Arsyil terpaku menatap seorang bayi yang kini ada dalam dekapannya. Wajah bayi itu persis Azmya. Kulitnya kemerahan, hidungnya mungil, matanya tak terlalu besar. Seketika Arsyil jatuh hati pada bayi mungil itu.
Air mata Arsyil bahkan hampir menetes. Beberapa perawat bahkan menyaksikan adegan itu dengan senyum sumringah. Seorang pria tampan kini tengah menggendong bayinya dengan tatapan penuh kasih sayang.Arsyil terlihat begitu lihai menggendong bayi. Pria itu memang sudah pernah menggendong bayi. Salah satu keponakannya, pernah tinggal dengan pria itu selama dua bulan.Saat itu, Nasya— kakak kandung Arsyil— tengah berlibur di rumahnya. Rencananya wanita yang tengah hamil delapan bulan itu, akan berlibur selama satu Minggu. Namun, takdir berkata lain. Nasya mengalami pecah ketuban dini, hingga anak pertamanya harus dikeluarkan saat itu juga. Dan Nasya baru kembali ke kediamannya di Yogyakarta, saat anaknya berusia dua bulanMelihat seorang pria t“Kamu sudah lihat bayi kita, Ars? Dia tampan sekali, kan? Sama seperti kamu,” ucap Azmya antusias.“Tidak, Sayang. Dia tampan, tapi mirip dengan kamu.”“Iya, bisa jadi sih. Memang sudah seharusnya mirip denganku. Aku yang mengandungnya selama sembilan bulan,” balas wanita itu.Arsyil menatap sendu pada wanita yang telah memberinya seorang anak itu. Sedari tadi, jemarinya terus membelai lembut rambut Azmya.“Terima kasih ya, Sayang. Terima kasih sudah rela bersusah payah mengandung anakku selama hampir sepuluh bulan. Terima kasih sudah berjuang untuk melahirkan putraku,” lirih Arsyil.Melihat Azmya terbaring lemah di ranjang rumah sakit karena telah melahirkan putra mereka, membuat rasa cinta Arsyil kepada wanita itu semakin membuncah. Jika dulu Arsyil sangat mencintai Azmya, kini dirinya teramat sangat mencintai wanita itu.“Itu anakku juga, Ars. Bukan hanya anak kamu!” cebik Azmya. Wanita itu padahal masih dalam pengaruh bius, tapi Azmya menunjukkan seolah dirinya tak terpengaruh den
“Asi kamu merembes tuh. Bikin aku haus saja,” ucap Irwan seraya menatap tajam pada dada Azmya yang telah basah. Mendengar pernyataan Irwan, seketika Arsyil mencengkeram kerah baju pria itu.“Dasar brengsek!!” pekik Arsyil. Dengan sekuat tenaga Arsyil menyeret Irwan hingga keluar ruangan. Arsyil mendorong pria itu hingga Irwan terjerembab. Arsyil kembali masuk ke ruangan, mengambil bingkisan yang tadi dibawa oleh mantan kekasih sang istri. Lalu melemparkan bingkisan itu persis ke wajah Irwan.Mantan kekasih Azmya itu mengaduh kesakitan. Pasalnya, isi bingkisan yang dia berikan berupa mainan yang terbuat dari kayu.“Dasar pria arogan!” pekik Irwan. Arsyil mengabaikan ocehan pria itu. Arsyil kembali menghampiri Azmya. Wanita itu tengah menangis sesenggukan. Namun, bukan hanya Azmya yang menangis. Arkana pun sepertinya merasakan sakit hati sang ibu. Arkana menangis kencang. Arsyil bingung, siapa yang harus ditenangkannya lebih dulu. Istrinya atau anaknya?
Lima hari dirawat di rumah sakit, kondisi Azmya dinilai sudah pulih. Wanita itu sudah bisa berjalan, bahkan sudah bisa membersihkan dirinya sendiri di kamar mandi, walau bekas operasi di tubuh ibu baru itu, masih terasa nyeri.Jarak tempuh yang jauh, membuat punggung Azmya terasa sakit. Beberapa kali Arsyil harus menepikan mobilnya untuk memperbaiki jok mobil. Terkadang pria itu harus menurunkan jok mobil, agar Azmya bisa berbaring setelah lelah duduk bersandar. Dan Arsyil harus kembali menepikan mobilnya, saat Arkana menangis dan ingin menyusu pada ibunya.Waktu perjalanan yang biasanya bisa ditempuh selama tiga jam, kini harus ditempuh hingga hampir lima jam. Azmya benar-benar merasa kelelahan menempuh perjalanan selama itu.“Kamu tiduran saja, Sayang. Biar lelahnya hilang,” ucap Arsyil, setelah pria itu menuntun sang istri hingga duduk di tepi ranjang. Azmya pun menuruti apa yang diucapkan sang suami. Namun, baru saja Azmya hendak merebahkan badannya. Arkana suda
Azmya kini memakai lingerie yang sangat seksi. Lingerie yang belum pernah dipakai wanita itu sebelumnya. Wanita itu berdiri di ambang pintu kamar mandi, menatap Arsyil dengan mata dan senyumnya yang menggoda.Arsyil yang sudah berpuasa hampir dua bulan itu, tentu saja mendadak kaku. Tubuhnya tak bergerak. Matanya terbelalak. Hanya kemaskulinannya saja yang berlahan bergerak. Saat Azmya melangkah semakin mendekat, semakin bangkit juga kejantanannya Arsyil di bawah sana. Dan saat Azmya mulai merangkak di atas ranjang, Arsyil semakin membeku.Azmya yang tengah menyusui membuat dada wanita itu menjadi lebih besar. Sehingga, saat wanita itu merangkak di atas ranjang, dada Azmya seolah hendak melompat keluar dari tempatnya.Azmya berhenti saat wajahnya tepat berada di atas bagian tubuh Arsyil yang sedang mengetat sedari tadi. Arsyil bergetar saat Azmya mulai membelai bagian celananya yang menggembung. Tubuh Arsyil tambah bergetar begitu Azmya mulai mengecupnya.“Mii ...,” lirih Arsyil denga
Aksi Azmya benar-benar erotis malam ini. Setelah menari di atas kejantanannya, wanita itu lantas meminta sang suami membuka kaos yang dikenakan pria itu. Bagai kerbau yang di cocok hidungnya, Arsyil menuruti dengan cepat permintaan sang istri. Selain takut sang anak terbangun lebih awal, Arsyil juga penasaran dengan apa yang diperbuat oleh Azmya selanjutnya.Arsyil melempar kaosnya yang basah ke sembarang arah. Azmya seketika menindih sang suami, lalu menenggelamkan wajahnya pada lekuk leher Arsyil. Azmya seolah meniru apa yang sering diperbuat oleh pria itu. Azmya memberikan jejak-jejak kepemilikan di sana.Merasa puas dengan leher sang suami, Azmya kini turun ke dada pria itu. Azmya bahkan sibuk menyesapi puncak dada sang suami. Arsyil menggelinjang. Azmya tak pernah seperti ini sebelumnya. Wanita itu terlihat beringas.Apa karena sudah dua bulan tubuh mereka tak menyatu, hingga hasrat wanita itu begitu menggebu-gebu?Yang jelas, Arsyil begitu blingsatan. Rasa
Ninik masih terus ngedumel walau telah kembali ke kamarnya. Tangisan cucunya masih belum berhenti. Itu artinya, anak dan menantunya itu masih sibuk bergumul di dalam sana.“Sudah lah, Bun. Kita tidur saja. Sebentar lagi juga mereka pasti selesai. Lagian, mereka sudah lama libur. Mungkin sama-sama meluapkan rindu. Bunda ini seperti tidak pernah muda saja,” ucap Sahid. Pria itu memahami situasi yang dialami oleh anak dan menantunya itu. Jika masa nifas baru saja selesai, perasaan ingin melakukan penyatuan, pasti begitu besar. Dia pun pernah mengalami hal itu. “Dulu kita tidak seperti itu. Kalau anak menangis ya langsung digendong!”“Itu karena Bunda mendapatkan suami yang pengertian. Kalau anakmu itu kan egoisnya keterlaluan.”“Anakmu, anakmu, Arsyil itu bukan hanya anak Bunda, tapi juga anak Ayah!”Sahid terkekeh mendengar ocehan sang istri. Sejak dulu, pria lanjut usia itu memang selalu suka menggoda istri dan anak bungsunya. Sikap kaku kedua orang itu, men
Mentari pagi ini terasa lebih cerah dari biasanya. Sama seperti suasana hati Arsyil. Pergumulan yang sudah hampir dua bulan tak dilaksanakannya, tadi malam terlaksana dengan sangat panas. Azmya begitu binal malam tadi. Wanita itu memekik, mengerang, bahkan menjerit melampiaskan kenikmatan yang sudah lama tak dirasakannya. Wanita itu bahkan meminta sang suami untuk terus menggempurnya walau sang bayi sudah menangis histeris.Arsyil bahkan berulang kali memasuki tubuh sang istri. Kejantanannya seakan tak pernah merasa puas sebelum memasuki tubuh Azmya berkali-kali.Dan, pagi ini, Arsyil tengah berusaha menahan hasratnya yang masih menggelora sejak tadi malam. Pria itu dengan sabar menanti sang buah hati yang masih menyusu.“Nak ... Ayo cepat minum susunya. Gantian ya ...”Azmya terkikik mendengar celotehan sang suami yang terus membujuk Arkana agar menyusu lebih cepat. Tapi, entah mengapa, Arkana pun seakan sengaja untuk menggoda ayahnya itu.Bayi berusia lima puluh hari itu, menyusu l
Pagi itu, Sahid mendorong sang cucu yang tengah tidur di stroller. Sebenarnya pria lanjut usia itu mendapat pekerjaan untuk menunggui Arkana berjemur di halaman rumah. Tapi, pria itu memilih untuk mengikuti sang istri yang sedang berbelanja di tukang sayur yang berhenti tepat di depan kediaman ketua RT.“Wah, Pak Sahid sedang bawa cucu jalan-jalan pagi ya,” ucap seorang warga.“Sebenarnya saya dapat tugas dari Arsyil untuk menemani Arka berjemur. Biar sehat, kena matahari pagi. Tapi, ya sekalian saja menemani istri saya belanja,” jawab Sahid.“Harusnya biar ibunya yang jemur Arka. Biar ibunya sekalian berjemur biar ikutan sehat. Menantunya jangan terlalu dimanja, Pak. Tidak baik, wanita yang baru melahirkan bermalas-malasan begitu.”Ninik menatap geram pada istri dari ketua RT itu. Padahal Ninik sudah sangat paham dengan tingkah Indri. Istri dari ketua RT itu memang selalu mencari-cari kesalahan Azmya. Wanita itu memang sangat membenci Azmya, karena Mutiara— anaknya Indri— menaruh hat
Anggita begitu terkejut saat tiba-tiba kedua orang tuanya masuk ke dalam bilik ya dan mengatakan jika mereka baru saja menemui Arsyil. Bertanya-tanya dalam hati, apa yang diperbuat orang tuanya di kediaman pria yang dicintainya itu? Apa orang tuanya sudah mengetahui alasan yang sebenarnya, mengapa dia dipecat? Apa ayah dan ibunya akan memarahinya karena mencintai suami orang? Apa ayah dan ibunya akan murka karena dia sering menonton aksi Arsyil dan Azmya?Anggita pun menegakkan tubuhnya. Gadis itu bersiap akan cecaran orang tuanya. Tapi, kalimat pertama yang ditanyakan oleh ibunya, membuat Anggita terkejut.“Apa benar Pak Arsyil sering menggoda kamu?” tanya Mila. Dahi Anggita berkerut mendengar pertanyaan sang ibunda.Menggoda? Pria beristri itu tak pernah sekalipun menggodanya. Jangankan menggoda, pria itu bahkan tidak bisa untuk digoda. Kenapa kedua orang tuanya bisa mempunyai pikiran seperti itu?“Bapak dan ibu tadi bertemu dengan tetangganya. Katanya Pak Arsyil itu sering menggo
“Kenalkan, nama saya Indri. Saya istri dari ketua RT, tempat di mana Arsyil dan Azmya tinggal. Kebetulan rumah saya tepat di depan rumah mereka,” ucap Indri.“Ada apa dengan mereka?” tanya wanita itu. Mila pun tanpa ragu menyeritakan apa yang terjadi pada anaknya.“Mia memang seperti itu. Cemburuan gak jelas. Anak saya juga mengalami nasib yang tidak jauh beda. Padahal Arsyil itu naksir berat dengan anak saya tadinya. Tau-tau digoda oleh si Mia itu! Eh ... sekarang malah menuduh anak Ibu dan Bapak yang menggoda suaminya. Padahal saya yakin, pasti Arsyil yang lebih dulu menggoda anak Bapak dan Ibu. Arsyil itu sebenarnya jenuh sama istrinya yang tidak bisa apa-apa itu!”“Berarti Pak Arsyil itu mata keranjang ya?” tanya Mila. Wanita paruh baya itu menatap tak percaya.“Bukan Arsyil yang mata keranjang. Tapi, istrinya itu yang tidak becus dalam mengurusi suami. Mia itu kan tidak bisa memasak, tidak bisa mengurus rumah. Bahkan sudah tidak perawan saat menikah!”Mata Mila dan Jajang melebar
Mila dan sang suami memutuskan untuk berhenti di sebuah warung makan yang tak jauh dari kediaman Arsyil dan Azmya. Pasangan suami istri paruh baya itu masih begitu emosional. Ucapan Arsyil dan Azmya yang menuduh anaknya hendak menjadi orang ketiga bagi rumah tangga keluarga petani itu, membuat Mila dan sang suami meradang.Mereka tau betul sikap Anggita. Putri sulung mereka itu adalah seorang anak yang lemah lembut. Lakunya juga sangat baik. Anggita bahkan tak pernah terlihat berhubungan dekat dengan seorang pria. Bagaimana mungkin anak yang begitu lugu bisa menggoda seorang pria yang notabenenya adalah majikannya? Bahkan pria itu berusia jauh lebih tua dari anak mereka.“Saya yakin Pak. Pasti Bu Mia itu mengada-ada. Masa anak kita dituduh menggoda suaminya. Pasti dianya saja yang cemburuan. Atau ... jangan-jangan Pak Arsyil yang menggoda anak kita, tapi menuduh Anggi yang menggodanya, saat ketahuan oleh istrinya itu!” umpat Mila.“Menurut Bapak juga
Ibu kandung Anggita menghampiri rumah Arsyil yang berada di desa yang bersebelahan dengan desa tempatnya tinggal. Mila berangkat ke sana bersama sang suami. Sebenarnya pria itu tak mau menemani sang istri untuk mengemis sebuah pekerjaan untuk anaknya. Menurut pria itu, Anggita terlalu berlebihan. Harusnya, dengan pengalaman kerjanya selama mendampingi Arkana, anak gadisnya itu mampu mencari pekerjaan dengan lebih mudah.Namun, saat Anggita sama sekali tak menyentuh makanannya. Saat anaknya itu harus dipasangi selang infus karena tak mendapatkan asupan makanan dan cairan yang cukup, mau tak mau, pria itu mengikuti sang istri ke kediaman Arsyil dan Azmya.Sesampainya di sana, kedua orang tua Anggita memohon agar sang anak diperbolehkan untuk kembali bekerja di sana.“Kasihan Anggi sampai tidak mau makan dan minum, Pak, Bu,” ucap Mila. Wanita paruh baya itu, tanpa tau persolan yang menimpa anaknya, terus memohon pada Arsyil dan Azmya.“Mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima Anggi untu
Sementara itu, saat Azmya begitu menikmati permainan sang suami. Ada seorang gadis cantik yang terus menangis karena baru saja diberhentikan dari pekerjaannya. Gadis itu menangis bukan karena kehilangan pekerjaan. Dia menangis karena tak lagi bisa menatap pria pujaan hatinya lagi.Biasanya, setiap pagi gadis itu bersemangat karena akan kembali melihat seorang pria dewasa yang begitu perkasa. Menyapa pria itu, mendengar suara pria itu, bahkan menyaksikan tubuh atletis pria itu, sudah menjadi santapan sehari-hari Anggita. Arsyil Yudistira memang begitu memesona. Walau pria itu berusia tiga puluhan, tapi wajah tampan dan tubuh atletisnya, membuat Arsyil terlihat sangat menggairahkan bagi gadis-gadis seumuran Anggita.Gadis itu tak pernah menyangka jika dirinya akan jatuh cinta pada seorang pria yang berusia sepuluh tahun lebih tua darinya. Anggita merasakan getaran-getaran itu di hatinya, saat Arsyil mulai suka memujinya. Sejak saat itu, senyuman yang selalu ditampilkan oleh petani tamp
“Sepertinya beberapa hari belakangan, kamu cukup sehat,” ucap Arsyil saat dirinya bersama sang istri baru saja masuk ke kamar.“Iya. Rasanya tubuhku sudah mulai segar kembali. Apalagi tadi pagi sudah diurut dengan Ceu Edah. Tubuh ini jadi terasa tambah segar,” ungkap Azmya. Senyuman lebar terkembang di wajah Arsyil. Pria itu seketika menyergap Azmya. Memeluk erat sang istri dari belakang. Kini Arsyil sudah membenamkan wajahnya pada lekuk leher Azmya.“Sudah bisa melayaniku dong, kalau begitu.”Arsyil tak membutuhkan jawaban dari Azmya. Melihat kondisi tubuh sang istri begitu bugar, Arsyil pun tau jika Azmya sudah siap untuk melayaninya.Jemari pria itu kini telah menangkup salah satu benda kenyal milik Azmya. Arsyil memberikan pijatan-pijatan lembut di sana seraya memberikan jejak-jejak kepemilikan di leher sang istri.Azmya tentu saja mulai menikmatinya. Terlebih saat pria itu mulai menggesek-gesekkan bagian tubuhnya yang
Arkana sebenarnya tak lagi membutuhkan shadow teacher untuk mendampinginya belajar. Anak petani tampan itu sudah tak mengenyam pendidikan formal sejak tahun lalu. Begitu lulus dari sekolah taman kanak-kanak, Arsyil dan Azmya memutuskan jika sang anak melanjutkan pendidikan homeschooling.Azmya dan Arsyil langsung yang menjadi mentor bagi Arkana. Mereka memberikan banyak buku tentang pertanian dan robotik untuk Arkana. Arsyil bahkan mengajarkan Arkana yang baru berusia tujuh tahun itu untuk berselancar di internet, Deni memuaskan hasrat sang anak akan ilmu pengetahuan.Selama satu tahun setelah Arkana lulus dari taman kanak-kanak, Anggita hadir di sana, hanya untuk menemani Arkana jika Arsyil dan Azmya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.Dan kini, tanpa kehadiran Anggita, Arsyil harus benar-benar bisa membagi waktu antara mengurusi bisnis perkebunannya, mengurusi usaha yang dirintis oleh Azmya, serta menemani Arkana belajar.Sementara Azmya yang tengah hamil muda, hanya mampu terkula
“Kamu mengatakan ini agar aku melayanimu, kan, Ars?! Kamu kenapa sih, Ars? Sejak dulu, kalau menyangkut hal yang begituan, kamu selalu seperti anak kecil. Aku sedang tidak enak badan, Ars! Kalau aku dalam keadaan fit, aku juga tidak pernah menolak keinginan kamu!”“Mi ... Jangan teriak-teriak. Nanti, Arka dengar.”“Biar saja dia dengar. Biar dia tau kalau papanya begitu kekanakan! Hanya memikirkan dirinya sendiri!”“Anggi menawarkan diri untuk jadi istri keduaku!” ucap Arsyil.“APA?!”Azmya benar-benar terkejut dengan pernyataan yang baru saja terlontar dari bibir sang suami. Anggita menawarkan diri untuk menjadi istri kedua sang suami? Gadis itu secara terang-terangan mengatakan jika dia tertarik pada Arsyil. Yang benar saja!“Dia bilang, dia akan melayaniku dengan baik. Dia bahkan rela hanya dinikahi secara siri.”Lagi, Azmya terperangah. Bagaimana mungkin gadis yang begitu muda dan cantik, rela menyerahkan dirinya begitu saja pada seorang pria beristri? “Apa kamu pernah menjanjika
“Sayang ... Apa Arka masih membutuhkan seorang guru bayangan? Arka kan sudah tidak sekolah formal lagi?” tanya Arsyil saat pria itu baru saja mengantarkan Anggita ke depan pintu gerbang.“Ars ... Bisa tidak sih, kalau kamu tidak menganggu aku. Sebentar saja, Ars. Aku sedang merasa sangat lelah, pusing, mual, seluruh badanku rasanya tidak enak,” keluh Azmya.Baru saja dirinya terlelap. Sang suami sudah kembali mengganggunya. Padahal beberapa menit yang lalu, dirinya baru saja berpesan jika dia tak ingin diganggu.“Aku baru saja memecat Anggi.”Dahi Azmya berkerut. Wanita itu seketika menegakkan tubuhnya. Azmya tentu saja bingung karena sang suami tiba-tiba memecat seseorang yang sudah banyak membantu mereka. Sudah hampir dua tahun gadis itu menemani Arka. Arsyil bahkan bersikap begitu baik pada Anggita. Hingga Azmya kerap mendapati percikan cemburu di hatinya.“Memecat? Kok bisa? Dia berbuat apa? Ketahuan mencuri? Dia mencuri, iya? mencuri apa? Perabotan rumah? Uang? atau apa?”Arsyil