"Katakan saja! Jangan memendamnya. Aku tidak mau nanti malah menimbulkan masalah diantara kita." desak Saga. "Emm.. Sebenarnya Rendra pernah cerita tentang kejadian itu. Tapi berbeda dengan cerita Mas," ungkap Arana. "Berbeda?" Saga bangun dari berbaring lalu duduk menghadap Arana. "Beritahu Mas. Seperti apa cerita Rendra ke kamu?" "Saat itu aku tidak sengaja menemukan foto-foto Mas dan Tania di laci meja kamar Rendra. Lalu saat Rendra melihatku dia menjelaskan mengapa dia sampai mengirim semua foto itu ke aku, dulu." Beritahu Arana. "Apa yang dia katakan?" tanya Saga penasaran. "Dia beralasan Dia tidak rela aku di bohongi sama Mas. Mas tidak mungkin bisa melupakan Tania dan Mas menikahi aku cuma karena mau balas dendam sama Mbak Kiara. Mas dan Papa Bima sengaja mengancam Ayah dengan menghentikan dana investasi saat pembangunan perusahaan Ayah yang sedang berjalan, agar Ayah tidak mempunyai pilihan selain memaksa aku menikah dengan Mas." Arana menatap Saga dalam. berusaha membaca
📞"Apa kamu sudah memastikan jika Arana ada di sana?" tanya seseorang dari seberang sana. "Aku tidak bisa masuk karena pintu masuk komplek di jaga Security. Tapi aku yakin Arana ada disini." "Aku tidak mau ada kesalahan Jer!" suara tegas itu memperingatkan. "Kalau Arana tidak disini, untuk apa Saga memaksa keluar dari rumah sakit dan datang kesini." bantah Jerry mempertahankan pendapatnya. "Pastikan dulu. Jika sudah pasti aku akan segera menyusul ke sana." "Kamu tenang saja Dra. Begitu ada kesempatan aku akan masuk untuk memastikan" ujar Jerry sebelum memutuskan sambungan telfonnya. Ya. Orang yang berbicara dengan Jerry melalui sambungan telfon adalah Rendra Bumi Bagaskara. Dia memerintahkan Jerry untuk mengawasi Saga sejak di rumah sakit. •••Di sisi lain. Rendra sedang menyiapkan beberapa pakaian dan kebutuhannya lalu memasukkan ke dalam sebuah Ransel. "Kamu mau kemana?" tanya Miranda begitu masuk kamar putra bungsunya yang sudah beberapa hati tidak pulang. Dia mengerutkan
"Rendra. Dengerin Mama!" Miranda mencekal tangan Rendra saat Rendra hendak melangkah keluar kamar. "Mama Minta maaf. Ini salah Mama, kamu jangan menyakiti orang lain lagi Nak, Mama yang akan menebus semua kesalahan Mama. Mama akan melakukan apapun untuk menebus semua kesalahan Mama" ujar Miranda mencoba untuk meluluhkan Rendra. Rendra tersenyum sinis, "Mama serius?" tanyanya sambil satu alisnya terangkat. "Iya. Mama serius. Tapi kamu harus janji berhenti menyakiti orang lain. Baik itu Papa, Saga, juga keluarga Arana. Berhenti mengancam Aditama dan Kiara Nak, Arana juga tidak akan menyukainya jika dia tahu kamu menyakiti Keluarganya," sahut Miranda. "Mama, Mama." Rendra menggeleng-gelengkan kepalanya, "Berhentilah sok tahu Ma. Mama saja tidak mengenal ku, anak yang sudah Mama lahirkan sendiri, bagaimana bisa Mama tahu soal Keysa?" cibir Rendra sambil terkekeh. "Dengarkan Mama. Arana sangat baik. Sekalipun dia tidak pernah ingin menyakiti orang lain, apalagi keluarganya sendiri. Dia
Saga terbangun ketika mendengar suara seseorang muntah muntah dari kamar mandi. Dia menoleh ke sampingnya, Kosong. Saga mengernyit "Arana." gumamnya lalu beranjak bangun pelan-pelan karena pundaknya masih belum sembuh total. "Sayang kamu kenapa?" tanya Saga panik melihat Arana terduduk didepan kloset. Dengan wajah pucat pasi dan terlihat lemas. "Mual Mas," jawab Arana pelan. Sejak tadi dia muntah-muntah, mengeluarkan semua isi perutnya. "Huweek. Huweek" Arana mengeluarkan cair bening karena seluruh di perutnya sudah di muntah kan. "Astaga," pekik Saga, "Kamu sakit?" tanyanya sambil mengelus punggung Arana lembut. Lalu tanpa rasa jijik Saga mengelap mulut Arana menggunakan tangannya. Arana menggeleng. "Sudah satu minggu ini setiap pagi aku muntah-muntah," beritahu Arana. "Kamu hamil," tanya Saga dengan wajah sumringah penuh harap. "Aku sudah tes. Hasilnya positif," jawab Arana sambil tersenyum yang terlihat sangat cantik bagi Saga. "Kamu serius?" pekik Saga dengan wajah berbina
"Papa?" Saga mengerutkan dahinya. "Bukannya Papa sekarang di Madrid?" tanyanya sambil menyatukan kedua alisnya. "Iya, kemarin pagi baru berangkat. Sebelum berangkat Papa memberitahu alamat rumah kamu disini. Dia juga bilang kalau Mama bosen di rumah bisa nyusul kalian kesini," beritahu Miranda lalu menatap Saga dengan tersenyum. "Mama gak bohong kan?" Saga menatap wanita yang telah melahirkan nya itu dengan penuh selidik. "Tentu saja tidak. Untuk apa Mama bohong sama kamu," bantah Miranda sambil terkekeh, "Kamu ada-ada aja," Saga mengangguk paham. "Mama istirahat aja dulu. Nanti kita bicara lagi," tutur Saga, "Bik. Antar Mama ke kamar tamu," perintahnya pada bik Sarti. "Ga, boleh Mama tanya sesuatu? Tapi aku minta kamu jujur!" ucap Miranda saat Saga hendak bangun dari duduknya. "Tanya apa Ma?" jawab Saga penasaran. "Apa kamu tahu, jika Arana dan Rendra dulu pernah dekat.?" Miranda menatap dalam Saga. "Mama, sudah ketemu Rendra? Dia yang ngomong sama Mama" tebak Saga. "Hemm, du
"Kalian sudah bangun? Mama berniat memanggil kalian setelah selesai menyiapkan sarapan," ujar Miranda sambil menata makanan di meja makan saat melihat Saga dan Arana sedang menuruni tangga. "Maaf ya Ma, tidak membantu Mama masak," kata Arana setelah duduk di kursi. "Tidak apa apa sayang," ujar Miranda mengelus kepala Arana sayang, "Bagaimana keadaan kamu?" tanyanya kemudian. "Sudah baikan kok Ma," jawab Arana. "Kata dokter kamu sakit apa?" tanya Miranda sembari mengambilkan nasi goreng untuk menantu dan anaknya. "Cuma kecapekan Ma. Sama tekanan darahnya rendah," Arana berbohong. Sebelum turun Saga berpesan agar tidak mengatakan dirinya hamil jika Mamanya bertanya. "Memangnya kamu habis ngapain sampek kecapean?Bukannya ada Bibi yang mengerjakan pekerjaan rumah?" tanya Miranda yang membuat Arana bingung hendak menjawab apa. "Emm", Arana gugup, menatap Saga seperti meminta bantuan untuk menjawab. "Arana suka bergadang Ma. Untuk membuat desain baju," sahut Saga karena melihat wajah
"Maksud Mama apa?" protes Saga. "Rendra ingin merebut istri aku Ma. Bagaimana bisa Mama mengatakan aku yang egois?" sungut Saga tidak terima.Miranda menghela nafas panjang. "Apa kamu tahu jika dulu Arana dan Rendra pernah dekat?" Miranda mengulangi pertanyaannya kemarin saat dia baru datang yang belum sempat dijawab oleh Saga. Saga memiringkan tubuhnya menghadap mamanya, "Awalnya aku tidak tahu Ma, jika dulu Rendra pernah dekat dengan Arana sebelum kami menikah. namun yang pasti dan aku tahu jika Arana tidak mencintai Rendra baik dulu atau sekarang," beritahu Saga dengan suara yang masih pelan dan datar. "Jika saja kamu tidak memaksa menikahi Arana. Arana dan Rendra pasti akan sudah memiliki hubungan. Dulu Arana bahkan meminta Rendra untuk membatalkan pernikahan kalian," Kekeh Miranda pada pendapatnya. "Kata siapa Ma? Rendra yang bilang itu ke Mama?" tanya Rendra menatap Miranda penasaran. "Iya, Rendra yang mengatakannya," jawab Miranda jujur. Saga menghela nafas panjang, dia sud
Pagi ini Saga sudah mulai bekerja. Sejak bangun Arana sudah sibuk menyiapkan sarapan dan pakaian untuk Saga bekerja. "Mas, bangun!" Arana menepuk pelan lengan Saga. "Ayo cepat Mandi! Katanya mulai kerja hari ini.""Iya" sahut Saga dengan suara serak khas orang bangun tidur, "Cium dulu," rengek Saga sambil tangannya memegang tangan Arana. "Mas kayak anak kecil," cibir Arana. "Mau aku vidio terus aku upload di i*******m ku? Biar semua orang tahu CEO GG property itu bucin," ancam nya sambil mencubit pipi suaminya gemas. "Kamu sudah gak sayang sama Mas? Cium aja gak boleh," sahut Saga memelas."Astaga, kayak anak kecil ih," Pekik Arana,"Sayang, sayang banget," jawabnya lalu mencium wajah saga. "CUP" Arana mencium pipi kiri Saga "CUP" Arana mencium pipi kanan Saga. Beberapa detik berikutnya Arana mencium bibir saga, dengan cepat Saga menahan tengkuk Arana dan melumat bibir Arana. "Hpmmm." Awalnya Arana berusaha berontak tapi akhirnya pasrah membiarkan suaminya itu mengakses seluruh isi