Ketika jam makan siang tiba, Saga sudah kembali ke apartemen dengan membawa dua bungkus soto untuk makan siang. Tidak ketinggalan beberapa kantong kresek bahan makanan yang tadi di belinya mini market dekat warung soto langganan nya. Saga meletakkan barang bawaannya di atas meja makan. Saga mengerutkan keningnya heran, tidak mendengar suara Arana. Dengan rasa penasaran dia menuju pintu kamar lalu membukanya pekan. Saga tersenyum tipis melihat sang istri sedang tertidur pulas. "Kamu pasti kelelahan," gumamnya lalu menutup kembali pintunya. Memilih untuk memasukkan bahan-bahan makanan ke lemari es. Setelahnya ia masuk kembali ke kamarnya. Masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekitar lima belas menit Saga keluar dari kamar mandi dengan kaos dan celana pendek. Dengan penuh kehati-hatian dia naik keatas tempat tidur lalu berbaring disebelah Arana. Sambil menopang kepalanya dengan tangannya Saga memperhatikan wajah tenang Arana. Fokusnya terkunci pada bibir merah Arana, tangann
"Apa kamu mencintainya" Saga memundurkan kepalanya untuk melihat ekspresi wajah Arana. "Kenapa dulu kamu kabur bersamanya?" sambungnya penasaran."Kayaknya Mas sudah pernah nanya itu ke aku. Dan jawaban aku tetap sama, aku sama Ryan sahabat. Sama seperti Rania dan Reza kami berempat sahabat"jawab Arana lalu mencubit pipi Saga gemas. "Jadi jangan cemburuan gitu. Gak pantes sama image Mas yang cool" Arana terkekeh. "Bukan Mas yang cemburuan tapi memang teman kamu itu yang gak tahu batas pertemanan. Bawa kabur istri orang." bantah Saga. "Aku yang minta tolong ke Ryan. Bukan Ryan yang bawa kabur aku" koreksi Arana, tidak ingin Saga menyalahkan temannya. "Kenapa kamu membelanya? Jangan-jangan kalian tidak murni bersahabat?" Saga menatap penuh curiga."Mulai lagi curiganya,," cibir Arana. "Jangan Berprasangka buruk sama orang. Dosa." "Pantas dong aku curiga sama dia. Karena kamu pernah pelukan sama dia di kafe. Bahkan sampai gak tahu ada yang memotret dan mengirimkannya ke Aku" balas Sa
"Rendra hanya merasa iri. Sama seperti aku terkadang aku juga merasa iri melihat banyak cowok yang menyukai Mbak Kiara. Sampai akhirnya aku sadar aku juga istimewa untuk orang yang tepat untukku" kata Arana sambil memundurkan kepalanya menatap Saga, "Kasih aku kesempatan bicara dengan Rendra. Percayalah aku akan berusaha membuat Rendra mengerti" pinta Arana. "Rendra tidak mudah dipengaruhi. Aku lebih mengkhawatirkan kamu, dia bisa memanipulasi pikiran kamu" tolak Saga menjelaskan kekhawatiran nya. "Aku tidak akan percaya lagi dengan semua perkataan Rendra. Jadi mas tidak perlu khawatir." kekeh Arana berusaha meyakinkan suaminya. "Akan aku pikirkan lagi nanti," Jawab Saga mengakhiri perdebatan mereka. Karena malam sudah terlalu larut Saga memutuskan untuk masuk kedalam. Saga menggendong Arana masuk kedalam Kamar mereka untuk beristirahat. •••Keesokannya. Saga dan Arana sudah sampai di restoran tempatnya janji ketemu dengan Raka. Saga sengaja memilih private room agar lebih leluas
Hari ini Arana dan Saga berencana untuk mendatangi Aditama di rumahnya. Namun sebelumnya mereka pergi ke GG property terlebih dahulu untuk menyelesaikan beberapa hal. "Selamat pagi bos" sapa Saga begitu masuk ke ruang kerjanya dengan menggandeng tangan Arana. "Wahh, siapa ini yang datang?" sahut Jordan setelah mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang mengunjunginya pada jam kerja. "Apa kamu datang untuk mengambil meja kerjamu kembali? Jika iya, dengan senang hati akan aku serahkan." Jordan berseloroh. "Sayangnya aku masih ingin liburan bersama istriku" jawab Saga setengah mengejek Jordan. Setelahnya dia dan Arana duduk di sofa. "Ck.. Kelihatan kamu sudah lupa kejadian beberapa minggu yang lalu" sindir Jordan. "Dia hampir mati karena tidak makan" lanjutnya mengalihkan pandangannya pada Arana. Arana hanya tersenyum tanpa tahu harus menimpali apa ucapan sahabat dari suaminya itu. "Gak perlu kamu ceritakan. Aku sendiri sudah menceritakannya" Saga menendang kaki Jordan yang d
"Kalian duduklah" Aditama memberi perintah. "Arana tinggalkan Saga. Ayah ingin kamu bercerai dengan Saga" ujarnya tegas. "Saya tidak akan menceraikan Arana." tegas Saga sambil mengeratkan genggaman tangannya di tangan Arana. "Kamu tidak pantas untuk putriku. Kamu laki-laki yang tidak bisa dipercaya? Kamu sudah mengkhianati Arana jadi ceraikan dia." tuntut Aditama marah. "Saga tidak pernah selingkuh. Dan kamu sudah tahu itu, kenapa masih meminta mereka bercerai" sahut Bima tak terima.Sejak sebelum kedatangan Saga dan Arana, Bima sudah berusaha menjelaskan tapi Aditama tetap teguh ingin putra putrie mereka bercerai. "Saga tidak pantas untuk Arana." cibir Aditama dengan nada tidak suka. "Ayah yang tidak pantas berkata seperti itu" Akhirnya Arana ikut bersuara. "Ayah lupa? Saat di rumah sakit, Ayah sendiri yang bilang agar aku kembali bersama Mas Saga. Dan aku sudah bilang itu terakhir kalinya aku menuruti perintah Ayah." Arana mengingatkan Aditama kejadian saat Aditama terkena sera
"Ramai sekali. Sepertinya aku ketinggalan" Rendra berjalan masuk dengan senyum sinis yang menakutkan. "Keysa. Kamu juga disini" sapa nya kepada Arana yang berdiri mematung menatap Rendra. Arana tertegun melihat kedatangan Rendra, 'Dia sangat menakutkan' suara hati Arana melihat senyum di wajah Rendra. "Apa kamu tidak merindukanku?" Rendra melangkahkan kakinya untuk mendekati Arana. Namun baru satu langkah, tanpa sadar Arana mundur karena takut. Dengan sigap Raka bergegas berdiri di depan Arana. "Tetap di tempatmu!" ujar Raka memberi peringatan. Rendra memandang Arana dalam, "Apa aku sangat menakutkan?" tanyanya menatap Arana. Bukannya menjawab Arana tidak mau bersuara malah mengalihkan pandangannya pada Saga yang dipegangi dua bodyguard suruhan Ayahnya. Saga membalas tatapan Arana, sembari berkata dalam hati, 'Pergi. pergi bersama Raka.' "Arana. Jika ada kesempatan kita harus lari keluar" bisik Raka "Ini perintah Saga" tambahnya memberi tahu. Arana mengangguk dengan pandangan m
Disisi lain.Di dalam rumah Aditama, Saga tersungkur dengan bersimbah darah dipegangi Bima dan Aditma. Sedangkan Kiara bersembunyi di balik punggung Aditama. Bima sama sekali tidak menyangka jika Rendra akan menembak saudaranya sendiri, "Rendra!" teriak Bima marah, "Sudah cukup, kali ini kamu benar-benar sudah melewati batas" geramnya menatap penuh amarah pada Rendra. Rendra sama sekali tidak bergeming. Ekspresinya santai tanpa sedikitpun penyesalan di wajahnya. Dia menatap datar pada satu persatu orang didepannya "Kalian semua memang pantas mati" ucap Rendra, "Harusnya sudah dari awal aku melakukannya." tambahnya sambil menggosokkan pist*l yang di genggam ke dahinya. "Rendra, sudah hentikan. Arana pasti akan sedih melihatmu sepertinya ini" tutur Saga sambil menahan rasa sakit dari luka tembak ditubuhnya. "Kamu bodoh sekali." sahut Rendra menimpali ucapan Saga, "Keysa pasti sangat senang jika Aditama dan Kiara mati. Mereka lah orang-orang yang membuat hidup Keysa menderita. Seharu
Arana sedang duduk melamun di balkon kamarnya ketika Bi Sarti memintanya untuk makan malam. Sudah satu bulan lebih Arana tinggal di kota K. Fi sebuah rumah mewah berlantai dua dengan desain klasik eropa. Rumah yang sudah Saga persiapkan untuk mereka tinggali setelah semua masalah di keluarga mereka dan perusahaannya selesai. Tapi sampai satu bulan lebih Saga belum juga menyusul seperti janjinya beberapa jam sebelum Arana berangkat ke kota K. "Mbak Arana ayo makan dulu. Ini sudah lewat jam makan malam." ajak Bi Sarti yang berdiri di pintu penghubung antara kamar dan balkon. Wanita paruh baya itu menyusul setelah dua hari Arana sampai di kota K. Sudah jauh-jauh hari Saga sengaja meminta Bi Sarti untuk ikut pindah ke kota bersama dirinya dan Arana. Bi Sarti langsung menyetujui begitu suaminya juga ikut pindah bersama mereka ke kota K. Arana menggeleng. "Bibi makan dulu aja. Aku akan makan nanti kalau sudah merasa lapar" kata Arana tanpa mengalihkan pandangan dari pemandangan malam har