Arana sedang duduk melamun di balkon kamarnya ketika Bi Sarti memintanya untuk makan malam. Sudah satu bulan lebih Arana tinggal di kota K. Fi sebuah rumah mewah berlantai dua dengan desain klasik eropa. Rumah yang sudah Saga persiapkan untuk mereka tinggali setelah semua masalah di keluarga mereka dan perusahaannya selesai. Tapi sampai satu bulan lebih Saga belum juga menyusul seperti janjinya beberapa jam sebelum Arana berangkat ke kota K. "Mbak Arana ayo makan dulu. Ini sudah lewat jam makan malam." ajak Bi Sarti yang berdiri di pintu penghubung antara kamar dan balkon. Wanita paruh baya itu menyusul setelah dua hari Arana sampai di kota K. Sudah jauh-jauh hari Saga sengaja meminta Bi Sarti untuk ikut pindah ke kota bersama dirinya dan Arana. Bi Sarti langsung menyetujui begitu suaminya juga ikut pindah bersama mereka ke kota K. Arana menggeleng. "Bibi makan dulu aja. Aku akan makan nanti kalau sudah merasa lapar" kata Arana tanpa mengalihkan pandangan dari pemandangan malam har
['Aku sempat berpikir terjadi sesuatu. setelah mendengar Saga tertembak.']['087********8. Cepat hubungi aku']Mata Arana terbelalak melihat balasan pesan dari sahabat nya. Dia membaca berulang kali untuk menyakinkan dirinya jika tulisan itu salah. "Tertembak" gumamnya. Jantungnya berdetak cepat. "Maksudnya apa? Ferdy membohongiku," ucap Arana dengan mata yang sudah mengembun. Dengan panik Arana menyalin no Rania lalu menyimpannya di kontak hpnya. Dengan jantung gan berdegup kencang Arana menghubungi Rania untuk memastikan kebenaran balasan pesan Rania. Setelah dering kedua terdengar suara renyah Rania dari seberang sana. 📞"Halo. Ini Arana?" tanya Rania memastikan. "Iya. Ini aku.""Ya Alloh. Arana, kamu apa kabar? Kamu tahu tidak jika aku dan Reza kebingungan mencari informasi kemana kamu pergi. Apalagi Ryan, dia sampek marah dan tidak mau membalas pesanku karena aku yang menceritakan tentang Saga ke kamu, kamu kan tahu Ryan itu suka sama kamu," ucap Rania bertanya sekaligus ber
"Berhenti!" Semua orang menatap kearah dimana suara berat itu berasal. Seorang laki-laki dengan wajah pucat berdiri ditengah pintu kamar dengan satu tangannya menggunakan gendongan tangan dan satu tangan yang lain di pegang oleh Ferdy. Sontak Arana terkejut dengan apa yang dia lihat. Dia menatap tidak percaya dan mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang di lihat bukan halusinasi semata. Namun benar-benar nyata, orang yang di hadapannya benar-benar Saga suaminya. Seseorang yang sudah membuat hidup Arana tidak tenang selama satu bulan ini. "Lepaskan tangan istri saya," perintah Saga pada bodyguard yang di sewanya. Tanpa menunggu lama mereka lang melepas tangan Arana. "Maaf, tuan. Kami hanya menjalankan sesuai perintah." Rico menjawab. "Hemm" jawab Saga. Dengan sedikit tertatih Saga berjalan di bantu oleh Ferdy mendekati Arana yang bersimpuh di lantai kamar. Arana menatap datar ke arah Saga dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya. "Sudah jangan nangis," u
"Kenapa Rendra sampai ingin menembak Ayah?" tanya Arana sedih. "Kamu tahu dari mana kalau Rendra ingin menembak Ayah mu?" Saga bertanya balik. "Dari Rania. Katanya Rendra juga ingin membunuh mbak Kiara, benar begitu?" Saga menghela nafas sepenuh dada lalu menatap tepat di mata Arana. "Bukan seperti itu. Entah Rania dapat info dari siapa, akan tetapi Mas yakin Awalnya Rendra tidak pernah berniat membunuh Ayahmu. Kamu percaya sama Mas, kan?" ujar Saga menjelaskan. Arana mengangguk, "Rania hanya mendengar berita saja, dia tidak tahu cerita yang sebenarnya." Arana menjelaskan agar Saga tidak menganggap sahabatnya memberi kabar bohong. Saga menatap Arana dengan pandangan yang sulit di artikan. "Kiara yang memprovokasi Rendra lebih dulu. Kiara mengatakan hal-hal buruk tentang kamu sehingga membuat Rendra marah lalu mengeluarkan pistol dan mengarahkannya pada Kiara. Namun Kiara bersembunyi dibelakang Ayahmu. Awalnya aku pikir Rendra tidak akan menembak Ayahmu. Tapi aku salah orang yang p
"Jujur sama Mas, sebenarnya ada apa dengan kamu dan Rendra?" Saga menatap curiga ke Arana. "Mas merasa kamu menyembunyikan sesuatu," "Gak ada yang aku sembunyikan Mas," tegas Arana. "Aku hanya merasa bertanggung jawab atas apa yang dilakukan Rendra karena itu aku ingin menemuinya." Arana memaksa turun dari pangkuan Saga lalu duduk disisi ranjang menghadap Saga. Saga membuang pandangannya kearah lain. Hatinya kesal setiap kali mengingat keakraban Arana dan adik laki-laki nya. "Aku dan Rendra memang sudah akrab sebelum pernikahan kita. Rendra sering tiba-tiba muncul didepan rumah setiap aku pulang sekolah." Arana bercerita. Saga hanya diam tidak menyahut namun dia mendengarkan cerita Arana. Melihat respon Saga Arana hanya bisa menghela nafas sepenuh dada dan meneruskan ceritanya. "Awalnya, ketika aku pulang sekolah Rendra sudah ada didepan rumah. Dia mengatakan kalau dirinya tersesat. Lalu kami ngobrol dan menjadi akrab. Setelah itu Rendra sering tiba-tiba muncul dengan alasan tida
"Aku sangat membenci Ayah, Bunda dan Kiara. Sejak aku kecil mereka selalu menyakiti perasaan aku. Seandainya aku bisa aku ingin...." Arana tidak meneruskan kalimatnya. Nafasnya terengah-engah menahan kemarahan yang sudah menumpuk di dadanya. "Ingin apa? Katakan, akan aku lakukan untukmu," ucap Rendra menatapnya dengan ekspresi dingin. Arana terdiam melihat ekspresi dingin Rendra yang belum pernah di lihatnya selama ini. Arana menatap dalam pada Rendra. Lalu mengusap kasar air matanya dengan punggung tangannya. "Aku membenci mereka. Kamu tahu, terkadang aku berfikir jika mereka tidak ada, duniaku mungkin akan lebih baik dan membahagiakan," kata Arana lalu berjongkok menunduk menyembunyikan wajahnya di kedua tangannya. Arana menangis. Rendra menengadahkan wajahnya keatas, menarik nafas panjang lalu membuangnya beberapa kali. Ada rasa sesak melihat gadis yang dicintainya terluka tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. "Berhentilah menangis! Semua tidak akan selesai dengan menangis," uc
Rendra tak bergeming dia menatap dingin pada satu persatu anggota keluarganya yang berdiri menyambutnya diruang tengah. Saat dia menoleh ke meja makan terlihat Arana menatap datar padanya. 'Keysa' panggil Rendra dalam hati.Dia tersenyum pada Arana. "A... " kalimat nya urung di ucapkan saat dia melihat Arana membuang muka dan berbalik pergi menuju dapur. Seketika senyumnya berubah sinis. "Aku tidak akan melepaskannya," ucap Rendra tegas lalu berjalan menuju tangga naik ke kamar nya. Flashback off"Setiap kali dia mengajakku bicara aku hanya diam tidak menghiraukan nya. Aku marah, kesal, kecewa padanya. Dia sudah berjanji akan membuat pernikahan kita batal tapi dia malah menghilang. Sama sekali tidak muncul, dia seperti melupakan janjinya." tutur Arana. Saga menghela nafas sambil mengusap wajahnya frustasi. Dia menengadahkan kepalanya keatas sambil bersandar pada sandaran sofa. Saga tahu mengapa Rendra tidak muncul selama hampir dua minggu sebelum dan setelah pernikahan dirinya dan
Arana duduk bersandar di sandaran ranjang dengan kepala Saga di pangkuannya. Sambil mengelus lembut kepala Saga Arana mendengarkan suaminya itu bercerita. "Sore itu Rendra datang menemui aku dan Papa di kantor. Papa sempat heran melihat kedatangan Rendra, karena sebelumnya Rendra tidak pernah mau datang kekantor. Baginya perusahaan tidak pernah ada dalam rencana masa depannya. Tapi demi kamu dia bahkan melanggar prinsipnya sendiri."Flashback on. Bima Dan Saga sedang membahas tentang pekerjaan di ruang kerja Bima. "Ada apa kamu datang kesini?" tanya Bima heran melihat putra bungsunya datang ke kantor nya. "Tidak biasanya kamu mau datang ke kantor Papa?" tambahnya dengan ekspresi heran. "Aku ingin meminta Papa membatalkan pernikahan Saga dan Keysa," ucap Rendra to the poin. "Apa?" Saga menoleh pada Adiknya yang berdiri di belakangnya. "Maksud kamu apa?" tanyanya lagi. "Aku ingin kamu membatalkan pernikahan kamu. Jangan memaksa Keysa untuk menikah dengan mu menggantikan Kiara," ula