"Aku percaya padamu."Maya mendongkak lagi saat Evan tiba-tiba berucap padanya. Pria itu menatapnya dengan wajah yakin, sebelum mengulang kalimatnya sekali lagi. "Aku percaya padamu. Aku telah berjanji padamu untuk tetap percaya padamu apa pun yang terjadi. Aku yang bisa sembuh dan sehat saja sudah merupakan keajaiban. Jadi mengapa, kamu yang menciptakan keajaiban ini tidak bisa mengatakan bahwa kehidupanmu saat ini merupakan keajaiban?"Evan tersenyum kecil. Maya. Memang, nama itu lebih cocok untuk gadis sehebat istrinya. Evan seakan menemukan pecahan yang hilang ketika dia mengulang nama itu berkali-kali di dalam hatinya. Maya. Wanita yang dia cintai itu Maya, bukan Finola yang dikenal orang-orang selama ini. "Lagipula," lanjut Evan kemudian. "Tidak peduli tubuh siapa yang kamu pakai saat ini, aku hanya mencintai jiwa yang mengisi raga ini. Aku mencintai gadis yang berani, hebat, dan selalu melindungiku di saat sulit. Aku mencintai Maya, seseorang yang berani datang untuk mengajuk
Read more