"Di tubuhnya, terdapat banyak luka dan memar yang membutuhkan perawatan intensif untuk sementara waktu. Pasien juga memiliki patah tulang di area dada dan tangannya. Kami menemukan bahwa perutnya juga mengalami pendarahan karena pukulan berulang di daerah yang sama. Karena pasien juga memiliki riwayat gegar otak ringan, kami juga harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait benturan yang pasien terima hari ini. Setelah ini, mungkin Anda bisa menyewa psikiater untuk memastikan pasien tidak memiliki trauma setelah kejadian ini. Sejujurnya, pasien bisa bertahan sampai sejauh ini juga sudah merupakan keajaiban."Evan mengerutkan keningnya. Wajahnya terlihat sangat buruk, saat dia menjawab penjelasan dokter tersebut dengan suara yang terdengar suram. "Terima kasih Dokter," balasnya dengan singkat. Maya terluka parah, dan itu terjadi karena salahnya lagi. Sebelumnya, Evan tidak terlalu khawatir karena istrinya itu tidak pernah sampai berada di situasi yang sampai mengancam keselamatann
KrekKrekMaya mendesis saat tubuhnya merasa sakit di saat dia tidak bisa melihat apa pun di ruang gelap yang kini dia tempati. Hal terakhir yang Maya ingat adalah Evan yang menangis ketika dia dibaringkan di lantai yang dingin. Maya seharusnya dibawa ke rumah sakit. Namun saat ini, dia malah berada di tempat aneh yang tidak berujung dan tidak memiliki setitik pun cahaya. Tubuhnya tanpa sadar merinding, saat dia mencoba bergerak untuk menjauh dari tempatnya berdiri saat ini. Namun tidak peduli sekeras apa Maya berusaha, gadis itu tetap tidak bisa beranjak sedikit pun dari posisinya berdiri saat ini. Suara menganggu yang sebelumnya hanya samar-samar terdengar semakin jelas seiring waktu. Itu suara kunyahan. Suara yang menyeramkan, dan dibarengi dengan perasaan sakit yang semakin menyengat dari seluruh tubuhnya. Dengan sekuat tenaga, Maya akhirnya memaksakan matanya untuk melihat mahluk apa yang ada di belakangnya saat ini. Para zombie, memakan tubuhnya seperti yang mereka lakukan di
"Finola... Siapa Maya yang kamu sebut dalam ucapanmu sebelumnya?"Maya benar-benar tidak tahu harus bagaimana saat Evan tiba-tiba menyakan hal yang sama sekali tidak dia duga. Maya tidak ingat dia pernah mengucapkan nama 'Maya' di depan Evan sebelumnya. Namun fakta tentang Evan yang mengetahui nama Maya jelas tidak bisa dia bantah. Gadis itu terdiam, karena dia tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu dengan apa setelahnya. Maya diam bukan karena dia tidak percaya pada Evan. Namun melihat kisahnya sendiri, Maya ragu Evan tidak akan menganggapnya gila jika dia mengatakan yang sebenarnya. Maya sendiri tidak pernah mendengar kasus pindah dunia semacam ini. Dia sendiri, masih bingung dengan situasinya bahkan setelah satu tahun berlalu begitu saja. Sekarang, bagaimana dia bisa membuat Evan mengerti tentang situasinya? Dia memang bisa mengatakan bahwa dia hanya meracau sesuatu yang tidak jelas. Bermimpi mengenai hal yang abstrak, atau alasan lainnya yang lebih masuk akal. Namun sejujurnya
"Aku percaya padamu."Maya mendongkak lagi saat Evan tiba-tiba berucap padanya. Pria itu menatapnya dengan wajah yakin, sebelum mengulang kalimatnya sekali lagi. "Aku percaya padamu. Aku telah berjanji padamu untuk tetap percaya padamu apa pun yang terjadi. Aku yang bisa sembuh dan sehat saja sudah merupakan keajaiban. Jadi mengapa, kamu yang menciptakan keajaiban ini tidak bisa mengatakan bahwa kehidupanmu saat ini merupakan keajaiban?"Evan tersenyum kecil. Maya. Memang, nama itu lebih cocok untuk gadis sehebat istrinya. Evan seakan menemukan pecahan yang hilang ketika dia mengulang nama itu berkali-kali di dalam hatinya. Maya. Wanita yang dia cintai itu Maya, bukan Finola yang dikenal orang-orang selama ini. "Lagipula," lanjut Evan kemudian. "Tidak peduli tubuh siapa yang kamu pakai saat ini, aku hanya mencintai jiwa yang mengisi raga ini. Aku mencintai gadis yang berani, hebat, dan selalu melindungiku di saat sulit. Aku mencintai Maya, seseorang yang berani datang untuk mengajuk
"Duniamu sebelum ini... Pasti sangat mengerikan," komentar Evan pelan setelah dia mendengar cerita dari Maya. Setelah masing-masing dari mereka menyatakan perasaannya masing-masing, Evan memang mengatakan bahwa dia berharap bisa mendengar lebih jauh lagi tentang dunia yang Maya tinggali sebelum gadis itu pindah ke dunia ini. Maya dengan senang hati memberi tahu pria itu segalanya. Kecuali saat dokter datang untuk memeriksanya dan waktu makan, Maya asik menceritakan kehidupan masa lalunya sementara Evan juga dengan serius terus mendengarkan ucapan gadis itu. Maya benar-benar bahagia dia bisa bercerita tentang kehidupan masa lalunya pada seseorang di dunia ini. Maya merasa kini dia seperti memiliki tumpuan yang bisa mengingatkannya, bahwa Maya memang pernah hidup di dunia yang kacau tersebut. "Memang mengerikan. Kekacauan di mana-mana, dunia dengan hukum rimba, dan kejahatan yang merajalela karena dunia tidak memiliki hukuman pasti lagi. Awalnya, dunia itu memang terlihat seperti neraka
Ketika Kevin akhirnya datang lagi setelah dia selesai mengurusi perusahaan Evan, yang dia lihat tetaplah Maya yang tertidur sementara Evan beristirahat di sofa besar yang ada di ruangan itu. Pertama-tama Kevin menyimpan tas kerjanya di salah satu meja, sebelum dia ikut duduk di sebelah Evan. "Finola belum sadar sejak tadi?" tanya Kevin dengan khawatir. Evan segera menggeleng untuk menghentikan kekhawatiran temannya. "Dia sudah sadar saat kamu berada di perusahaan. Namun kembali tidur, setelah dokter memberinya obat-obatan," ujar Evan menjelaskan. Evan tahu Kevin pasti penasaran dengan kondisi Maya setelah gadis itu siuman tadi. Evan bergerak untuk bangkit dari posisi duduknya, sebelum pria itu menunjuk ke arah pintu keluar ruang rawat Maya. "Ayo kita bicara di luar."Evan menyeret Kevin keluar dari kamar, lalu duduk di bangku koridor yang sudah sepi pada larut malam. Evan membiarkan saat Kevin terlebih dahulu mencari vending machines dan membeli dua kaleng kopi untuk menemani obrol
Ketika Maya bangun sekali lagi, gadis itu bisa melihat bahwa suaminya sedang asik membahas sesuatu yang serius di depan layar laptop milik Kevin. Melihat keseriusan keduanya saat berbicara, Maya lebih memilih diam sambil menatap keduanya tanpa mengatakan apa pun. Ketika Evan akhirnya menyadari bahwa Maya telah membuka matanya, senyum hangat segera mengambil alih wajah yang sebelumnya terlihat serius saat pria itu buru-buru berjalan mendekatinya lalu memberi Maya senyuman yang tampak begitu hangat. "Kenapa kamu tidak mengatakan apa pun jika kamu memang sudah bangun? Apakah tidurmu nyenyak? Ini sudah waktunya makan malam. Aku akan meminta suster mengantarkan makan malammu ke sini oke?"Maya mengangguk saat dia menerima semua perhatian Evan dengan tangan terbuka. "Apakah kamu sendiri sudah makan? Kamu tidak bisa melewatkan makan malammu hanya karena kamu sudah baik-baik saja sekarang," ujar Maya memberi tahu. Hati Evan melembutkan ketika dia mendengar omelan Maya. Akhirnya, mereka benar
Maya tahu rasa frustrasi yang dirasakan oleh Kris. Namun Maya tahu, meneruskan kasus itu juga hanya akan membahayakan posisi Kris dan rekan-rekannya. Mereka masing-masing hanya polisi jujur yang tidak memiliki dukungan dari keluarga besar mana pun. Jika orang seperti kakeknya ingin mereka menghilang dari muka bumi, melakukannya hampir sama seperti menepuk nyamuk bagi pria itu. Dengan sembuhnya Evan, Maya yakin kekuatan suaminya akan berkembang pesat mulai saat ini. Namun menyeret Evan untuk kembali bertarung hanya demi menghukum pria yang hampir mati seperti kakeknya, rasanya sangat buang-buang waktu. Selama Evan mendapat keadilannya, Maya tidak peduli bahkan jika kakek yang tidak pernah dia ketahui itu akan terus mencoba membunuhnya untuk selamanya. Maya tertawa dingin ketika dia membalas ucapan Kris. "Sersan Kris tidak perlu merepotkan diri dengan terus mengusut kasus itu. Satu-satunya yang dia lakukan hanyalah, mendukung seseorang untuk membunuhku ketika dia memiliki kesempatan.
Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan
Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?
[Kebangkitan Pewaris Tunggal Keluarga Orlando.]Maya membaca berita itu dengan alis sedikit berkerut. Bukan isi beritanya yang kali ini membuatnya kesal. Namun komentarnya, benar-benar membuat Maya kesal saat gadis itu membacanya satu per satu. Ketika Evan sakit, semua orang menilai kisah cinta mereka dengan cara yang relatif negatif. Sebagian menganggap Maya hanya menikah demi kekayaan Evan. Sementara yang lain, merasa kasihan karena Maya harus menikah dengan pria sekarat seperti Evan. Hanya sedikit orang yang benar-benar tulus mendoakan kebahagiaan hubungan mereka. Namun ketika berita kesembuhan Evan telah menyebar, orang sepertinya mulai berlomba-lomba menghapus komentar mereka yang sebelumnya dan mulai memuji mereka sebagai pasangan paling bahagia di muka bumi. Beberapa bahkan mengaku mengenalnya atau Evan, dan memuji keserasian mereka walaupun aslinya Maya tidak mengenal orang-orang itu. Sekarang Maya tahu mengapa Evan begitu terisolasi dari dunia luar selama ini. Di masa ketik
Begitu mereka sampai di rumah sakit, Diana sudah selesai diperiksa dan tengah beristirahat di ruang rawat bersama dengan teman-temannya. Kejadian itu tampaknya terlalu mengejutkan untuk gadis-gadis muda itu, hingga tidak ada yang bicara sampai Maya masuk ke dalam ruangan bersama dengan Evan dan juga Kevin. "Maaf kami datang terlambat. Bagaimana keadaan kalian saat ini?"Mata Diana langsung memerah saat dia ingat Maya lagi-lagi telah menyelamatkan nyawanya. Maya yang sadar dengan perasaan Diana segera menghampiri gadis itu. Maya membiarkan Diana memeluknya erat, sebari menangis sementara dia sendiri berusaha menenangkan Diana dengan mengelus punggungnya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Kamu sudah aman sekarang..."Maya berbisik pelan sementara matanya menatap Evan dan Kevin yang diajak keluar oleh dua teman Diana. Maya tahu keduanya kemungkinan besar akan membicarakan tentang hasil pemeriksaan Diana atau sekedar memberi Diana ruang untuk menumpahkan perasaannya. Ya mana juga baik-baik
"Kalau begitu, Saya harap kalian bersedia mendengarkan saran dari Saya."Sementara Maya tengah berlari ke mana-mana untuk mencari Diana, Evan dan Kevin baru saja selesai bicara dengan para petinggi universitas dan sedang diantar untuk keluar dari ruangan. Mereka baru saja hendak membuka pintu, saat kepala keamanan universitas masuk dengan tergesa-gesa sampai hampir saja menabrak Evan yang berada di depan pintu. "Gawat Pak, seseorang baru saja berkelahi di dalam gudang!"Wajah orang-orang memerah karena malu saat kepala keamanan itu melaporkan masalah ketika Evan dan Kevin masih ada di ruangan itu. Mereka baru saja berjanji akan meningkatkan keamanan di dalam lingkungan universitas. Dan sekarang, seseorang malah melaporkan bahwa baru saja terjadi pertengkaran di lingkungan kampus. "Apa yang kamu katakan? Jika para mahasiswa mulai berselisih lagi, kamu bisa membawanya kemari tanpa menimbulkan keributan yang tidak perlu!"Rektor universitas memarahi sebelum Evan atau Kevin semakin menc
Di tempat lain, Diana kembali jatuh dengan keras saat seseorang menendangnya tepat di bagian perut. Temannya Evelyn dan Josephine, hanya bisa menangis saat keduanya ditahan oleh anak-anak lain agar tidak bisa membantu Diana. Sejak Diana datang ke kampus, gadis itu sudah tidak dapat menghitung berapa banyak cacian yang sudah dia dapatkan hari ini. Namun perlakuan yang dia terima dari kakak tingkatnya ini, merupakan yang terparah dari semua orang. Ketika Diana tiba di kelasnya, dia tiba-tiba saja diseret keluar oleh orang-orang kuat ini. Pakaian indah pemberian ayahnya sudah kacau karena kotoran dan sampah yang sebelumnya dilempat ke tubuhnya. Diana menatap tanah dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu, ini merupakan hukumannya karena memiliki ayahnya yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang dengan tindakannya. "Ya ampun, lihatlah. Putri terhormat Tuan Anton yang luar biasa tampak seperti kotoran berjalan saat ini."Anak-anak lain tertawa saat salah satu dari mereka menghina Diana sa
"Diana memberi tahumu bahwa dia akan kembali masuk kuliah? Bagus kalau begitu. Aku akan bertemu dengan kalian di universitas nanti.""Ah, masalah universitas biar aku saja yang menangani. Katakan saja pada Diana untuk fokus menjalani studinya." "Tidak, aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya aku lakukan sebagai keluarga. Terima kasih karena telah memberi tahuku. Sampai bertemu di kampus nanti."Evan menyaksikan saat Maya asik menelepon salah satu kenalan Diana. Setelah acara pemakaman yang dilangsungkan kemarin, Maya akhirnya yakin dia akan memulai kuliahnya pada hari ini. Gadis itu sudah siap untuk berangkat kuliah, saat salah satu teman Diana menelepon istrinya itu. "Diana akhirnya bersedia menghadiri kuliahnya lagi?" tanya Evan penasaran. Maya mengangguk. "Ya. Diana memberi tahu teman-temannya bahwa dia sudah siap masuk kuliah lagi hari ini. Aku pikir pertemuan kemarin benar-benar berhasil membuatnya lega. Aku berencana untuk menemuinya di kampus nanti. Sejak kemarin, kita
"Apa menurutmu Evan akan datang? Ini memang pemakaman pamannya. Namun orang yang mengaku sebagai pamannya ini telah membunuh orang tuanya bahkan hampir membunuh istrinya juga tidak lama ini. Aku sebenarnya tidak yakin dia akan benar-benar datang.""Ah ya... Namun aku sendiri tidak pernah menyangka Tuan Anton yang terlihat baik dan lembut sebenarnya..."Diana mendengarkan bisikan demi bisikan itu dengan bibir yang tertutup rapat. Ini jelas merupakan hari pemakaman ayahnya. Namun hampir semua tamu undangan, hanya datang untuk menjelekan ayahnya dan menertawakan keluarganya secara diam-diam. Hampir semua orang sudah tahu bahwa Anton merupakan seorang penjahat sekarang. Karena keluarganya telah jatuh, Diana tahu beberapa orang sengaja datang hanya untuk menertawakan penderitaan mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan saingan ayahnya di masa lalu. Atau seseorang yang berusaha menjilat Evan, dengan membenci Anton secara terang-terangan. Karena terdapat banyak tamu tidak diundang dalam aca
"Nah, kamu sudah tampan sekarang."Evan diam-diam mencuri ciuman di pipi istrinya ketika Maya selesai membantunya untuk bersiap. "Kamu juga sangat cantik," bisiknya pelan saat dia melihat Maya yang menggunakan pakaian hitam serasi dengannya. Mereka akan menghadiri acara pemakaman Anton sore ini. Evan melakukannya demi sang bibi dan Diana, sekaligus sebagai awal kemunculan resminya dengan tubuh yang sudah sembuh. Selain Anton, sebagai pebisnis, Evan juga memiliki banyak musuh yang memanfaatkan sakitnya untuk mencuri beberapa proyek perusahaannya. Evan akan muncul untuk memberi mereka peringatan. Bahwa keluarganya belum hancur. Dan dia, tidak mati seperti yang diinginkan oleh orang-orang itu. "Apa kamu yakin ingin ikut denganku saat ini? Sejak kamu diterima di universitas, kamu belum juga datang untuk menghadiri kelas pertamamu. Dan sekarang... Kamu harus menunda waktu studimu lagi demi menemaniku."Maya tertawa ketika dia mendengar kekhawatiran yang dirasakan suaminya itu. "Mari kita