Semua Bab Kisah Cinta si Petani Tampan: Bab 51 - Bab 60

96 Bab

Bab 51

“Menyebalkan!” teriak Azmya sebelum melangkah menuju kamar mandi. Sementara Arsyil terkekeh-kekeh melihatnya. Arsyil langsung mendekap erat Azmya yang baru saja selesai membersihkan wajahnya.“Kamu, ih! Selalu saja begitu. Kamu kan tau aku tidak suka kalau wajahku disembur begitu!”“Hahaha ... Aku sengaja. Kamu terlihat tambah cantik kalau belepotan cairanku,” ledek Arsyil. Azmya hanya menatap kesal pada sang suami.“Mending aku tidur daripada mendengarkan ocehan mesummu itu!”Kembali Arsyil terkekeh-kekeh. Pria itu tentu saja tak membiarkan Azmya meninggalkannya begitu saja. Dia masih ingin berbicara banyak pada sang istri. Terutama panggilan Azmya padanya. Sejak mereka sekolah, hingga saat ini, Azmya terus saja memanggil namanya tanpa ada panggilan kesayangan.“Bagaimana kalau papa?” “Papa Ars? Lucu juga,” ucap Azmya.“Papa saja. Tidak perlu pakai Ars dibelakangnya. Papanya hanya aku saja. Memangnya dia mau punya berapa papa? Memangnya kamu ada re
Baca selengkapnya

Bab 52

Sifat manja Azmya bertambah berkali-kali lipat. Wanita itu ingin selalu berada dalam pelukan sang suami. Bahkan, jika berjalan di pagi hari sembari berjemur, Azmya terus bergelayut manja di lengan Arsyil.“Lihat deh tuh, hamil begitu saja manjanya minta ampun. Gelendotan terus sama Kang Arsyil!”“Maklumlah, kan hamilnya lama. Jadi mencari kesempatan untuk bermanja-manja sama Nak Arsyil,” sahut Indri.“Wajar kalau Neng Mia bermanja sama suaminya. Kalau Neng Mia bermanja dengan suaminya Bu RT, baru deh Ibu boleh sewot!” ketus Ceu Edah.Wanita yang selalu menyediakan masakan untuk Arsyil dan Azmya, begitu kesal dengan orang-orang yang selalu menggunjing Azmya. Terlebih saat wanita itu tau, dengan apa yang dilakukan oleh Mutiara dan ibunya kepada Azmya. Bertambahlah rasa kesal Ceu Edah dengan wanita-wanita penggunjing itu.“Coba saja kalau dia berani menggoda suami saya! Habis dia saya unyeng-unyeng!” ucap Indri. Seketika Ceu Edah terkekeh mendengar celotehan is
Baca selengkapnya

Bab 53

Kehamilan Azmya benar-benar membuat Arsyil bahagia. Bukan hanya karena Azmya semakin manja padanya, hasrat Azmya juga semakin menggebu-gebu. Azmya begitu menggilai Arsyil. Wanita itu seakan tak pernah puas menjamah sang suami.Pernah suatu kali Azmya menemani Arsyil melakukan pemeriksaan ke kebun organik mereka. Arsyil yang sibuk berbicara dengan para pekerja, membuat Azmya yang sedari tadi bergelayut manja pada lengan pria itu, kini berpindah. Azmya mendekap sang suami dari belakang. Arsyil hanya tersenyum saat wanita itu mengeratkan pelukannya.Arsyil mulai resah, saat Azmya merogoh dadanya. Wanita itu menyelipkan telapak tangan ke dalam kaos yang dikenakan Arsyil. Azmya meraba dada pria itu. Tubuh Arsyil bergetar. Azmya terus meraba tubuhnya.Berulangkali Arsyil menoleh, menatap dengan mata satunya pada wanita yang terus merabanya itu. Arsyil bertambah resah, saat Azmya mulai mengecup punggungnya. Arsyil tau, saat itu, Azmya menginginkan dirinya. Dia pun begitu.
Baca selengkapnya

Bab 54

“Cairan ketubannya sudah hampir habis. Kita lakukan operasi caesar,sekarang,” ucap profesor Wawan.Sesuai titah Profesor Wawan, ruang operasi pun disiapkan saat itu juga. Arsyil terlihat sedikit panik. Sepasang suami istri itu tak pernah memprediksi jika Azmya harus melakukan operasi caesar.Selama ini, wanita itu sudah menyiapkan mental untuk melahirkan melalui pervaginam.Padahal Azmya sudah melakukan berbagai cara, sebagai usaha agar dirinya bisa melalui proses kelahiran secara normal.Azmya yang tak pernah berolahraga, seketika menjadi rajin mengajak Arsyil jalan keliling desa di pagi hari. Wanita itu juga rutin mengikuti senam kehamilan. Arsyil bahkan selalu menemani Azmya mengepel rumah seraya berjongkok setiap sore. Hal yang tak pernah Azmya lakukan seumur hidupnya, sebelum wanita itu mengandung.Namun, Bagaimana pun rencana dan usaha Azmya agar bisa melahirkan secara normal, takdir berkata lain.Di usia kandungan yang memasuki 42 Minggu, janin yang dikandungnya belum menunjukk
Baca selengkapnya

Bab 55

Suasana ruang operasi yang begitu riuh berbanding terbalik dengan suasana di depan pintu ruangan itu. Di luar ruang operasi, Arsyil Yudistira berjalan mondar mandir di depan pintu. Arsyil benar-benar tak tenang meninggalkan Azmya seorang diri di meja operasi. Apa yang tengah dilakukan Azmya di dalam sana? Apa dia menangis? Apa dia merasa takut? Apa wanita itu merasa kesakitan karena perutnya dibelah?Arsyil penuh kekhawatiran akan Azmya. Padahal wanita yang sejak tadi dipikirkannya sibuk berceloteh ria bersama para petugas medis di dalam sana.“Ars, kamu duduk saja. Tidak terjadi apapun di dalam sana.”“Kasihan Mimi di dalam sendirian, Pa. Dia pasti takut sendirian di sana,” ucap Arsyil resah. Pria itu masih terus berjalan mondar mandir di depan ruang operasi.“Mimi sudah besar, Ars. Sudah tua malah. Kamu jangan terlalu khawatir. Bukankah para petugas medis di dalam sana adalah yang terbaik di rumah sakit ini? Bahkan Papa dengar, Profesor Wawan salah satu dokter obgyn terbaik di Ibu K
Baca selengkapnya

Bab 56

Arsyil terpaku menatap seorang bayi yang kini ada dalam dekapannya. Wajah bayi itu persis Azmya. Kulitnya kemerahan, hidungnya mungil, matanya tak terlalu besar. Seketika Arsyil jatuh hati pada bayi mungil itu. Air mata Arsyil bahkan hampir menetes. Beberapa perawat bahkan menyaksikan adegan itu dengan senyum sumringah. Seorang pria tampan kini tengah menggendong bayinya dengan tatapan penuh kasih sayang.Arsyil terlihat begitu lihai menggendong bayi. Pria itu memang sudah pernah menggendong bayi. Salah satu keponakannya, pernah tinggal dengan pria itu selama dua bulan.Saat itu, Nasya— kakak kandung Arsyil— tengah berlibur di rumahnya. Rencananya wanita yang tengah hamil delapan bulan itu, akan berlibur selama satu Minggu. Namun, takdir berkata lain. Nasya mengalami pecah ketuban dini, hingga anak pertamanya harus dikeluarkan saat itu juga. Dan Nasya baru kembali ke kediamannya di Yogyakarta, saat anaknya berusia dua bulanMelihat seorang pria t
Baca selengkapnya

Bab 57

“Kamu sudah lihat bayi kita, Ars? Dia tampan sekali, kan? Sama seperti kamu,” ucap Azmya antusias.“Tidak, Sayang. Dia tampan, tapi mirip dengan kamu.”“Iya, bisa jadi sih. Memang sudah seharusnya mirip denganku. Aku yang mengandungnya selama sembilan bulan,” balas wanita itu.Arsyil menatap sendu pada wanita yang telah memberinya seorang anak itu. Sedari tadi, jemarinya terus membelai lembut rambut Azmya.“Terima kasih ya, Sayang. Terima kasih sudah rela bersusah payah mengandung anakku selama hampir sepuluh bulan. Terima kasih sudah berjuang untuk melahirkan putraku,” lirih Arsyil.Melihat Azmya terbaring lemah di ranjang rumah sakit karena telah melahirkan putra mereka, membuat rasa cinta Arsyil kepada wanita itu semakin membuncah. Jika dulu Arsyil sangat mencintai Azmya, kini dirinya teramat sangat mencintai wanita itu.“Itu anakku juga, Ars. Bukan hanya anak kamu!” cebik Azmya. Wanita itu padahal masih dalam pengaruh bius, tapi Azmya menunjukkan seolah dirinya tak terpengaruh den
Baca selengkapnya

Bab 58

“Asi kamu merembes tuh. Bikin aku haus saja,” ucap Irwan seraya menatap tajam pada dada Azmya yang telah basah. Mendengar pernyataan Irwan, seketika Arsyil mencengkeram kerah baju pria itu.“Dasar brengsek!!” pekik Arsyil. Dengan sekuat tenaga Arsyil menyeret Irwan hingga keluar ruangan. Arsyil mendorong pria itu hingga Irwan terjerembab. Arsyil kembali masuk ke ruangan, mengambil bingkisan yang tadi dibawa oleh mantan kekasih sang istri. Lalu melemparkan bingkisan itu persis ke wajah Irwan.Mantan kekasih Azmya itu mengaduh kesakitan. Pasalnya, isi bingkisan yang dia berikan berupa mainan yang terbuat dari kayu.“Dasar pria arogan!” pekik Irwan. Arsyil mengabaikan ocehan pria itu. Arsyil kembali menghampiri Azmya. Wanita itu tengah menangis sesenggukan. Namun, bukan hanya Azmya yang menangis. Arkana pun sepertinya merasakan sakit hati sang ibu. Arkana menangis kencang. Arsyil bingung, siapa yang harus ditenangkannya lebih dulu. Istrinya atau anaknya?
Baca selengkapnya

Bab 59

Lima hari dirawat di rumah sakit, kondisi Azmya dinilai sudah pulih. Wanita itu sudah bisa berjalan, bahkan sudah bisa membersihkan dirinya sendiri di kamar mandi, walau bekas operasi di tubuh ibu baru itu, masih terasa nyeri.Jarak tempuh yang jauh, membuat punggung Azmya terasa sakit. Beberapa kali Arsyil harus menepikan mobilnya untuk memperbaiki jok mobil. Terkadang pria itu harus menurunkan jok mobil, agar Azmya bisa berbaring setelah lelah duduk bersandar. Dan Arsyil harus kembali menepikan mobilnya, saat Arkana menangis dan ingin menyusu pada ibunya.Waktu perjalanan yang biasanya bisa ditempuh selama tiga jam, kini harus ditempuh hingga hampir lima jam. Azmya benar-benar merasa kelelahan menempuh perjalanan selama itu.“Kamu tiduran saja, Sayang. Biar lelahnya hilang,” ucap Arsyil, setelah pria itu menuntun sang istri hingga duduk di tepi ranjang. Azmya pun menuruti apa yang diucapkan sang suami. Namun, baru saja Azmya hendak merebahkan badannya. Arkana suda
Baca selengkapnya

Bab 60

Azmya kini memakai lingerie yang sangat seksi. Lingerie yang belum pernah dipakai wanita itu sebelumnya. Wanita itu berdiri di ambang pintu kamar mandi, menatap Arsyil dengan mata dan senyumnya yang menggoda.Arsyil yang sudah berpuasa hampir dua bulan itu, tentu saja mendadak kaku. Tubuhnya tak bergerak. Matanya terbelalak. Hanya kemaskulinannya saja yang berlahan bergerak. Saat Azmya melangkah semakin mendekat, semakin bangkit juga kejantanannya Arsyil di bawah sana. Dan saat Azmya mulai merangkak di atas ranjang, Arsyil semakin membeku.Azmya yang tengah menyusui membuat dada wanita itu menjadi lebih besar. Sehingga, saat wanita itu merangkak di atas ranjang, dada Azmya seolah hendak melompat keluar dari tempatnya.Azmya berhenti saat wajahnya tepat berada di atas bagian tubuh Arsyil yang sedang mengetat sedari tadi. Arsyil bergetar saat Azmya mulai membelai bagian celananya yang menggembung. Tubuh Arsyil tambah bergetar begitu Azmya mulai mengecupnya.“Mii ...,” lirih Arsyil denga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status