Arana masih tertidur bersama Rania ketika seseorang memencet bel apartemen. Dengan malas Arana beranjak bangun melihat kearah jam yang menempel didinding. "jam dua pagi" gumamnya pelan kemudian menggoyang-goyangkan bahu Rania. "Rania, bangun!!" suruh nya. "Hemm" Rania bergumam beranjak bangun. "Siapa yang datang pagi-pagi begini?" gerutu Arana sambil berjalan dan diikuti Rania menyusul di belakangnya. "Mungkin itu Reza sama Ryan." sahut Rania dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Aku lihat dulu. Beneran Ryan atau bukan," kata Arana sebelum mengintip dari kaca kecil yang ada ditengah pintu apartemen. Arana langsung membuka pintu setelah memastikan yang datang benar-benar Ryan dan Reza. "Kamu beneran sudah sembuh? Aku gak papa kok berangkat sendirian." tanya Arana ke Ryan ketika mereka sudah berada di ruang tengah apartemen. "Aku sudah gak papa. Kalau mereka gak keroyokan, mereka tidak akan bisa menang dari aku" kata Ryan dengan muka sok kuat. "Kamu kan tau, aku pemegang
Saga pov. Sudah berhari-hari aku mencari Arana ke semua tempat yang mungkin saja menjadi tempatnya bersembunyi. Mulai dari ke rumah orang tuanya sampai ke rumah semua teman-temannya yang aku ketahui. Namun hasilnya nihil, tidak ada seorangpun yang tahu kemana Arana pergi. Dari salah satu anak buah Ferdy memberikan informasi bahwa, Arana terakhir terlihat bersama Reza masuk ke sebuah apartemen yang belakangan aku ketahui itu milik Ryan salah satu teman dekat Arana. Ketika mendengar kabar dari anak buah Ferdy tentang keberadaan Arana, Aku yang sedang berada di kota J. Untuk mencari Arana yang awalnya aku pikir mungkin di rumah Ryan. Dari asisten rumah tangga di rumah Ryan aku mendapatkan info jika Ryan sedang dirawat di rumah sakit karena di tusuk orang sejak dua pekan yang lalu sedangkan Arana sama sekali tidak pernah datang ke rumah Ryan. Dari rumah Ryan aku bergegas kembali pulang dan menuju ke apartemen yang di maksud oleh Ferdy. Aku sampai di sana sekitar pukul 6 pagi. Ternyata
Saga pov. Setelah mendengar penjelasan Ferdy. Aku bergegas pulang ke rumahku bersama Ferdy dan beberapa orang anak buah Ferdy. "Kamu ikut naik keatas, lainnya suruh cari info dari Art dan satpam." perintahku ke Ferdy begitu kami memasuki rumah. Ferdy adalah asisten pribadi sekaligus temanku yang sangat bisa diandalkan dalam segala hal. Termasuk menguak fakta dan kebenaran yang sulit untuk terungkap. "Kalian tidak tidur satu kamar?" tanya Ferdy begitu kami masuk ke kamar Arana yang terletak di sebelah ruang kerjaku. "Heem" jawabku sambil memperhatikan isi kamar Arana.Ada dua koper yang berjejer dipojok kamar. Meja yang biasa dia buat untuk membuat desain juga terlihat rapi. Hanya ada beberapa kertas kosong dengan sebuah pensil dan dua pena. "Sepertinya istri kamu sudah bersiap untuk pergi" ujar Ferdy berkomentar. Mendengar komentar Ferdy membuatku menghela nafas, "Salahku juga karena menyetujui permintaannya agar kami bersama hanya untuk satu tahun." sesal ku, "Aku pikir bisa me
"Masalah ini akan menyita banyak waktumu. Kalau boleh kasih saran, hubungi jordan suruh dia menggantikan kamu untuk sementara. Aku sudah dapat info dimana sekarang Tania berada." Ferdy memberi saran pada teman sekaligus bosnya yang sedang mengalami masalah pelik dalam rumah tangganya ketika mereka pulang dari rumah orang tua Saga. Saga hanya mengangguk tanpa berniat menjawab ucapan Ferdy yang sedang fokus menyetir disampingnya. "Ga. Kamu gak lagi putus asa kan?" Ferdy menendang kaki kanan Saga dengan kaki kirinya. Karena melihat Saga hanya diam membisu saja sejak keluar dari rumah orang tuanya. "Hemm, Nanti aku akan menghubungi Jordan. Dia harus bekerja bukan cuma traveling saja." sahut Saga akhirnya bersuara menimpali ucapan Ferdy. "Cepat kirim orang. Bawa paksa Tania kehadapanku" tambanya memerintah. "Siap. Aku juga sudah mengirim orang untuk mengawasi Rania dan Reza. Aku yakin mereka tahu dimana Arana berada sekarang" kata Ferdy sambil fokus menyetir. "Kirim orang untuk menjem
Sudah tiga bulan lebih semua pekerjaan Saga dipegang oleh Jordan, teman Saga sekaligus salah satu pemegang saham di GG property.GG property adalah perusahaan property yang didirikan oleh empat orang sahabat, yaitu Sagara, Jordan, Galih dan Brandon. Saga adalah pemilik saham terbanyak karena itu Saga yang menjadi CEO. Dikarenakan Saga sedang ada masalah dan tidak bisa mengurus perusahaan untuk sementara waktu jabatan CEO dipegang oleh Jordan dan semua pekerjaan Saga di ambil alih oleh Jordan.Saga sendiri sibuk untuk mencari informasi keberadaan Arana. Dia beberapa kali bertanya pada Rania dan Reza tapi mereka tetap saja bungkam tentang dimana keberadaan Arana. Tidak ketinggalan Saga juga menemui Raka. Dia menceritakan semua akar permasalahannya beserta bukti-buktinya. Saga sangat bersyukur Raka percaya dan mengatakan bahwa sebenarnya Arana sangat mencintainya namun sama halnya dengan Rania dan Reza Raka juga tidak mengetahui dimana keberadaan Arana. Raka meminta agar Saga bersabar m
Ini sudah tiga bulan lebih Arana meninggalkan kota kelahirannya. Sekarang Arana tinggal di sebuah kota kecil yang masih sangat asri. Udaranya dingin dan sejuk cocok untuk tempat tinggal orang yang lam masa penyembuhan seperti Laras. Semenjak Arana tinggal bersama Laras di kota ini, Arana memiliki kebiasaannya baru yaitu berjalan-jalan bersama Laras berkeliling komplek kemudian menuju taman tidak jauh dari komplek perumahan yang mereka tinggali. Sudah dari sebulan kepergiannya, Arana sudah menelfon Raka dengan ponsel Ryan untuk mengabarkan bahwa dirinya baik-baik saja agar Bapak dan Ibunya tidak merasa khawatir. Dia berjanji akan segera pulang setelah menenangkan diri. "Ma, mau sarapan bubur ayam gak?" Arana berhenti mendorong kursi roda Laras, kemudian menunduk supaya bisa mendengar jawaban Laras."Seperti enak." Jawab Laras, "Baiklah hari ini kita sarapan bubur ayam" ujar Laras memutuskan menu sarapan mereka pagi ini. "Ok. Nanti mama makannya yang banyak ya," sahut Arana berjalan
Nampak Saga dan dua orang laki-laki sedang berbicara sembari memandang ke sekeliling area food court seperti sedang mencari seseorang. Spontan Arana ikut berjongkok untuk bersembunyi. Segera dia mengambil masker dari dalam tasnya lalu memakainya. Dia juga memberikan satu masker untuk Tania. "Kenapa kamu ikut bersembunyi?" tanya Tania penasaran. Arana tak menghiraukan pertanyaan Tania. Yang difikirkan nya hanya satu cara keluar dari mall tanpa dilihat Saga. 'Ya Alloh, kenapa Mas Saga ada disini?' batin Arana. Tiba-tiba tiga orang berdiri di belakang Tania. Satu orang berpura-pura menelfon dan dua orang berpura-pura sedang berbincang untuk menutupi agar tidak terlihat boleh Saga dan anak buahnya. Mereka adalah tiga pengawal yang perintahkan Ryan untuk menjaga Arana dan Mamanya ketika keluar rumah. "Ayo" Ryan menggandeng Arana berjalan keluar dari Area food court. "Lebih cepat sedikit jalannya" Ryan memberi intruksi dengan sedikit menarik Arana supaya mempercepat jalannya. Begitu
"Ternyata Saga gak selingkuh Arana. Semua adalah rencana Rendra. Sekarang keluarga Bagaskara sedang kacau. Perusahaan Bagaskara group juga sedang dalam perpecahan." beritahu Rania. Seketika Arana membatu. Saga tidak selingkuh. Keluarga Bagaskara kacau dalam perpecahan. Kalimat itu seperti kaset kusut yang terulang terus di pikirannya. "Arana. Halo Arana kamu gak papa kan?" suara Rania terdengar khawatir karena Arana tidak menyahut. "Kamu tida bohong kan?" sahut Arana setelah mendapatkan kesadarannya kembali "Kenapa Ryan tidak mengatakan apa-apa" tanya Arana yang masih dalam keterkejutan. "Aku tidak mungkin bohong sama kamu. Ryan melarang aku dan Reza memberi tahu kamu dulu Karena dia tidak mau kamu merasa bersalah lalu balik lagi kesini. Jika keadaan sudah membaik dia sendiri yang akan memberi tahu kamu" Rania menjawab sesuai kata-kata Ryan waktu Rania memberi tahu kebenarannya. "Tapi aku punya hak untuk tahu lebih awal Rania, kalian tidak boleh menyembunyikan dari aku" Arana memp
Tiga tahun setelah nya. "Aksara tidak boleh lari-larian di dalam rumah." seru Arana memberi peringatan pada Putri semata wayangnya yang berlarian mengejar Endharu anak dari Raka. "Hati-hati nanti jatuh sayang...!" Miranda menyahut dari dapur sambil membawa puding coklat yang dia buat tadi pagi untuk cucu kesayangannya. "Mas anak kamu itu lo, nanti jatuh." gerutu Arana pada Saga yang hanya diam saja melihat putrinya berlarian. "Kalau aku yang menegurnya, dia akan langsung menangis, lebih baik kamu saja yang menegurnya." ujar Saga pelan dengan pandangan tak lepas dari Aksara. Arana menghela nafas panjang, putrinya itu memang sagat pintar. Setiap kali Saga menegurnya dia akan langsung menangis dan membuat Saga tidak tega. Namun jika Arana yang menegurnya tidak akan di hiraukan olehnya karena bagi Aksara mendengar omelan Arana adalah hal yang biasa. Berbeda dengan Saga yang jarang mengomel tapi ekspresi wajahnya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Dengan malas Arana beranjak
Arana dan Aksara sudah cantik dengan gaun ala princess berwarna pink soft yang di desain sendiri sama Arana. Sedangkan Saga sangat tampan dengan memakai kemeja yang berwarna senada dengan gaun yang di pakai istri dan anaknya. Saga melipat lengan kemejanya keatas sampai ke sikunya, memperlihatkan lengan kekarnya. Saga menggendong Aksara dengan Arana disampingnya berdiri didepan kue ulang tahun menerima ucapan selamat dan kado dari para tamu undangannya. Nampak Jordan diantar para tamu bersama anak dan istrinya yang sudah di boyongnya pulang kembali dari kota B. "Selamat ulang tahun Aksara" ucap Mutiara istri Jordan sambil tersenyum pada juniornya di kampus dulu. "Mbak Mutia," pekik Arana dengan wajah sumringah, "Ya Alloh Mbak. Apa kabar?" Arana menanyakan kabar seniornya dulu setelah dia mengurai pelukan nya. "Puji Tuhan, saya baik Arana." jawab Mutiara, "Meskipun telat selamat ya untuk kelahiran putri kamu dan Saga." ucap Mutiara memberi selamat pada Arana, "Iya Mbak terima kasih
Hari ini semua orang sedang sibuk menyiapkan ulang tahun Aksara, putri pertama Sagara Bagaskara sekaligus cucu pertama dari keluarga Bagaskara. Bima dan Miranda sudah pulang kembali dari Madrid sejak dua hari yang lalu, namun tidak dengan Rendra, mereka tetap meminta Rendra untuk tinggal disana sampai kuliah Kedokteran nya selesai. Arana sedang duduk di sofa ruang tengah sedang sibuk dengan kertas-kertas bon mengecek apa ada yang kurang untuk acara ulang tahun Aksara yang akan di adakan besok pagi. Tidak jauh dari Arana duduk, nampak Miranda sedang menggendong Aksara sambil sesekali menimang cucu pertamanya tersebut. "Ma Aksara sudah bisa jalan. Gak perlu di gendong terus nanti Mama capek" Arana mengingatkan mertua nya agar tidak memanjakan putrinya dan membuatnya didrinya kelelahan."Gak papa ya Aksara, Oma gak capek kok. Aksara masih ingin di gendong oma Mama" jawab Miranda sambil mencium pipi chubby Aksara. "Oh ya Na. Caterina buat besok sudah siap semua kan?" tanya Miranda masi
"Suami, atau Mantan suami?" tanya Gibran dengan nada sinis, "Atau mungkin calon mantan suami. Aku dengar perceraian kalian sudah diproses sejak dua tahun yang lalu." "Maaf, Seperti nya Kak Gibran salah faham" sahut Arana berusaha menengahi sambil menggenggam tangan Saga yang sudah mengepal kuat. "Kamu tidak perlu berbohong lagi Ara. Aku sudah tahu semuanya, kamu di paksa menikah dengan dia kan?" kata Gibran pelan dan menatap Arana sendu. "Gibran," tegur Gio Saga yang sejak tadi mengamati kejadian di depannya "Jangan bicara sembarangan! Pak Saga tolong maafkan kelancangan Adik saya." Gio berdiri dan menarik adiknya agar menjauh dari Arana. Saga berdiri dan menarik Arana agar menempel padanya. "Ajari Adikmu sopan santun." ujar Saga sinis. "Iya maafkan saya yang kurang bisa mendidik Adik saya." jawab Gio sambil menunduk sopan. "Ck.. " Gibran berdecak kesal. "Jadi yang tadi kalian hanya bersandiwara menjadi suami istri yang romantis." cibir istri Gio. Mendengar kalimat kakak ipar
Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana
Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah
Saga sedang menuruni tangga dengan Aksara di pelukannya. Dia membawa bayi kecil itu duduk di sofa ruang tengah sembari menunggu Arana menyiapkan makan malam bersama Bi Sarti. Arana hanya akan mengerjakannya pekerjaan rumah jika Saga ada di rumah untuk menjaga Aksara. Saga sendiri sudah mewanti-wanti Arana agar tidak meninggalkan putri mereka sendirian. Mengingat perkembangan Aksara yang semakin hari semakin lincah dan menggemaskan. Saga mengajak Aksara berbicara dan bercanda. Meski hanya celotehan yang tidak jelas namun bagi Saga itu obat mujarab untuk rasa penat dan lelahnya setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya kantor. "Mas, ayo makan!" seru Arana dari meja makan. "Iya, Mama" jawab Saga melangkah mendekati meja makan. "Bi, tolong ambilkan baby bouncer nya Aksara" pinta Arana pada Bi Sarti setelah wanita paruh baya itu meletakkan sepiring ayam goreng lengkuas buatannya tadi. "Sebentar ya sayang, Bibi sedang mengambilkan mu baby bouncer" Arana mengambil Aksara dari pangk
Arana meminta izin pada Kiara dan Lastri untuk keluar lebih dulu melihat putrinya Aksara. Saat sampai di luar kamar Arana langsung menuju teras samping rumah Aditama. Arana mendudukkan dirinya di kursi panjang dekat kolam renang. Dia menangis tersedu-sedu melepaskan air mata yang sudah di tahannya semenjak tadi setelah melihat kondisi Kiara. Arana merasa sangat sedih melihat keadaan saudara perempuannya yang sangat mengenaskan karena ulah suaminya. Duta laki-laki yang sangat di cintai Kiara semenjak masih kuliah dulu. "Sayang, kamu kenapa?" Saga menyusul Arana sambil menggendong Aksara yang sudah terbangun. "Mas," sahut Arana mengusap kasar air matanya. "Sini biar Aksara sama aku, mungkin dia haus" Arana mengulurkan tangannya mengambil Aksara dari gendongan Saga. "Haus Nak?" tanya Arana saat melihat Aksara menarik-narik baju di bagian dad* Arana. "Sepertinya dia memang haus dan lapar. Dia sudah bangun sejak tadi" sahut Saga sambil membersihkan bekas air mata di pipi mulus Arana.
Setelah Saga sampai di rumah mereka segera berangkat Ke rumah Aditama bersama dengan Jatmiko dan Lastri. Mereka sengaja menunggu Saga agar bisa berangkat bersama-sama untuk menjenguk Kiara. Selama perjalanan Aksara tampak begitu senang dan ceria. Ini pertama kalinya Aksara di ajak keluar rumah. Aksara duduk di pangkuan Lastri di kursi belakang. Aksara mengoceh sambil mata kecilnya melihat kearah jendela. Jatmiko dan Lastri sibuk meladeni celotehan bayi kecil yang menggemaskan tersebut. Sedang Arana memandang lurus ke depan sedang melamun."Sayang. Kenapa diam saja?" Saga menyentuh tangan Arana sambil pandangannya tetap fokus pada jalanan di depannya. Arana menoleh, "Gak papa cuma lagi mikirin Mbak Kiara saja." jawab Arana jujur mengutarakan kegelisahan nya. "Dia pasti sangat menderita Mas" tuturnya sedih. "Kamu terlalu baik sayang. Padahal dia sudah berulang kali menyakiti kamu, tapi kamu tetap saja memikirkan dia." sahut Saga sambil menggenggam tangan Arana dengan tangan kirinya.