"Akhh. Mas" pekik Arana kaget. "Mas lepas. Apaan sih Mas?" Arana berusaha melepas tangan Saga yang melingkar erat di pinggang Arana. Arana membuang pandangannya ke sembarang arah karena merasa malu. Wajahnya terasa panas dengan jantungnya yang berdetak sangat keras, karena berada sedekat ini dengan Saga. Saga tersenyum gemas ketika melihat wajah merah Arana yang sudah seperti kepiting rebus. "Mas mau apa?" tanya Arana gugup saat Saga mendekatkan wajahnya ke wajah Arana. "Aku mau cium istri aku" jawab Saga sambil tersenyum. Dia merasa gemas melihat ekspresi gugup Arana. Istrinya itu sudah hampir berumur 23 tahun, tepatnya bulan depan. Tapi sikapnya masih sama seperti pada saat mereka baru menikah dulu. Pemalu dan suka salah tingkah jika berdekatan dengan Saga."Kenapa? Masih malu?" goda Saga yang melihat Arana menunduk malu. "Tidak. Sudah akh Mas, lepasin aku mau turun," pinta Arana berusaha melepas tangan Saga yang melingkar pinggangnya. Saga mengeratkan tangan kirinya si pingga
Arana terbangun setelah mendengar alarm hpnya berbunyi. Pukul setengah 5 pagi, waktunya sholat subuh. Dengan pelan-pelan Arana menyibak selimut dan bergegas pergi ke kamar mandi.Sekitar lima belas menit Arana telah selesai mandi lalu bersiap untuk menjalankan kewajiban nya dengan memakai mukena yang dia ambil dari dalam kopernya. Saga terbangun dari tidurnya nyenyak nya ketika merasa ranjang disebelahnya telah kosong. Sontak Saga terduduk lalu menyalakan lampu kamar. Dia bernafas lega saat matanya menangkap sosokArana sedang melaksanakan sholat shubuh di pojok kamar. "Mas sudah bangun." tanya Arana setelah melepas Mukenanya. "Iya." jawab Saga dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Kenapa gak bangunin Mas buat sholat berjamaah?" tanya Saga beranjak turun mendekati Arana yang masih duduk di bawah sambil melipat mukenah. "Mas kelihatan capek. Niatnya mau bangunin setelah aku selesai sholat" jawab Arana sambil meletakkan Mukenanya di atas Sofa. "Sudah cepet mandi Sana! Ntar keb
Saga tiba di kantor pusat perusahaan Bagaskara Group beberapa menit setelah rapat pemegang saham di mulai. Rendra sempat terkejut melihat kedatangan Saga. Dia pikir Saga sedang mengurung diri karena putus asa setelah kepergian Arana seperti berita yang sengaja dia sebarkan. Berbeda dengan Rendra, Bima terlihat sangat lega dengan kedatangan putra sulungnya. Dia segera memberi instruksi agar Saga mengambil alih untuk memimpin rapat. "Selamat pagi semua" sapa Saga. "Maaf jika saya sedikit terlambat. Saya langsung saja pada intinya. Disini saya akan menjelaskan tentang berita yang berkembang di luaran sana. Berita yang menyebutkan tentang perceraian saya dan istri, itu sama sekali tidak benar. Pernikahan saya sangat baik, tidak pernah ada perceraian." tegas Saga. "Tidak pernah ada orang ketiga baik dari pihak saya ataupun pihak istri saya. Kami memang sempat tinggal terpisah, itu di karenakan istri saya melanjutkan pendidikannya di kota B selama 4 tahun. Namu sudah hampir satu tahun in
Ketika jam makan siang tiba, Saga sudah kembali ke apartemen dengan membawa dua bungkus soto untuk makan siang. Tidak ketinggalan beberapa kantong kresek bahan makanan yang tadi di belinya mini market dekat warung soto langganan nya. Saga meletakkan barang bawaannya di atas meja makan. Saga mengerutkan keningnya heran, tidak mendengar suara Arana. Dengan rasa penasaran dia menuju pintu kamar lalu membukanya pekan. Saga tersenyum tipis melihat sang istri sedang tertidur pulas. "Kamu pasti kelelahan," gumamnya lalu menutup kembali pintunya. Memilih untuk memasukkan bahan-bahan makanan ke lemari es. Setelahnya ia masuk kembali ke kamarnya. Masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekitar lima belas menit Saga keluar dari kamar mandi dengan kaos dan celana pendek. Dengan penuh kehati-hatian dia naik keatas tempat tidur lalu berbaring disebelah Arana. Sambil menopang kepalanya dengan tangannya Saga memperhatikan wajah tenang Arana. Fokusnya terkunci pada bibir merah Arana, tangann
"Apa kamu mencintainya" Saga memundurkan kepalanya untuk melihat ekspresi wajah Arana. "Kenapa dulu kamu kabur bersamanya?" sambungnya penasaran."Kayaknya Mas sudah pernah nanya itu ke aku. Dan jawaban aku tetap sama, aku sama Ryan sahabat. Sama seperti Rania dan Reza kami berempat sahabat"jawab Arana lalu mencubit pipi Saga gemas. "Jadi jangan cemburuan gitu. Gak pantes sama image Mas yang cool" Arana terkekeh. "Bukan Mas yang cemburuan tapi memang teman kamu itu yang gak tahu batas pertemanan. Bawa kabur istri orang." bantah Saga. "Aku yang minta tolong ke Ryan. Bukan Ryan yang bawa kabur aku" koreksi Arana, tidak ingin Saga menyalahkan temannya. "Kenapa kamu membelanya? Jangan-jangan kalian tidak murni bersahabat?" Saga menatap penuh curiga."Mulai lagi curiganya,," cibir Arana. "Jangan Berprasangka buruk sama orang. Dosa." "Pantas dong aku curiga sama dia. Karena kamu pernah pelukan sama dia di kafe. Bahkan sampai gak tahu ada yang memotret dan mengirimkannya ke Aku" balas Sa
"Rendra hanya merasa iri. Sama seperti aku terkadang aku juga merasa iri melihat banyak cowok yang menyukai Mbak Kiara. Sampai akhirnya aku sadar aku juga istimewa untuk orang yang tepat untukku" kata Arana sambil memundurkan kepalanya menatap Saga, "Kasih aku kesempatan bicara dengan Rendra. Percayalah aku akan berusaha membuat Rendra mengerti" pinta Arana. "Rendra tidak mudah dipengaruhi. Aku lebih mengkhawatirkan kamu, dia bisa memanipulasi pikiran kamu" tolak Saga menjelaskan kekhawatiran nya. "Aku tidak akan percaya lagi dengan semua perkataan Rendra. Jadi mas tidak perlu khawatir." kekeh Arana berusaha meyakinkan suaminya. "Akan aku pikirkan lagi nanti," Jawab Saga mengakhiri perdebatan mereka. Karena malam sudah terlalu larut Saga memutuskan untuk masuk kedalam. Saga menggendong Arana masuk kedalam Kamar mereka untuk beristirahat. •••Keesokannya. Saga dan Arana sudah sampai di restoran tempatnya janji ketemu dengan Raka. Saga sengaja memilih private room agar lebih leluas
Hari ini Arana dan Saga berencana untuk mendatangi Aditama di rumahnya. Namun sebelumnya mereka pergi ke GG property terlebih dahulu untuk menyelesaikan beberapa hal. "Selamat pagi bos" sapa Saga begitu masuk ke ruang kerjanya dengan menggandeng tangan Arana. "Wahh, siapa ini yang datang?" sahut Jordan setelah mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang mengunjunginya pada jam kerja. "Apa kamu datang untuk mengambil meja kerjamu kembali? Jika iya, dengan senang hati akan aku serahkan." Jordan berseloroh. "Sayangnya aku masih ingin liburan bersama istriku" jawab Saga setengah mengejek Jordan. Setelahnya dia dan Arana duduk di sofa. "Ck.. Kelihatan kamu sudah lupa kejadian beberapa minggu yang lalu" sindir Jordan. "Dia hampir mati karena tidak makan" lanjutnya mengalihkan pandangannya pada Arana. Arana hanya tersenyum tanpa tahu harus menimpali apa ucapan sahabat dari suaminya itu. "Gak perlu kamu ceritakan. Aku sendiri sudah menceritakannya" Saga menendang kaki Jordan yang d
"Kalian duduklah" Aditama memberi perintah. "Arana tinggalkan Saga. Ayah ingin kamu bercerai dengan Saga" ujarnya tegas. "Saya tidak akan menceraikan Arana." tegas Saga sambil mengeratkan genggaman tangannya di tangan Arana. "Kamu tidak pantas untuk putriku. Kamu laki-laki yang tidak bisa dipercaya? Kamu sudah mengkhianati Arana jadi ceraikan dia." tuntut Aditama marah. "Saga tidak pernah selingkuh. Dan kamu sudah tahu itu, kenapa masih meminta mereka bercerai" sahut Bima tak terima.Sejak sebelum kedatangan Saga dan Arana, Bima sudah berusaha menjelaskan tapi Aditama tetap teguh ingin putra putrie mereka bercerai. "Saga tidak pantas untuk Arana." cibir Aditama dengan nada tidak suka. "Ayah yang tidak pantas berkata seperti itu" Akhirnya Arana ikut bersuara. "Ayah lupa? Saat di rumah sakit, Ayah sendiri yang bilang agar aku kembali bersama Mas Saga. Dan aku sudah bilang itu terakhir kalinya aku menuruti perintah Ayah." Arana mengingatkan Aditama kejadian saat Aditama terkena sera
Tiga tahun setelah nya. "Aksara tidak boleh lari-larian di dalam rumah." seru Arana memberi peringatan pada Putri semata wayangnya yang berlarian mengejar Endharu anak dari Raka. "Hati-hati nanti jatuh sayang...!" Miranda menyahut dari dapur sambil membawa puding coklat yang dia buat tadi pagi untuk cucu kesayangannya. "Mas anak kamu itu lo, nanti jatuh." gerutu Arana pada Saga yang hanya diam saja melihat putrinya berlarian. "Kalau aku yang menegurnya, dia akan langsung menangis, lebih baik kamu saja yang menegurnya." ujar Saga pelan dengan pandangan tak lepas dari Aksara. Arana menghela nafas panjang, putrinya itu memang sagat pintar. Setiap kali Saga menegurnya dia akan langsung menangis dan membuat Saga tidak tega. Namun jika Arana yang menegurnya tidak akan di hiraukan olehnya karena bagi Aksara mendengar omelan Arana adalah hal yang biasa. Berbeda dengan Saga yang jarang mengomel tapi ekspresi wajahnya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Dengan malas Arana beranjak
Arana dan Aksara sudah cantik dengan gaun ala princess berwarna pink soft yang di desain sendiri sama Arana. Sedangkan Saga sangat tampan dengan memakai kemeja yang berwarna senada dengan gaun yang di pakai istri dan anaknya. Saga melipat lengan kemejanya keatas sampai ke sikunya, memperlihatkan lengan kekarnya. Saga menggendong Aksara dengan Arana disampingnya berdiri didepan kue ulang tahun menerima ucapan selamat dan kado dari para tamu undangannya. Nampak Jordan diantar para tamu bersama anak dan istrinya yang sudah di boyongnya pulang kembali dari kota B. "Selamat ulang tahun Aksara" ucap Mutiara istri Jordan sambil tersenyum pada juniornya di kampus dulu. "Mbak Mutia," pekik Arana dengan wajah sumringah, "Ya Alloh Mbak. Apa kabar?" Arana menanyakan kabar seniornya dulu setelah dia mengurai pelukan nya. "Puji Tuhan, saya baik Arana." jawab Mutiara, "Meskipun telat selamat ya untuk kelahiran putri kamu dan Saga." ucap Mutiara memberi selamat pada Arana, "Iya Mbak terima kasih
Hari ini semua orang sedang sibuk menyiapkan ulang tahun Aksara, putri pertama Sagara Bagaskara sekaligus cucu pertama dari keluarga Bagaskara. Bima dan Miranda sudah pulang kembali dari Madrid sejak dua hari yang lalu, namun tidak dengan Rendra, mereka tetap meminta Rendra untuk tinggal disana sampai kuliah Kedokteran nya selesai. Arana sedang duduk di sofa ruang tengah sedang sibuk dengan kertas-kertas bon mengecek apa ada yang kurang untuk acara ulang tahun Aksara yang akan di adakan besok pagi. Tidak jauh dari Arana duduk, nampak Miranda sedang menggendong Aksara sambil sesekali menimang cucu pertamanya tersebut. "Ma Aksara sudah bisa jalan. Gak perlu di gendong terus nanti Mama capek" Arana mengingatkan mertua nya agar tidak memanjakan putrinya dan membuatnya didrinya kelelahan."Gak papa ya Aksara, Oma gak capek kok. Aksara masih ingin di gendong oma Mama" jawab Miranda sambil mencium pipi chubby Aksara. "Oh ya Na. Caterina buat besok sudah siap semua kan?" tanya Miranda masi
"Suami, atau Mantan suami?" tanya Gibran dengan nada sinis, "Atau mungkin calon mantan suami. Aku dengar perceraian kalian sudah diproses sejak dua tahun yang lalu." "Maaf, Seperti nya Kak Gibran salah faham" sahut Arana berusaha menengahi sambil menggenggam tangan Saga yang sudah mengepal kuat. "Kamu tidak perlu berbohong lagi Ara. Aku sudah tahu semuanya, kamu di paksa menikah dengan dia kan?" kata Gibran pelan dan menatap Arana sendu. "Gibran," tegur Gio Saga yang sejak tadi mengamati kejadian di depannya "Jangan bicara sembarangan! Pak Saga tolong maafkan kelancangan Adik saya." Gio berdiri dan menarik adiknya agar menjauh dari Arana. Saga berdiri dan menarik Arana agar menempel padanya. "Ajari Adikmu sopan santun." ujar Saga sinis. "Iya maafkan saya yang kurang bisa mendidik Adik saya." jawab Gio sambil menunduk sopan. "Ck.. " Gibran berdecak kesal. "Jadi yang tadi kalian hanya bersandiwara menjadi suami istri yang romantis." cibir istri Gio. Mendengar kalimat kakak ipar
Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana
Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah
Saga sedang menuruni tangga dengan Aksara di pelukannya. Dia membawa bayi kecil itu duduk di sofa ruang tengah sembari menunggu Arana menyiapkan makan malam bersama Bi Sarti. Arana hanya akan mengerjakannya pekerjaan rumah jika Saga ada di rumah untuk menjaga Aksara. Saga sendiri sudah mewanti-wanti Arana agar tidak meninggalkan putri mereka sendirian. Mengingat perkembangan Aksara yang semakin hari semakin lincah dan menggemaskan. Saga mengajak Aksara berbicara dan bercanda. Meski hanya celotehan yang tidak jelas namun bagi Saga itu obat mujarab untuk rasa penat dan lelahnya setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya kantor. "Mas, ayo makan!" seru Arana dari meja makan. "Iya, Mama" jawab Saga melangkah mendekati meja makan. "Bi, tolong ambilkan baby bouncer nya Aksara" pinta Arana pada Bi Sarti setelah wanita paruh baya itu meletakkan sepiring ayam goreng lengkuas buatannya tadi. "Sebentar ya sayang, Bibi sedang mengambilkan mu baby bouncer" Arana mengambil Aksara dari pangk
Arana meminta izin pada Kiara dan Lastri untuk keluar lebih dulu melihat putrinya Aksara. Saat sampai di luar kamar Arana langsung menuju teras samping rumah Aditama. Arana mendudukkan dirinya di kursi panjang dekat kolam renang. Dia menangis tersedu-sedu melepaskan air mata yang sudah di tahannya semenjak tadi setelah melihat kondisi Kiara. Arana merasa sangat sedih melihat keadaan saudara perempuannya yang sangat mengenaskan karena ulah suaminya. Duta laki-laki yang sangat di cintai Kiara semenjak masih kuliah dulu. "Sayang, kamu kenapa?" Saga menyusul Arana sambil menggendong Aksara yang sudah terbangun. "Mas," sahut Arana mengusap kasar air matanya. "Sini biar Aksara sama aku, mungkin dia haus" Arana mengulurkan tangannya mengambil Aksara dari gendongan Saga. "Haus Nak?" tanya Arana saat melihat Aksara menarik-narik baju di bagian dad* Arana. "Sepertinya dia memang haus dan lapar. Dia sudah bangun sejak tadi" sahut Saga sambil membersihkan bekas air mata di pipi mulus Arana.
Setelah Saga sampai di rumah mereka segera berangkat Ke rumah Aditama bersama dengan Jatmiko dan Lastri. Mereka sengaja menunggu Saga agar bisa berangkat bersama-sama untuk menjenguk Kiara. Selama perjalanan Aksara tampak begitu senang dan ceria. Ini pertama kalinya Aksara di ajak keluar rumah. Aksara duduk di pangkuan Lastri di kursi belakang. Aksara mengoceh sambil mata kecilnya melihat kearah jendela. Jatmiko dan Lastri sibuk meladeni celotehan bayi kecil yang menggemaskan tersebut. Sedang Arana memandang lurus ke depan sedang melamun."Sayang. Kenapa diam saja?" Saga menyentuh tangan Arana sambil pandangannya tetap fokus pada jalanan di depannya. Arana menoleh, "Gak papa cuma lagi mikirin Mbak Kiara saja." jawab Arana jujur mengutarakan kegelisahan nya. "Dia pasti sangat menderita Mas" tuturnya sedih. "Kamu terlalu baik sayang. Padahal dia sudah berulang kali menyakiti kamu, tapi kamu tetap saja memikirkan dia." sahut Saga sambil menggenggam tangan Arana dengan tangan kirinya.