Pagi ini Saga sudah mulai bekerja. Sejak bangun Arana sudah sibuk menyiapkan sarapan dan pakaian untuk Saga bekerja. "Mas, bangun!" Arana menepuk pelan lengan Saga. "Ayo cepat Mandi! Katanya mulai kerja hari ini.""Iya" sahut Saga dengan suara serak khas orang bangun tidur, "Cium dulu," rengek Saga sambil tangannya memegang tangan Arana. "Mas kayak anak kecil," cibir Arana. "Mau aku vidio terus aku upload di i*******m ku? Biar semua orang tahu CEO GG property itu bucin," ancam nya sambil mencubit pipi suaminya gemas. "Kamu sudah gak sayang sama Mas? Cium aja gak boleh," sahut Saga memelas."Astaga, kayak anak kecil ih," Pekik Arana,"Sayang, sayang banget," jawabnya lalu mencium wajah saga. "CUP" Arana mencium pipi kiri Saga "CUP" Arana mencium pipi kanan Saga. Beberapa detik berikutnya Arana mencium bibir saga, dengan cepat Saga menahan tengkuk Arana dan melumat bibir Arana. "Hpmmm." Awalnya Arana berusaha berontak tapi akhirnya pasrah membiarkan suaminya itu mengakses seluruh isi
Ceklek. suara pintu dibuka. Arana melebarkan matanya terkejut melihat siapa yang membuka pintu. "Halo Keysa. Apa kabar? Maaf lama baru bisa menjemputmu" sapa Rendra sambil tersenyum kepada Arana. "Rendra?" tanya Arana terkejut dengan ponsel masih menempel di telinganya. "Iya. Ini aku. Apa aku terlalu lama? Sampai membuatmu terkejut seperti itu" Rendra berjalan mendekat ke Arana dengan cepat mengambil ponsel yang Arana pegang. "Kamu mau apa?" tanya Arana setelah merubah mimik tegang wajahnya dengan wajah datar dan tenang.'Tenang Arana! Kamu harus tenang!' suara hati Arana."Mematikannya." jawab Rendra sambil menonaktifkan ponsel Arana. "Kamu pasti tidak ingin Saga menelfon mu kan?" jawab Rendra dengan tersenyum yang tidak luntur sejak masuk kamar Arana lalu melempar ponsel Arana ke atas tempat tidur. "Apa kamu nyaman disini?" tanya Rendra sambil mengamati Kamar yang Arana tempati."Iya. Aku nyaman disini" Arana menjawab dengan ekspresi datar. Pandangan Rendra berhenti pada foto
"Dan satu hal yang harus aku luruskan. Aku tidak pernah meminta kamu membatalkan pernikahanku tapi kamu sendiri yang berjanji, aku hanya menagih janjimu." terang Arana. Rahang Rendra mengeras, wajahnya memerah. "Jadi seperti ini rasanya" kata Rendra lalu tertawa keras. "Seperti ini rasanya di permainkan" teriaknya didepan Arana. Jantung Arana berdetak sangat cepat. Jujur dia takut tapi dia tetap mempertahankan ekspresi tenang dan datarnya agar tetap terlihat di wajahnya. "Banyak sekali perempuan yang aku jadikan mainan. Aku menyuruh mereka melakukan hal-hal bodoh. Setelah itu aku bilang kalau aku sama sekali tidak menyuruh mereka. Kamu tahu mereka semua menangis, memohon. Meminta agar aku memberi perintah dan akan mereka lakukan asalkan aku tidak meninggalkannya." Tanpa sadar Rendra menceritakan perbuatannya pada mantan-mantan kekasihnya selama ini.Rendra mendengus kesal "Demi kamu aku melakukan segalanya. Tapi apa balasan kamu keysa" bentak Rendra di akhir kalimat. Arana menut
Door.. Terdengar suara tembakan dari halaman rumah. "Astaga" pekik Arana. "Siapa yang tertembak" Miranda panik. "Tetap disini!" perintahnya pada Arana, "Biar aku yang lihat" ujar Jordan berlari keluar.Karena merasa khawatir Arana tidak mengindahkan perintah Jordan dia ikut berlari keluar. Miranda hendak ikut menyusul tapi tidak tega meninggalkan Rendra yang sejak tadi hanya diam membatu. Langkah Jordan dan Arana terhenti ketika melihat Saga muncul di depan pintu."Arana kamu gak papa?" tanyanya saat melihat Arana berada dibelakang Jordan. "Mas Saga" seru Arana lega. "Alhamdulillah Mas gak papa" ucapnya bersyukur lalu memeluk Saga erat sambil menangis. "Jangan khawatir semuanya sudah aman" Saga mengurai pelukannya. "Aku takut Mas" Arana sempat berpikir buruk setelah mendengar suara tembakan. Arana merasa tubuhnya tiba tiba terasa lemah, perutnya sakit dan kepala pusing. Dengan Sigap Saga memegang tubuh Arana yang hampir terjatuh kemudian menggendong Arana membawanya duduk di
Arana menghela nafas panjang. "Mas Marah?" Saga membuang pandangannya keluar jendela kamar. Ada rasa sesak menyeruak dalam dadanya."Aku kecewa sama Mama. Aku tidak menyangka Mama bisa mengkhianati aku. Bahkan hampir membuat kita kehilangan anak kita" jawab Saga mengungkapkan perasaan nya. "Aku hampir tidak bisa bernafas melihat kamu kesakitan sambil memegang perut tanpa berkata apa-apa tapi air matamu terus mengalir dari kedua bola mata kamu." Saga mendengus "Pikiran buruk sudah berputar-putar di pikiranku. Membuat aku panik dan takut kehilangan kamu dan bayi kita." sambungnya sambil memegang tangan Arana erat. "Maaf sudah membuat Mas Khawatir" ucap Arana sendu. "Tidak. Bukan kamu yang harus minta maaf. Tapi aku yang salah karena tidak bisa menjaga kamu. Maafin aku ya sayang, karena lengah menjaga kamu." ucap Saga lalu menciumi pipi dan bibir Arana bergantian. "Iya." kata Arana sambil terkekeh karena Saga yang terus mengecupi wajahnya. "Sudah Mas." rengek Arana mendorong Saga. "
Sudah sejak kemarin Arana keluar dari rumah sakit. Dia hanya perlu rawat inap selama 2 hari, setelah keadaannya membaik dokter sudah mengizinkan nya pulang, akan tetapi untuk bepergian naik pesawat dokter belum memberi izin. "Silahkan datang dua minggu lagi, nanti kita lihat apa kondisi ibunya sudah siap untuk berpergian naik pesawat" kata dokter ketika Saga menanyakan apakah kondisi Arana memungkinkan untuk berpergian naik pesawat. Sejak tiga hafi yang lalu Rendra sudah berada di Madrid. Di sana Rendra menjalani terapi untuk penyakit kejiwaannya di sebuah rumah sakit di kota Madrid. Miranda memutuskan untuk ikut menemani Rendra di sana. Dia ingin menebus semua kesalahan nya yang dulu kurang memperhatikan Rendra karena kesibukannya sebagai desainer dan pemilik butik ternama. Sebelum berangkat ke Madrid, Miranda sempat menjenguk Arana di rumah sakit untuk meminta maaf dan melihat kondisi menantunya yang baru di ketahui nya sedang hamil dari Ferdy. Dia sangat menyesal sudah membuat me
Aku merasa dia bukan seorang ibu. Mana ada seorang ibu yang membenci anak yang dilahirkannya sendiri hanya karena bertengkar dengan suaminya. Bagiku dia hanya seorang wanita yang ditakdirkan melahirkan aku""Kamu membencinya?" Saga menatap Arana dalam. Seakan sedang menyelami pikiran Arana melalui matanya. "Sangat" jawab Arana singkat lalu tersenyum. "Makan yuk Mas, lapar" ajaknya sambil menarik tangan Saga. Saga menghela nafas, "Baiklah. Kita makan sekarang" jawab Saga lalu mengikuti Arana yang sudah berjalan didepannya. Saga tahu banyak luka yang Arana simpan rapi dihatinya. Arana tidak membiarkan siapapun untuk melihat luka yang di rasakan nya. Arana memang seperti itu, tidak ingin orang lain tahu rasa sakitnya. •••Hari ini Saga dan Arana beserta bi Sarti pulang kembali ke kota asal mereka. Setelah kemarin mereka memeriksakan kondisi Arana dan dokter memberikan izin untuk melakukan penerbangan. Tanpa menunggu lama Saga segera memerintahkan anak buahnya agar menyiapkan privat je
"Tapi bukan berarti ibu mau menerima Saga" ujar Lastri tegas. "Kamu tinggal sama Ibu dan Bapak. Kami datang kesini untuk menjemput kamu Na." sambungnya. "Loh kok gitu Bu. Ini rumah suami aku Bu, sudah seharusnya akan tinggal disini." tolak Arana. "Kamu mau tinggal sama orang jahat seperti dia. Ibu tidak mau nanti kejadian kamu kegu.." "Bu!" tegur Jatmiko menajamkan pandangannya pada istrinya agar tidak melewati batas saat berbicara. "Bu. Mas Saga gak sejahat yang Ibu pikirkan" Arana membela suaminya. "Semuanya cuma salah faham Bu" "Kamu sudah lupa? sama janji kamu Na. Kamu sendiri yang bilang kamu tidak akan kembali bersama Saga." tanya Lastri dengan nada pelan, mempertanyakan janji yang Arana katakan dulu. "Tapi itu.." Arana tidak melanjutkan kalimatnya karena sentuhan tangan Saga di bahunya. "Saya tidak pernah berselingkuh Bu." kata Saga tegas. "Arana istri saya dan saya akan menjaganya dengan baik. Ibu tidak perlu khawatir." lanjutnya dengan memandang Lastri serius. Lastri m