Sejak pagi Arana hanya duduk melamun memandang keluar jendela kamarnya. Sesekali dia menghela nafasnya sepenuh dada untuk menghilangkan rasa sesak yang beberapa hari ini mulai ia rasakan kembali. Sudah lebih dari satu jam dia berdiam seperti ini tapi belum ada niatan untuknya melakukannya hal lain. "Mbak Arana,, Sarapan dulu." suara Bibi dari balik pintu untuk yang ketiga kalinya namun tak mendapat respon apapun dari Arana. Terdengar helaan nafas dari wanita paruh baya yang sudah hampir satu tahun menemani Arana di rumah besar Saga. Dia sangat prihatin dengan keadaan kedua majikannya tersebut. Baru beberapa hati mereka akur, sekarang perang dingin lagi. Padahal Bibi merasa jika mereka berdua sebenarnya saling mencintai tapi sangat sulit untuk bersatu. "Mbak, sarapan dulu, ini sudah saya bawakan. Saya takut nanti Tuan pulang marah lagi kalau tau Mbak Arana belum makan" Bibi berusaha membujuk Arana. Dia tidak ingin sampai terjadi pertengkaran seperti tiga hari yang lalu. "Nanti aku
Read more