Rendra tak bergeming dia menatap dingin pada satu persatu anggota keluarganya yang berdiri menyambutnya diruang tengah. Saat dia menoleh ke meja makan terlihat Arana menatap datar padanya. 'Keysa' panggil Rendra dalam hati.Dia tersenyum pada Arana. "A... " kalimat nya urung di ucapkan saat dia melihat Arana membuang muka dan berbalik pergi menuju dapur. Seketika senyumnya berubah sinis. "Aku tidak akan melepaskannya," ucap Rendra tegas lalu berjalan menuju tangga naik ke kamar nya. Flashback off"Setiap kali dia mengajakku bicara aku hanya diam tidak menghiraukan nya. Aku marah, kesal, kecewa padanya. Dia sudah berjanji akan membuat pernikahan kita batal tapi dia malah menghilang. Sama sekali tidak muncul, dia seperti melupakan janjinya." tutur Arana. Saga menghela nafas sambil mengusap wajahnya frustasi. Dia menengadahkan kepalanya keatas sambil bersandar pada sandaran sofa. Saga tahu mengapa Rendra tidak muncul selama hampir dua minggu sebelum dan setelah pernikahan dirinya dan
Arana duduk bersandar di sandaran ranjang dengan kepala Saga di pangkuannya. Sambil mengelus lembut kepala Saga Arana mendengarkan suaminya itu bercerita. "Sore itu Rendra datang menemui aku dan Papa di kantor. Papa sempat heran melihat kedatangan Rendra, karena sebelumnya Rendra tidak pernah mau datang kekantor. Baginya perusahaan tidak pernah ada dalam rencana masa depannya. Tapi demi kamu dia bahkan melanggar prinsipnya sendiri."Flashback on. Bima Dan Saga sedang membahas tentang pekerjaan di ruang kerja Bima. "Ada apa kamu datang kesini?" tanya Bima heran melihat putra bungsunya datang ke kantor nya. "Tidak biasanya kamu mau datang ke kantor Papa?" tambahnya dengan ekspresi heran. "Aku ingin meminta Papa membatalkan pernikahan Saga dan Keysa," ucap Rendra to the poin. "Apa?" Saga menoleh pada Adiknya yang berdiri di belakangnya. "Maksud kamu apa?" tanyanya lagi. "Aku ingin kamu membatalkan pernikahan kamu. Jangan memaksa Keysa untuk menikah dengan mu menggantikan Kiara," ula
Masih Flashback on. "Tidak." Saga tetap pada pendirian menolak permintaan Rendra. Saga tidak ingin nasib Arana berakhir seperti Tania yang hanya di manfaatkan Rendra untuk menyakiti perasaannya. "Aku mohon padamu," pinta Rendra sambil menatap Saga datar. "Tidak akan!" tegas Saga. "Apa kamu pikir bagaimana dengan nama baik keluarga dan perusahaan kita?Papa juga pasti malu dengan semua rekan bisnisnya, kalau sampai pernikahan ini di batalkan. Pikirkan itu!"lanjut Saga menjelaskan. "Kalau begitu biarkan aku yang menikahi Kiara. Jangan korbankan Keysa!" Rendra mengalihkan pandangannya ke Bima. "Aku mohon Pa," tambahnya mengiba, dia bukan lagi seperti Rendra yang di kenal Bima. "Jangan ngawur kamu! Papa tidak mau punya menantu yang sudah hamil diluar nikah dengan laki-laki lain, mau di taruh mana muka Papa kalau semua orang tahu?" jawab Bima tidak setuju. "Aku akan menceraikan Kiara beberapa bulan setelah pernikahan," sahut Rendra memberi solusi. "Tidak bisa. Jika anak itu lahir tet
"Ga. Aku bersumpah aku akan menghancurkan hidupmu jika kamu membuat Keysa terluka," sumpah Rendra sebelum benar-benar di paksa keluar dari ruangan kerja Bima. Bima menghela nafas panjang. "Sepertinya Rendra harus dibawa ke psikiater lagi. Jangan katakan apapun pada Mamamu. Dia akan merasa bersalah jika tahu," pesannya pada Saga. Dia tidak ingin istrinya terus menerus menyalahkan dirinya sendiri karena dulu kurang memperhatikan Rendra sehingga psikis Rendra sedikit bermasalah. "Iya pa" jawab Saga singkat. Saha menghela nafas beberapa kali untuk menghilangkan kegelisahan nya. Dia khawatir jika dia sudah salah mengambil keputusan. "Sudah tidak perlu di pikirkan! Setelah di bawa ke Psikiater Rendra pasti akan lupa soal Arana. Bukankah biasanya juga seperti itu. Itu hanya obsesinya saja." tutur Bima untuk menenangkan putra sulungnya yang terlihat gelisah. "Apa Papa yakin?" Saga menatap Bima yang sudah duduk di kursi kebesarannya. "Tentu saja. Mana mungkin Rendra mencintai Arana. Lagi
Rahang Rendra mengeras mendengar Arana memiliki kekasih hati. Ada rasa cemburu bercampur kecewa di hatinya. "Itu hal sangat baik Ren. Jika Arana memiliki orang lain yang dicintai nya dia tidak akan mau disentuh oleh Saga." Mika tersenyum sinis, "Aku sudah menyiapkan sebuah drama untuk Arana dan Gibran. Sebuah gosip akan menyebar di sekolah jika Arana membuang Gibran untuk menikah dengan pria kaya. Lalu Gibran akan membenci Arana dan hubungan mereka benar-benar berakhir. Kamu tahu, itu akan membuat Arana semakin membenci Saga. Dan dengan sangat mudah kamu bisa membuat mereka bercerai." Mika menjelaskan rencananya. "Kamu memang pintar." Rendra tersenyum sinis."Aku juga akan membantumu untuk mengambil alih perusahaan Papamu. Lalu bebaskan Jerry! Aku dan Jerry akan membantu kamu untuk merebut kembali Keysa Arana dari Saga. Kami juga akan membantumu merebut semua yang seharusnya menjadi milikmu," bujuk Mika. "Kami akan bergantung hidup padamu. Jadi berkuasalah untuk Keysa Arana dan untuk
"Katakan saja! Jangan memendamnya. Aku tidak mau nanti malah menimbulkan masalah diantara kita." desak Saga. "Emm.. Sebenarnya Rendra pernah cerita tentang kejadian itu. Tapi berbeda dengan cerita Mas," ungkap Arana. "Berbeda?" Saga bangun dari berbaring lalu duduk menghadap Arana. "Beritahu Mas. Seperti apa cerita Rendra ke kamu?" "Saat itu aku tidak sengaja menemukan foto-foto Mas dan Tania di laci meja kamar Rendra. Lalu saat Rendra melihatku dia menjelaskan mengapa dia sampai mengirim semua foto itu ke aku, dulu." Beritahu Arana. "Apa yang dia katakan?" tanya Saga penasaran. "Dia beralasan Dia tidak rela aku di bohongi sama Mas. Mas tidak mungkin bisa melupakan Tania dan Mas menikahi aku cuma karena mau balas dendam sama Mbak Kiara. Mas dan Papa Bima sengaja mengancam Ayah dengan menghentikan dana investasi saat pembangunan perusahaan Ayah yang sedang berjalan, agar Ayah tidak mempunyai pilihan selain memaksa aku menikah dengan Mas." Arana menatap Saga dalam. berusaha membaca
📞"Apa kamu sudah memastikan jika Arana ada di sana?" tanya seseorang dari seberang sana. "Aku tidak bisa masuk karena pintu masuk komplek di jaga Security. Tapi aku yakin Arana ada disini." "Aku tidak mau ada kesalahan Jer!" suara tegas itu memperingatkan. "Kalau Arana tidak disini, untuk apa Saga memaksa keluar dari rumah sakit dan datang kesini." bantah Jerry mempertahankan pendapatnya. "Pastikan dulu. Jika sudah pasti aku akan segera menyusul ke sana." "Kamu tenang saja Dra. Begitu ada kesempatan aku akan masuk untuk memastikan" ujar Jerry sebelum memutuskan sambungan telfonnya. Ya. Orang yang berbicara dengan Jerry melalui sambungan telfon adalah Rendra Bumi Bagaskara. Dia memerintahkan Jerry untuk mengawasi Saga sejak di rumah sakit. •••Di sisi lain. Rendra sedang menyiapkan beberapa pakaian dan kebutuhannya lalu memasukkan ke dalam sebuah Ransel. "Kamu mau kemana?" tanya Miranda begitu masuk kamar putra bungsunya yang sudah beberapa hati tidak pulang. Dia mengerutkan
"Rendra. Dengerin Mama!" Miranda mencekal tangan Rendra saat Rendra hendak melangkah keluar kamar. "Mama Minta maaf. Ini salah Mama, kamu jangan menyakiti orang lain lagi Nak, Mama yang akan menebus semua kesalahan Mama. Mama akan melakukan apapun untuk menebus semua kesalahan Mama" ujar Miranda mencoba untuk meluluhkan Rendra. Rendra tersenyum sinis, "Mama serius?" tanyanya sambil satu alisnya terangkat. "Iya. Mama serius. Tapi kamu harus janji berhenti menyakiti orang lain. Baik itu Papa, Saga, juga keluarga Arana. Berhenti mengancam Aditama dan Kiara Nak, Arana juga tidak akan menyukainya jika dia tahu kamu menyakiti Keluarganya," sahut Miranda. "Mama, Mama." Rendra menggeleng-gelengkan kepalanya, "Berhentilah sok tahu Ma. Mama saja tidak mengenal ku, anak yang sudah Mama lahirkan sendiri, bagaimana bisa Mama tahu soal Keysa?" cibir Rendra sambil terkekeh. "Dengarkan Mama. Arana sangat baik. Sekalipun dia tidak pernah ingin menyakiti orang lain, apalagi keluarganya sendiri. Dia
Tiga tahun setelah nya. "Aksara tidak boleh lari-larian di dalam rumah." seru Arana memberi peringatan pada Putri semata wayangnya yang berlarian mengejar Endharu anak dari Raka. "Hati-hati nanti jatuh sayang...!" Miranda menyahut dari dapur sambil membawa puding coklat yang dia buat tadi pagi untuk cucu kesayangannya. "Mas anak kamu itu lo, nanti jatuh." gerutu Arana pada Saga yang hanya diam saja melihat putrinya berlarian. "Kalau aku yang menegurnya, dia akan langsung menangis, lebih baik kamu saja yang menegurnya." ujar Saga pelan dengan pandangan tak lepas dari Aksara. Arana menghela nafas panjang, putrinya itu memang sagat pintar. Setiap kali Saga menegurnya dia akan langsung menangis dan membuat Saga tidak tega. Namun jika Arana yang menegurnya tidak akan di hiraukan olehnya karena bagi Aksara mendengar omelan Arana adalah hal yang biasa. Berbeda dengan Saga yang jarang mengomel tapi ekspresi wajahnya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Dengan malas Arana beranjak
Arana dan Aksara sudah cantik dengan gaun ala princess berwarna pink soft yang di desain sendiri sama Arana. Sedangkan Saga sangat tampan dengan memakai kemeja yang berwarna senada dengan gaun yang di pakai istri dan anaknya. Saga melipat lengan kemejanya keatas sampai ke sikunya, memperlihatkan lengan kekarnya. Saga menggendong Aksara dengan Arana disampingnya berdiri didepan kue ulang tahun menerima ucapan selamat dan kado dari para tamu undangannya. Nampak Jordan diantar para tamu bersama anak dan istrinya yang sudah di boyongnya pulang kembali dari kota B. "Selamat ulang tahun Aksara" ucap Mutiara istri Jordan sambil tersenyum pada juniornya di kampus dulu. "Mbak Mutia," pekik Arana dengan wajah sumringah, "Ya Alloh Mbak. Apa kabar?" Arana menanyakan kabar seniornya dulu setelah dia mengurai pelukan nya. "Puji Tuhan, saya baik Arana." jawab Mutiara, "Meskipun telat selamat ya untuk kelahiran putri kamu dan Saga." ucap Mutiara memberi selamat pada Arana, "Iya Mbak terima kasih
Hari ini semua orang sedang sibuk menyiapkan ulang tahun Aksara, putri pertama Sagara Bagaskara sekaligus cucu pertama dari keluarga Bagaskara. Bima dan Miranda sudah pulang kembali dari Madrid sejak dua hari yang lalu, namun tidak dengan Rendra, mereka tetap meminta Rendra untuk tinggal disana sampai kuliah Kedokteran nya selesai. Arana sedang duduk di sofa ruang tengah sedang sibuk dengan kertas-kertas bon mengecek apa ada yang kurang untuk acara ulang tahun Aksara yang akan di adakan besok pagi. Tidak jauh dari Arana duduk, nampak Miranda sedang menggendong Aksara sambil sesekali menimang cucu pertamanya tersebut. "Ma Aksara sudah bisa jalan. Gak perlu di gendong terus nanti Mama capek" Arana mengingatkan mertua nya agar tidak memanjakan putrinya dan membuatnya didrinya kelelahan."Gak papa ya Aksara, Oma gak capek kok. Aksara masih ingin di gendong oma Mama" jawab Miranda sambil mencium pipi chubby Aksara. "Oh ya Na. Caterina buat besok sudah siap semua kan?" tanya Miranda masi
"Suami, atau Mantan suami?" tanya Gibran dengan nada sinis, "Atau mungkin calon mantan suami. Aku dengar perceraian kalian sudah diproses sejak dua tahun yang lalu." "Maaf, Seperti nya Kak Gibran salah faham" sahut Arana berusaha menengahi sambil menggenggam tangan Saga yang sudah mengepal kuat. "Kamu tidak perlu berbohong lagi Ara. Aku sudah tahu semuanya, kamu di paksa menikah dengan dia kan?" kata Gibran pelan dan menatap Arana sendu. "Gibran," tegur Gio Saga yang sejak tadi mengamati kejadian di depannya "Jangan bicara sembarangan! Pak Saga tolong maafkan kelancangan Adik saya." Gio berdiri dan menarik adiknya agar menjauh dari Arana. Saga berdiri dan menarik Arana agar menempel padanya. "Ajari Adikmu sopan santun." ujar Saga sinis. "Iya maafkan saya yang kurang bisa mendidik Adik saya." jawab Gio sambil menunduk sopan. "Ck.. " Gibran berdecak kesal. "Jadi yang tadi kalian hanya bersandiwara menjadi suami istri yang romantis." cibir istri Gio. Mendengar kalimat kakak ipar
Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana
Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah
Saga sedang menuruni tangga dengan Aksara di pelukannya. Dia membawa bayi kecil itu duduk di sofa ruang tengah sembari menunggu Arana menyiapkan makan malam bersama Bi Sarti. Arana hanya akan mengerjakannya pekerjaan rumah jika Saga ada di rumah untuk menjaga Aksara. Saga sendiri sudah mewanti-wanti Arana agar tidak meninggalkan putri mereka sendirian. Mengingat perkembangan Aksara yang semakin hari semakin lincah dan menggemaskan. Saga mengajak Aksara berbicara dan bercanda. Meski hanya celotehan yang tidak jelas namun bagi Saga itu obat mujarab untuk rasa penat dan lelahnya setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya kantor. "Mas, ayo makan!" seru Arana dari meja makan. "Iya, Mama" jawab Saga melangkah mendekati meja makan. "Bi, tolong ambilkan baby bouncer nya Aksara" pinta Arana pada Bi Sarti setelah wanita paruh baya itu meletakkan sepiring ayam goreng lengkuas buatannya tadi. "Sebentar ya sayang, Bibi sedang mengambilkan mu baby bouncer" Arana mengambil Aksara dari pangk
Arana meminta izin pada Kiara dan Lastri untuk keluar lebih dulu melihat putrinya Aksara. Saat sampai di luar kamar Arana langsung menuju teras samping rumah Aditama. Arana mendudukkan dirinya di kursi panjang dekat kolam renang. Dia menangis tersedu-sedu melepaskan air mata yang sudah di tahannya semenjak tadi setelah melihat kondisi Kiara. Arana merasa sangat sedih melihat keadaan saudara perempuannya yang sangat mengenaskan karena ulah suaminya. Duta laki-laki yang sangat di cintai Kiara semenjak masih kuliah dulu. "Sayang, kamu kenapa?" Saga menyusul Arana sambil menggendong Aksara yang sudah terbangun. "Mas," sahut Arana mengusap kasar air matanya. "Sini biar Aksara sama aku, mungkin dia haus" Arana mengulurkan tangannya mengambil Aksara dari gendongan Saga. "Haus Nak?" tanya Arana saat melihat Aksara menarik-narik baju di bagian dad* Arana. "Sepertinya dia memang haus dan lapar. Dia sudah bangun sejak tadi" sahut Saga sambil membersihkan bekas air mata di pipi mulus Arana.
Setelah Saga sampai di rumah mereka segera berangkat Ke rumah Aditama bersama dengan Jatmiko dan Lastri. Mereka sengaja menunggu Saga agar bisa berangkat bersama-sama untuk menjenguk Kiara. Selama perjalanan Aksara tampak begitu senang dan ceria. Ini pertama kalinya Aksara di ajak keluar rumah. Aksara duduk di pangkuan Lastri di kursi belakang. Aksara mengoceh sambil mata kecilnya melihat kearah jendela. Jatmiko dan Lastri sibuk meladeni celotehan bayi kecil yang menggemaskan tersebut. Sedang Arana memandang lurus ke depan sedang melamun."Sayang. Kenapa diam saja?" Saga menyentuh tangan Arana sambil pandangannya tetap fokus pada jalanan di depannya. Arana menoleh, "Gak papa cuma lagi mikirin Mbak Kiara saja." jawab Arana jujur mengutarakan kegelisahan nya. "Dia pasti sangat menderita Mas" tuturnya sedih. "Kamu terlalu baik sayang. Padahal dia sudah berulang kali menyakiti kamu, tapi kamu tetap saja memikirkan dia." sahut Saga sambil menggenggam tangan Arana dengan tangan kirinya.