"Papa?" Saga mengerutkan dahinya. "Bukannya Papa sekarang di Madrid?" tanyanya sambil menyatukan kedua alisnya. "Iya, kemarin pagi baru berangkat. Sebelum berangkat Papa memberitahu alamat rumah kamu disini. Dia juga bilang kalau Mama bosen di rumah bisa nyusul kalian kesini," beritahu Miranda lalu menatap Saga dengan tersenyum. "Mama gak bohong kan?" Saga menatap wanita yang telah melahirkan nya itu dengan penuh selidik. "Tentu saja tidak. Untuk apa Mama bohong sama kamu," bantah Miranda sambil terkekeh, "Kamu ada-ada aja," Saga mengangguk paham. "Mama istirahat aja dulu. Nanti kita bicara lagi," tutur Saga, "Bik. Antar Mama ke kamar tamu," perintahnya pada bik Sarti. "Ga, boleh Mama tanya sesuatu? Tapi aku minta kamu jujur!" ucap Miranda saat Saga hendak bangun dari duduknya. "Tanya apa Ma?" jawab Saga penasaran. "Apa kamu tahu, jika Arana dan Rendra dulu pernah dekat.?" Miranda menatap dalam Saga. "Mama, sudah ketemu Rendra? Dia yang ngomong sama Mama" tebak Saga. "Hemm, du
"Kalian sudah bangun? Mama berniat memanggil kalian setelah selesai menyiapkan sarapan," ujar Miranda sambil menata makanan di meja makan saat melihat Saga dan Arana sedang menuruni tangga. "Maaf ya Ma, tidak membantu Mama masak," kata Arana setelah duduk di kursi. "Tidak apa apa sayang," ujar Miranda mengelus kepala Arana sayang, "Bagaimana keadaan kamu?" tanyanya kemudian. "Sudah baikan kok Ma," jawab Arana. "Kata dokter kamu sakit apa?" tanya Miranda sembari mengambilkan nasi goreng untuk menantu dan anaknya. "Cuma kecapekan Ma. Sama tekanan darahnya rendah," Arana berbohong. Sebelum turun Saga berpesan agar tidak mengatakan dirinya hamil jika Mamanya bertanya. "Memangnya kamu habis ngapain sampek kecapean?Bukannya ada Bibi yang mengerjakan pekerjaan rumah?" tanya Miranda yang membuat Arana bingung hendak menjawab apa. "Emm", Arana gugup, menatap Saga seperti meminta bantuan untuk menjawab. "Arana suka bergadang Ma. Untuk membuat desain baju," sahut Saga karena melihat wajah
"Maksud Mama apa?" protes Saga. "Rendra ingin merebut istri aku Ma. Bagaimana bisa Mama mengatakan aku yang egois?" sungut Saga tidak terima.Miranda menghela nafas panjang. "Apa kamu tahu jika dulu Arana dan Rendra pernah dekat?" Miranda mengulangi pertanyaannya kemarin saat dia baru datang yang belum sempat dijawab oleh Saga. Saga memiringkan tubuhnya menghadap mamanya, "Awalnya aku tidak tahu Ma, jika dulu Rendra pernah dekat dengan Arana sebelum kami menikah. namun yang pasti dan aku tahu jika Arana tidak mencintai Rendra baik dulu atau sekarang," beritahu Saga dengan suara yang masih pelan dan datar. "Jika saja kamu tidak memaksa menikahi Arana. Arana dan Rendra pasti akan sudah memiliki hubungan. Dulu Arana bahkan meminta Rendra untuk membatalkan pernikahan kalian," Kekeh Miranda pada pendapatnya. "Kata siapa Ma? Rendra yang bilang itu ke Mama?" tanya Rendra menatap Miranda penasaran. "Iya, Rendra yang mengatakannya," jawab Miranda jujur. Saga menghela nafas panjang, dia sud
Pagi ini Saga sudah mulai bekerja. Sejak bangun Arana sudah sibuk menyiapkan sarapan dan pakaian untuk Saga bekerja. "Mas, bangun!" Arana menepuk pelan lengan Saga. "Ayo cepat Mandi! Katanya mulai kerja hari ini.""Iya" sahut Saga dengan suara serak khas orang bangun tidur, "Cium dulu," rengek Saga sambil tangannya memegang tangan Arana. "Mas kayak anak kecil," cibir Arana. "Mau aku vidio terus aku upload di i*******m ku? Biar semua orang tahu CEO GG property itu bucin," ancam nya sambil mencubit pipi suaminya gemas. "Kamu sudah gak sayang sama Mas? Cium aja gak boleh," sahut Saga memelas."Astaga, kayak anak kecil ih," Pekik Arana,"Sayang, sayang banget," jawabnya lalu mencium wajah saga. "CUP" Arana mencium pipi kiri Saga "CUP" Arana mencium pipi kanan Saga. Beberapa detik berikutnya Arana mencium bibir saga, dengan cepat Saga menahan tengkuk Arana dan melumat bibir Arana. "Hpmmm." Awalnya Arana berusaha berontak tapi akhirnya pasrah membiarkan suaminya itu mengakses seluruh isi
Ceklek. suara pintu dibuka. Arana melebarkan matanya terkejut melihat siapa yang membuka pintu. "Halo Keysa. Apa kabar? Maaf lama baru bisa menjemputmu" sapa Rendra sambil tersenyum kepada Arana. "Rendra?" tanya Arana terkejut dengan ponsel masih menempel di telinganya. "Iya. Ini aku. Apa aku terlalu lama? Sampai membuatmu terkejut seperti itu" Rendra berjalan mendekat ke Arana dengan cepat mengambil ponsel yang Arana pegang. "Kamu mau apa?" tanya Arana setelah merubah mimik tegang wajahnya dengan wajah datar dan tenang.'Tenang Arana! Kamu harus tenang!' suara hati Arana."Mematikannya." jawab Rendra sambil menonaktifkan ponsel Arana. "Kamu pasti tidak ingin Saga menelfon mu kan?" jawab Rendra dengan tersenyum yang tidak luntur sejak masuk kamar Arana lalu melempar ponsel Arana ke atas tempat tidur. "Apa kamu nyaman disini?" tanya Rendra sambil mengamati Kamar yang Arana tempati."Iya. Aku nyaman disini" Arana menjawab dengan ekspresi datar. Pandangan Rendra berhenti pada foto
"Dan satu hal yang harus aku luruskan. Aku tidak pernah meminta kamu membatalkan pernikahanku tapi kamu sendiri yang berjanji, aku hanya menagih janjimu." terang Arana. Rahang Rendra mengeras, wajahnya memerah. "Jadi seperti ini rasanya" kata Rendra lalu tertawa keras. "Seperti ini rasanya di permainkan" teriaknya didepan Arana. Jantung Arana berdetak sangat cepat. Jujur dia takut tapi dia tetap mempertahankan ekspresi tenang dan datarnya agar tetap terlihat di wajahnya. "Banyak sekali perempuan yang aku jadikan mainan. Aku menyuruh mereka melakukan hal-hal bodoh. Setelah itu aku bilang kalau aku sama sekali tidak menyuruh mereka. Kamu tahu mereka semua menangis, memohon. Meminta agar aku memberi perintah dan akan mereka lakukan asalkan aku tidak meninggalkannya." Tanpa sadar Rendra menceritakan perbuatannya pada mantan-mantan kekasihnya selama ini.Rendra mendengus kesal "Demi kamu aku melakukan segalanya. Tapi apa balasan kamu keysa" bentak Rendra di akhir kalimat. Arana menut
Door.. Terdengar suara tembakan dari halaman rumah. "Astaga" pekik Arana. "Siapa yang tertembak" Miranda panik. "Tetap disini!" perintahnya pada Arana, "Biar aku yang lihat" ujar Jordan berlari keluar.Karena merasa khawatir Arana tidak mengindahkan perintah Jordan dia ikut berlari keluar. Miranda hendak ikut menyusul tapi tidak tega meninggalkan Rendra yang sejak tadi hanya diam membatu. Langkah Jordan dan Arana terhenti ketika melihat Saga muncul di depan pintu."Arana kamu gak papa?" tanyanya saat melihat Arana berada dibelakang Jordan. "Mas Saga" seru Arana lega. "Alhamdulillah Mas gak papa" ucapnya bersyukur lalu memeluk Saga erat sambil menangis. "Jangan khawatir semuanya sudah aman" Saga mengurai pelukannya. "Aku takut Mas" Arana sempat berpikir buruk setelah mendengar suara tembakan. Arana merasa tubuhnya tiba tiba terasa lemah, perutnya sakit dan kepala pusing. Dengan Sigap Saga memegang tubuh Arana yang hampir terjatuh kemudian menggendong Arana membawanya duduk di
Arana menghela nafas panjang. "Mas Marah?" Saga membuang pandangannya keluar jendela kamar. Ada rasa sesak menyeruak dalam dadanya."Aku kecewa sama Mama. Aku tidak menyangka Mama bisa mengkhianati aku. Bahkan hampir membuat kita kehilangan anak kita" jawab Saga mengungkapkan perasaan nya. "Aku hampir tidak bisa bernafas melihat kamu kesakitan sambil memegang perut tanpa berkata apa-apa tapi air matamu terus mengalir dari kedua bola mata kamu." Saga mendengus "Pikiran buruk sudah berputar-putar di pikiranku. Membuat aku panik dan takut kehilangan kamu dan bayi kita." sambungnya sambil memegang tangan Arana erat. "Maaf sudah membuat Mas Khawatir" ucap Arana sendu. "Tidak. Bukan kamu yang harus minta maaf. Tapi aku yang salah karena tidak bisa menjaga kamu. Maafin aku ya sayang, karena lengah menjaga kamu." ucap Saga lalu menciumi pipi dan bibir Arana bergantian. "Iya." kata Arana sambil terkekeh karena Saga yang terus mengecupi wajahnya. "Sudah Mas." rengek Arana mendorong Saga. "