Semua Bab Kisah Cinta si Petani Tampan: Bab 31 - Bab 40

96 Bab

Eps. 31

“Tolong izinkan ya, Al. Karena aku tidak tau, apakah suatu saat aku bisa mendengar seorang anak memanggilku dengan sebutan bunda? Andai aku tak memiliki anak, setidaknya ada Dio yang memanggilku dengan sebutan bunda.”Mendengar penuturan sang istri, ada rasa nyeri menjalar di hati Arsyil. Hatinya bertambah nyeri, saat melihat berulangkali Azmya menyeka air matanya sembari tersenyum kepada Dio— bayi mungil yang baru berusia tiga jam itu.Bukan hanya Arsyil yang dapat merasakan kepedihan Azmya. Vani dan Aldo pun sama. Vani bahkan terus meneteskan air mata. Suara ketukan pintu membuat lamunan kesedihan kami semua, buyar.“Jam besuk sudah habis ya, Pak, Bu. Yang boleh menemani pasien hanya satu orang saja,” ucap perawat yang sudah berdiri di ambang pintu.Mendengar hal itu, Azmya mengembalikan Dio kepada Vani. Arsyil dan Azmya pun berpamitan.“Besok pagi, aku boleh ke sini lagi kan, Van?”“Boleh dong, Bunda Mimi,” jawab Aldo. Bibir Azmya melengkung semp
Baca selengkapnya

Eps. 32

Sepanjang perjalanan Azmya menutup rapat mata dan bibirnya. Sebenarnya wanita itu tak tidur. Azmya hanya berpura-pura tidur untuk menghindari dialog dengan sang suami. Azmya merasa kesal dengan Arsyil karena wanita itu merasa sang suami tak mengerti dengan apa yang dia rasakan saat ini.Perasaan iri dan dengki, baru kali ini dirasakan oleh wanita itu. Sejak dulu hingga beberapa jam lalu, Azmya adalah orang yang selalu bersyukur dengan apa yang sudah dimilikinya. Tak pernah sekalipun Azmya merasa iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain, walaupun dirinya belum memiliki hal itu.Tapi kali ini, Azmya tak dapat menguasai dirinya. Azmya merasa kesal karena dia merasa iri dengan seseorang. Terlebih itu adalah sahabatnya.Kenapa dirinya tak kunjung hamil?Padahal dirinya tak henti berharap dan berdoa. Tapi, setelah tiga tahun menikah, kenapa janin itu juga belum tumbuh di rahimnya?Walau berkata sudah mengikhlaskan, walau tak lagi memikirkan, tapi, saat
Baca selengkapnya

Eps. 33

“Aku pamit. Kalau Kamu mau menjemput, tolong tiba di sana pukul lima sore.” ucap Azmya datar. Arsyil mengangguk lemah. Pria itu ingin mengecup dahi sang istri, namun Azmya menghindar.Arsyil benar-benar resah dengan sikap sang istri. Seharian di rumah tanpa Azmya, membuat pria itu terus gelisah. Berulangkali Arsyil menghubungi sang istri, namun Azmya mengabaikannya. Pesan yang Arsyil kirimkan pun tak pernah dapat balasan. Bahkan Azmya tak membaca pesan itu.Bertambah resah, dua jam setelah kepergian Azmya, pria itu menyusul sang istri. Mungkin Azmya masih dalam perjalanan, karena menuju rumah sakit tempat Vani melahirkan, butuh waktu tiga jam.Tepat pukul 08:00 WIB Arsyil menyusul sang istri. Pria itu sengaja mengendarai mobilnya dengan santai. Dirinya tau, Azmya pasti akan marah padanya, jika dia datang secepat ini. Tapi Arsyil tak mau memedulikan hal itu. Baginya, yang terpenting adalah dia bisa melihat Azmya.Tiga jam setelah Arsyil tiba di rumah sakit, pria
Baca selengkapnya

Eps. 34

Arsyil terpaku. Pria itu tak bisa bergerak kala matanya bersiborok dengan tatapan Azmya.Arsyil tertangkap basah. Pria itu ketahuan. Ini masih pukul dua belas, lima jam lebih awal dari perjanjian mereka.Senyum di bibir Azmya mendadak sirna. Wanita itu menatap tajam sang suami dari balik pintu.“Mampus aku!” ucap Arsyil. Pria itu tau, Azmya pasti akan marah padanya. Lebih-lebih marah, Azmya pasti merasa kecewa, pikirnya.Arsyil tercekat. Pria itu menelan ludahnya dengan sudah payah.“Kenapa Bro?!” tanya Aldo penasaran. Pasalnya, Arsyil terlihat begitu tegang.“Ketauan, Bro,” lirih Arsyil. Seketika Aldo tertawa terbahak-bahak. Pria itu sudah bisa membayangkan, Azmya yang cerewet itu akan memarahi Arsyil habis-habisan. Sejujurnya Aldi merasa senang jika itu terjadi. Itu artinya Azmya akan melepaskan Dio. Sejak kedatangan Azmya pagi tadi, dirinya sama sekali tak bisa menyentuh sang anak. Karena Azmya begitu memonopoli Dio.Namun, apa yang diharapkan ole
Baca selengkapnya

Eps. 35

“Aku ... Takut mengganggu Kamu. Kamu terlihat bahagia sekali sewaktu menggendong Dio.”Azmya mengembuskan napas panjang. Sebenarnya dia malas sekali menyapa sang suami. Padahal dia sudah berpesan pada sang suami untuk datang ketika hari hampir senja. Walau masih merasa kesal, tapi Azmya juga tak tega saat melihat pria itu duduk di lantai, seperti potret yang dikirim oleh Aldo tadi.“Ayo masuk saja,” ajak Azmya. Pria itu tertegun, menatap tepat di manik Azmya. “Boleh?” lirih Arsyil. Azmya hanya menjawabnya dengan mengangguk. Tapi Arsyil sedikit ragu, sampai Azmya mengulirkan tangannya. Dengan penuh semangat dan senyum sumringah Arsyil menyambutnya. Walau pria itu hanya duduk di sofa, tapi bisa terus memerhatikan sang istri dari dekat, sudah membuat Arsyil bahagia. Apalagi Azmya selalu tersenyum sumringah ketika berinteraksi anak dari sahabatnya itu.Melihat sang istri begitu berbinar, Arsyil pun bertekad untuk mengabulkan keinginan Azmya untuk melakukan program kehamilan. Keinginan Ars
Baca selengkapnya

Bab 36

Menyusuri lorong-lorong rumah sakit, Arsyil menoleh ke kanan dan kiri, mencari keberadaan sang istri. Tapi, langkah kaki pria itu seketika terhenti. Tangan Arsyil mengepal erat. Pantas saja perasaannya tak enak sejak tadi. Pemandangan yang dilihatnya kini, benar-benar membuat pria itu geram.Azmya tengah berbincang dengan Irwan—mantan kekasihnya.Gegas Arsyil mengayun langkah, menghampiri keduanya dengan tangan terkepal.“Rasa cinta di hatiku masih ada Mi.” Mendengar ungkapan rasa pria itu terhadap istrinya, seketika Arsyil menghentikan langkahnya. Pria itu memutuskan bersembunyi di balik tembok, persis di samping Azmya dan Irwan yang tengah berbincang. Pria itu tak mau menyalahkan Irwan begitu saja. Bisa saja Irwan dan Azmya memang mengatur janji temu.Jadi ini hal yang diungkapkan oleh Vani, tadi. Hal yang membuat Azmya tak lagi resah. Suatu hal yang membuat Azmya tenang adalah Irwan?Arsyil menahan gejolak amarah yang kini membuncah dalam hatinya. Pr
Baca selengkapnya

Bab 37

“Kita tanya jadwal dokter kandungan ya. Biar bisa secepatnya konsultasi perihal kehamilan.”Azmya terperanjat. Wanita itu menoleh, menatap sang suami dengan tatapan tak percaya.“Aku penasaran, bagaimana rasanya bercinta dengan Azmya-ku yang membuncit!”Azmya tak dapat membendung air matanya. Tak pernah dibayangkan olehnya, Arsyil mengajak dirinya untuk melakukan program kehamilan. Padahal dirinya sudah membujuk pria itu selama usia pernikahan mereka. Tapi Arsyil kekeuh dengan pernyataannya, jika anak adalah anugerah dari Tuhan yang akan diberikan pada siapa saja yang dikehendakinya. Dan menjalankan program kehamilan, dirasa pria itu tak perlu. Karena dengan atau tanpa melakukan program kehamilan apapun, jika mereka ditakdirkan untuk memiliki anak, maka anak itu akan hadir di rahim sang istri. Begitupun sebaliknya.Jika mereka ditakdirkan untuk tak memiliki anak, maka, anak itu tak akan hadir walau mereka melakukan program kehamilan dengan alat tercanggih sekali
Baca selengkapnya

Eps. 38

“Dokternya ramah sekali. Justru itu yang membuat tak enak hati. Sudah ramah, tampan pula!” cebik Azmya.Mata Arsyil seketika membulat. Membayangkan sang istri membuka lebar kakinya, dan memamerkan area sensitifnya di depan wajah seorang pria, tentu saja membuat Arsyil meradang. Bagaimana mungkin dirinya tak marah, jika sang istri yang mengangkang di hadapan wajah pria lain. Walau pria itu seorang dokter, tetap saja hal tadi tidak termasuk dalam kondisi darurat. Harusnya sang istri bisa memilih dokter wanita yang menanganinya.Arsyil yang merasa kesal, melepaskan tubuhnya dari dekapan Azmya. “Ayo pulang!” Arsyil melangkah mendahului Azmya. Pria itu mengayun langkah, kamar rawat inap Vani dan anaknya yang menjadi tujuan Arsyil.Berpamitan dengan wajah yang ditekuk, Vani dan Aldo mengira, Arsyil marah pada Azmya yang melakukan pemeriksaan kesuburan. Vani dan Aldo pun menatap kesal pada Arsyil yang tengah cemberut itu.Namun, sepasang suami istri yang baru saja menjadi orangtua itu, terke
Baca selengkapnya

Eps. 39

Arsyil membopong Azmya, lalu menghempaskan tubuh sang istri ke atas ranjang. Wanita itu tersenyum kecil. Melihat Azmya hanya menggunakan jubah mandi, seketika Arsyil melucuti pakaiannya sendiri. Pria itu lantas membuka lebar kaki sang istri dan membenamkan wajahnya di sana.Sebagai balas dendam, Arsyil akan menyiksa Azmya, malam ini.Mencium aroma kewanitaan Azmya membuatnya tambah bergairah. Dengan jemarinya, Arsyil membuka celah kewanitaan Azmya, sehingga celah itu semakin terbuka lebar.Embusan napas Arsyil di depan area sensitifnya, membuat Azmya meremang.Wanita itu seketika mendesis, saat Arsyil memberikan kecupan-kecupan kecil di sepanjang jalur yang telah terbuka lebar itu.Arsyil terus menyiksa Azmya. Lidah pria itu menari dengan lihai di bawah sana. Menelusuri jalur kenikmatan itu tanpa henti dengan lidahnya, Arsyil membuat Azmya menggelinjang.“Emmhh ... Eemmhhhh ...”Azmya mengeram saat Arsyil sesekali memberi hisapan di bawah sana. Wanit
Baca selengkapnya

Eps. 40

“OH ARS ... INI GILA!! AAKKHH ...”Azmya berteriak-teriak menikmati puncak kenikmatan yang menghampirinya secara bertubi-tubi. Baru pertama kali Azmya mengalaminya. Gigitan-gigitan gemas Arsyil pada telinga dan lehernya, rangsangan jemari pria itu di puncak dadanya secara bergantian, tepukan jemari pria itu pada daging kecil sensitifnya, serta kejantanan pria itu yang masih mengetat di dalam sana, sukses membuat Azmya menggila.Mungkin teriakan gadis itu menggema di seluruh rumah. Beruntung jarak rumah Azmya dan tetangganya cukup jauh. Hingga mereka tak perlu khawatir jika teriakan itu didengar tetangga.“Sudah Ars ... Aku capek.”“Aku belum mulai, Mi. Akan aku siksa Kamu sepanjang malam ini,” lirih Arsyil. Azmya meremang mendengar penuturan pria itu.Arsyil pun merebahkan wanitanya. Kejantanannya yang baru saja dia tarik keluar dari tubuh sang istri, masih mengetat sempurna.“Bersiaplah Sayang. Aku datang,” gumam Arsyil. Pria itu mencengkeram erat kaki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status