab 79

“Coba Arka diajak untuk ikut tes intelegensi. Anak jenius seperti Arka, harus mendapatkan mentor yang tepat. Agar kejeniusannya bisa terarah. Saya rasa, Pak Arsyil salah satu mentor yang tepat untuk Arka karena Arka sepertinya tertarik dengan pertanian.”Atas saran Bu Parni, Arsyil dan Azmya mengajak Arkana ke Ibu Kota dan melakukan pemeriksaan intelegensi anak mereka— Arkana Yudistira. Dan dari hasil pemeriksaan, Arkana mempunyai IQ superior.“IQ Arkana 156, Pak, Bu. Arkana memiliki IQ superior. Anak ibu seorang jenius.”Azmya dan Arsyil saling pandang. Mereka tak pernah menyangka memiliki seorang anak jenius. Siapa yang mengira? Jika anak yang sering diejek dengan sebutan anak gila itu adalah seorang jenius?Setelah mendengar hasil tes intelegensi Arkana, keluarga kecil Arsyil Yudistira kembali ke kediaman mereka. Sepanjang perjalanan tak ada suara dari ketiganya. Mereka bungkam. Arkana yang duduk di belakang hanya sibuk dengan buku yang baru saja dibelikan oleh Arsyil. Sementara Az
Baca selengkapnya

Bab 80

Setelah mengetahui sang anak memiliki IQ superior, Arsyil dam Azmya bertanya pada sang anak, apa anaknya itu benar-benar menyukai segala hal yang berhubungan dengan pertanian. Masih dengan wajah datarnya, Arkana menganggukkan kepalanya.Karena Arkana sudah membaca buku pertanian tahap lanjutan, Arsyil menyodorkan buku pertanian tahap awal pada sang anak.“Arka sudah baca buku yang ini, belum. Kalau mau belajar teknik bercocok tanam yang serius, harus tau pondasi awalnya.”“Arka sudah baca,” jawabnya. Arsyil dan Azmya saling pandang.“Arka sudah baca buku pertanian yang mana saja?” tanya Azmya.Arkana pun menunjukkan seluruh deretan buku yang berada di rak bawah hingga tengah. Kembali Arsyil dan Azmya saling tatap. Hampir seluruh buku perkuliahan Arsyil sudah dibaca oleh Arkana.Arsyil dan Azmya kembali terkejut saat pria itu menguji sang anak. Arkana bisa menjawab seluruh pertanyaan Arsyil dengan benar. Niat Arsyil untuk mengajak Arkana bertemu dengan Pr
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status