"Aku bisa membawa kamu ke Arana. Aku tahu dimana Arana berada," ucap Tania memberi menawar. Saga memicingkan mata penuh kecurigaan pada Tania. "Jangan main-main dengan ku" ancamnya. "Aku tidak bohong. Aku akan mengakui semua kesalahan ku di hadapan Arana. Jika Arana tidak mau memaafkan aku dan ingin aku masuk penjara, aku bersedia. Tapi aku mohon maafkan aku jika Arana bersedia memaafkan aku," mohon Tania berusaha menyakinkan Saga. Saga berpikir sebentar lalu menatap Ferdy, "Tidak ada salahnya di coba" sahut Ferdy memberi saran. "Baik. Antar aku sekarang" ucap Saga. "Tapi ingat! Jika kamu berani kamu menipuku aku pastikan hidupmu berakhir di penjara" •••Tania memberikan petunjuk arah jalan ke sebuah taman tidak jauh dari sebuah komplek perumahan yang cukup mewah. Kemudian memberi instruksi agar mobil yang mereka tumpangi untuk berhenti dipinggir jalan tidak jauh dari taman tersebut. "Aku tidak tahu Arana tinggal dimana, Tapi sekitar jam 8 sampai jam 10 biasanya Arana di taman in
Sejak kemarin siang yang di lakukan Saga hanya mengawasi sebuah rumah berlantai satu yang cukup besar dan mewah. Dari dalam mobilnya yang terparkir di pinggir jalan tidak jauh dari rumah tersebut. Dari tadi pandangannya tak lepas dari teras rumah itu, tepatnya pada seseorang yang sedang duduk sendirian di kursi teras rumah. "Apa kamu hanya akan terus memandang nya dari jauh seperti ini" tanya Ferdy yang sejak kemarin menemani Saga, "Kamu tidak ingin menemuinya?" tanyanya lagi. "Aku belum tahu apa yang membuatnya pergi?" jawab Saga tanpa mengalihkan pandangannya. "Bego. Sudah tua tapi bego" celetuk Ferdy yang hanya mendapatkan lirikan tidak suka dari Saga. "Ck, menyesal aku ikut menyusul kesini kalau cuma menemani kamu jadi penguntit." sahut Jordan yang sejak tadi mengawasi interaksi dua orang didepannya. "Datangi dia! Terus kamu tanya! Kalau kamu tidak berani biar aku yang menemuinya," kesal Ferdy. "Berisik! Kepalaku tambah pusing mendengar ocehan kalian berdua" kesal Saga mengga
"Jadi kamu masih ingin menyembunyikannya dariku? Padahal kamu tahu seperti apa aku?" sungut Arana tidak terima dengan suara bernada kesal. . Arana merasa kecewa dengan sikap Ryan yang seakan-akan mengatur dan menentukan hidupnya. Padahal Arana tidak pernah mengatur atau ikut campur urusan Ryan. Bahkan Arana tidak akan mengomentari jika Ryan tidak meminta pendapat nya. "Justru karena aku tahu kamu itu seperti apa, Maka dari itu aku tidak memberitahu kamu" ujar Ryan sudah mengerti maksud dari Pertayaan Arana, "Mereka itu orang-orang yang yang selalu menjadikanmu alat untuk menyelesaikan masalah. Mereka tidak pernah peduli dengan perasaan kamu. Saga, Ayah kamu juga mertua yang kamu bilang baik itu, mereka semua sama. Hanya menjadikanmu alat untuk mencapai tujuan mereka. Dulu aku sudah membiarkanmu memilih jalanmu sendiri tapi apa? Kamu terluka, tidak hanya sekali tapi berkali-kali. Sekarang aku tidak izinkan kamu terluka lagi." jelasnya panjang lebar dengan nada sedikit kesal. "Aku ti
Arana baru saja membuka matanya ketika mobil yang Saga kendarai masuk ke area parkiran. Dia mengerutkan keningnya, merasa asing. Sepanjang perjalanan Arana tertidur karena kelelahan. "Untuk sementara kita akan tinggal di apartemen ini." beritahu Saga mengetahui kebingungan Arana yang menatap ke sekelilingnya. "Kenapa?" Arana menoleh ke Saga,"Rumahnya di jual?" tanyanya hati-hati. Arana mengira jika keluarga Bagaskara benar-benar bangkrut sehingga Saga menjual rumahnya."Kamu tidak suka rumah itu?" Saga bertanya balik setelah mereka keluar dari mobil. "Kalau memang kamu tidak suka, nanti aku akan menyuruh Ferdy untuk menjualnya" lanjutnya lalu menggandeng tangan Arana masuk ke dalam lift. "Tidak. Bukan begitu maksudnya" sanggah Arana panik, "Suka kok." ucapnya lirih. Dia sangat menyesal sudah bertanya karena pemikiran nya yang mengira keluarga Bagaskara bangkrut.Melihat ekspresi panik Arana membuat Saga tergelak, "Haha,, iya ngerti. Aku gak akan jual rumah kita. Kita akan menginap
"Apa kamu masih belum bisa percaya padaku?" tanya Saga melihat reaksi Arana yang hanya diam saja. "Lihat aku,!" Saga memegang dagu Arana agar menatapnya "Katakan apa yang harus aku lakukan agar kamu agar kamu percaya sama aku" Saga menatap Arana dalam. "Apa yang harus aku percaya?" tanya Arana membalas tatapan Saga. "Kamu tidak selingkuh dengan Maya?" tanyanya dengan ekspresi datar. Saga mengangguk menyetujui kalimat Arana. "Iya aku tidak pernah mengkhianatimu kamu" ucap Saga. Arana melepaskan tangan Saga yang ada di dagunya "Apa bedanya? Apa kamu ingin aku minta maaf karena telah salah faham?" pertanyaan Arana membuat Saga tercengang. "Aku tidak mengatakan apapun ketika aku melihat kalian berdua dengan pakaian yang... emm seperti... entah baru selesai melakukan apa? Aku juga tidak marah atau memukul Maya juga kamu. Jadi aku rasa, aku tidak harus minta maaf kepada kamu dan Maya, sekertaris mu itu" kata Arana dengan setenang mungkin. "Aku akui aku memang sempat berpikir Mas dan Ma
"Aku mencintaimu Arana. Apapun akan aku lakukan untuk kamu. Tania tidak lebih berharga dari kamu. Sampai matipun Aku tidak akan pernah melepaskan kamu," ucap Saga serius. "Jangan ngomong kayak gitu," Bentak Arana tak suka. "Aku serius, hanya jika aku mati kamu bisa lepas dari aku" kekeh Saga yang membuat Arana jengkel. "Gak usah bawa-bawa mati kenapa sih Mas" sungut Arana sambil memukul dada Saga kesal. "Maaf" Saga menarik Arana kedalam pelukannya. "Sungguh aku tidak menyesal jika dengan kematian ku kamu dapat memahami cintaku." tambahnya sembari memeluk Arana erat. "Aku bilang jangan ngomong kayak gitu. Aku gak suka"Arana mendorong Saga karena Saga terus mengatakan soal kematian."Maaf. Jangan marah lagi" ucap Saga sambil merapikan rambut Arana yang agak berantakan."Sekarang aku tanya. Apa alasan Mas menikahi aku?" Arana ingin tahu apakah ucapan Rendra benar atau itu juga salah satu dari siasat Rendra. Saga terdiam beberapa detik, mencari kata-kata yang pas agar Arana tidak sa
"Beri aku kesempatan untuk membuktikan cinta aku sama kamu sayang." pinta Saga. "Katakan aku harus apa untuk membuatmu percaya" tanyanya dengan wajah penuh harap. "Jika aku meminta cerai, apa Mas akan menururti keinginanku" tantang Arana. "Kalau begitu bunuh aku. Kita hanya bisa berpisah dari aku jika aku mati" jawab Saga dengan tegas.Saga beranjak turun dari ranjang lalu berjalan menuju meja kerja yang ada di sudut kamar mengambil sesuatu dari dalam laci meja. Saga memandang lekat pada Arana "Aku tidak menyesal jika memang kematian ku adalah kebahagiaan untuk kamu" ujar Saga lalu mengarahkan pistol ke pelipis kanan kepalanya sendiri. Sontak Arana berdiri. Dengan cepat dia berlari kearah Saga lalu memeluk Saga sambil menangis "Nggak. Maafkan aku Mas. Jangan tinggalin aku Mas. Aku nggak mau kehilangan kamu, seperti aku kehilangan anak aku. hiks. hiks, Maafin aku hiks, hiks," Arana mengeratkan tangannya di pinggang Saga. Dia hanya ingin menguji Saga. Apakah Saga akan melepasnya jik
"Akhh. Mas" pekik Arana kaget. "Mas lepas. Apaan sih Mas?" Arana berusaha melepas tangan Saga yang melingkar erat di pinggang Arana. Arana membuang pandangannya ke sembarang arah karena merasa malu. Wajahnya terasa panas dengan jantungnya yang berdetak sangat keras, karena berada sedekat ini dengan Saga. Saga tersenyum gemas ketika melihat wajah merah Arana yang sudah seperti kepiting rebus. "Mas mau apa?" tanya Arana gugup saat Saga mendekatkan wajahnya ke wajah Arana. "Aku mau cium istri aku" jawab Saga sambil tersenyum. Dia merasa gemas melihat ekspresi gugup Arana. Istrinya itu sudah hampir berumur 23 tahun, tepatnya bulan depan. Tapi sikapnya masih sama seperti pada saat mereka baru menikah dulu. Pemalu dan suka salah tingkah jika berdekatan dengan Saga."Kenapa? Masih malu?" goda Saga yang melihat Arana menunduk malu. "Tidak. Sudah akh Mas, lepasin aku mau turun," pinta Arana berusaha melepas tangan Saga yang melingkar pinggangnya. Saga mengeratkan tangan kirinya si pingga