Aku merasa dia bukan seorang ibu. Mana ada seorang ibu yang membenci anak yang dilahirkannya sendiri hanya karena bertengkar dengan suaminya. Bagiku dia hanya seorang wanita yang ditakdirkan melahirkan aku""Kamu membencinya?" Saga menatap Arana dalam. Seakan sedang menyelami pikiran Arana melalui matanya. "Sangat" jawab Arana singkat lalu tersenyum. "Makan yuk Mas, lapar" ajaknya sambil menarik tangan Saga. Saga menghela nafas, "Baiklah. Kita makan sekarang" jawab Saga lalu mengikuti Arana yang sudah berjalan didepannya. Saga tahu banyak luka yang Arana simpan rapi dihatinya. Arana tidak membiarkan siapapun untuk melihat luka yang di rasakan nya. Arana memang seperti itu, tidak ingin orang lain tahu rasa sakitnya. •••Hari ini Saga dan Arana beserta bi Sarti pulang kembali ke kota asal mereka. Setelah kemarin mereka memeriksakan kondisi Arana dan dokter memberikan izin untuk melakukan penerbangan. Tanpa menunggu lama Saga segera memerintahkan anak buahnya agar menyiapkan privat je
"Tapi bukan berarti ibu mau menerima Saga" ujar Lastri tegas. "Kamu tinggal sama Ibu dan Bapak. Kami datang kesini untuk menjemput kamu Na." sambungnya. "Loh kok gitu Bu. Ini rumah suami aku Bu, sudah seharusnya akan tinggal disini." tolak Arana. "Kamu mau tinggal sama orang jahat seperti dia. Ibu tidak mau nanti kejadian kamu kegu.." "Bu!" tegur Jatmiko menajamkan pandangannya pada istrinya agar tidak melewati batas saat berbicara. "Bu. Mas Saga gak sejahat yang Ibu pikirkan" Arana membela suaminya. "Semuanya cuma salah faham Bu" "Kamu sudah lupa? sama janji kamu Na. Kamu sendiri yang bilang kamu tidak akan kembali bersama Saga." tanya Lastri dengan nada pelan, mempertanyakan janji yang Arana katakan dulu. "Tapi itu.." Arana tidak melanjutkan kalimatnya karena sentuhan tangan Saga di bahunya. "Saya tidak pernah berselingkuh Bu." kata Saga tegas. "Arana istri saya dan saya akan menjaganya dengan baik. Ibu tidak perlu khawatir." lanjutnya dengan memandang Lastri serius. Lastri m
Sesampainya di rumah, Jatmiko meminta istrinya untuk mengantar Arana ke kamarnya yang ada di lantai Atas untuk beristirahat. "Isthatlah dulu. Nanti dibicarakan lagi." perintah Lastri yang langsung diangguki oleh Arana. "Ibu dan Bapak tidak ada niat buruk sama kamu. Kamu harus ingat itu ya" Lastri menggenggam erat tangan Arana. "Iya Bu. Arana percaya dan selalu ingat" jawab Arana sambil tersenyum membalas genggaman tangan ibunya. "Istirahat lah" kata Lastri sambil mengelus kepala Arana sayang, lalu beranjak keluar dari kamar Arana. Arana merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang dulu dia tempati. "Sudah lama sekali." gumamnya sambil menghirup aroma harum bantalnya.Sepertinya Lastri baru saja mengganti sprei dan sarung batalnya di kamar Arana. Arana baru saja hendak memejamkan matanya, terdengar ponselnya didalam tasnya bergetar. Sebuah panggilan masuk dari kontak 'My Husband'. Arana hanya menatap ponsel yang di pegang nya tanpa berniat menerima panggilan telfon dari suaminya itu.
Lastri membeli 2 botol air mineral ukuran sedang dan satu botol ukuran besar juga beberapa bungkus roti rasa coklat kesukaan Arana. Setelah membayar Lastri segera kembali ke ruang rawat Arana karena khawatir jika Arana siuman dan merasa haus. Dia berjalan cepat dan sedikit berlari agar cepat sampai. Lastri mengernyit saat pintu kamar tidak tertutup rapat. Terdengar suara Rendra dan Saga sedang berdebat. "Berhenti berpura-pura jadi suami yang baik. Aku jijik melihatnya" suara Rendra menghentikan tangan Lastri yang hendak mendorong pintu. "Apapun yang aku lakukan bukan urusan mu!" kata Saga lalu menarik tangan Rendra "keluarlah. Arana tidak membutuhkan" "Lepas!" sentak Rendra. Karena penasaran Lastri mendorong pelan pintu kamar agar bisa mengintip kedalam. "Rendra, pergilah! Aku sangat lelah. Kumohon jangan buat masalah lagi." pinta Saga frustasi. "Kamu lelah karena membela wanita sialan itu. Wanita yang sudah mencelakai Keysa. Kenapa kamu tidak datang padanya lalu nikmati tubuh
Arana sedang sarapan ketika terdengar suara pekikan ibunya. Arana mengernyit saat suara seseorang yang dikenalnya masuk ke gendang telinganya. "Mas Saga" gumamnya. Sudah satu minggu Arana tinggal di rumah Bapaknya dan sudah satu minggu ini juga setiap pagi Saga datang untuk menemui Arana. Saga berusaha menjelaskan dan membawa bukti video penhakuan Tania akan tetapi usahanya itu tak membuahkan hasil dia selalu di usir oleh Lastri. "Bu. Saya mohon izinkan saya bertemu Arana. Dia istri saya." mohon Saga sambil menakutkan kedua tangannya. Saga sudah tak perduli lagi dengan harga diri dan gengsinya baginya hal terpenting adalah bisa bersama istrinya kembali, jika perlu di bersedia bersujud dan mencium kaki ibu mertuanya itu. "Sekarang baru sadar dia istri kamu?" tanya Lastri yang seperti sebuah sindiran, "Kalau kamu sadar sudah punya istri harusnya kamu gak berpelukan dengan wanita lain ditempat umum. Kamu gak sadar kan sudah dilihatin banyak orang, ditempat umum aja kayak gitu apalagi
Arana sedang menonton televisi diruang tengah saat suara ketukan pintu memasuki telinganya. Bapak dan ibunya baru saja berangkat ke apartemen Raka 10 menit yang lalu. Arana bertanya pada dirinya sendiri,"Apa ada yang ketinggalan ya?" Lalu beranjak bergegas menuju pintu.Dia mengintip sebentar dari tirai jendela sebelum membuka pintu. Seorang kurir sedang berdiri di teras rumah dengan sebuah paket di tangannya. "Siapa yang pesan paket?" gumamnya sambil memutar kunci untuk membuka pintu rumah. "Iya cari siapa?" tanya Aran setelah membuka pintu rumah. "Nyari kamu" jawab seseorang yang berdiri menempel pada dinding di samping pintu rumah. "Mas Saga" pekik Arana kaget. "Kamu boleh pergi" perintah Saga pada anak buahnya yang memakai baju kurir. Arana memutar tubuhnya masuk kedalam lalu mendorong pintu rumahnya. "Tutup aja kalau kamu mau tangan suamimu terjepit pintu" Saga memegang pintu rumah Arana. Arana mendorong Saga agar melepaskan tangannya tanpa berkata berkata sepatah katapun
Pov Arana. Sesuai janjiku pada mas Saga untuk membantu kak Jordan, sejak semalam aku sudah menghubungi beberapa temanku yang juga mengenal mbak Mutia. Aku mengirim pesan melalui media sosial teman-teman yang dulu satu fakultas dengan aku dan mbak Mutia. Akhirnya setelah menunggu semalaman ada salah satu temanku yang membalas bahwa dia mengetahui keberadaan Mutiara. @Karinakarina.[Mbak Mutia sekarang ada di kota BI. Di daerah X ini no telfonnya 0813****4555.]@Aranatreal.[Ok. thanks banget ya]@Karinakarina.[Sama-sama]"Alhamdulillah." ucapku penuh syukur. Dengan segera aku melanjutkan pesan Karina ke Mas Saga agar bisa di sampaikan pada kak Jordan. "Arana." panggil Ibu setelah membuka pintu, "Ada Ayah kamu di ruang tamu. Katanya, mau bicara sama kamu" beritahu ibu.Aku mengerutkan keningku "Tumben kesini nyari aku? Mau bicara soal apa?" Ibu mengedikkan bahunya "Sudah kamu turun aja! Pasti ada yang penting" jawab Ibu sebelum mendahului ku turun lebih dulu. "Duduklah! Ayahmu in
"Kalau saja kamu tidak pulang kesini Saga tidak akan mengusik kehidupan Kiara. Setidaknya kamu harua bertanggung jawab" kata Ayah menyalahkan kepulangan ku ke rumah Bapak. Aku tercengang mendengar ucapan Ayah. Dalam hati aku menertawakan diriku sendiri yang sempat berpikir bahwa Ayah juga menyayangiku saat melihatnya mengamuk pada Masa Saga setahun yang lalu ketika pertama kali aku kembali dari kota K. "Aku yang memaksa pulang dari rumah Saga. Jangan menyalahkan Arana." Bapak menatap Ayah penuh amarah. Sedangkan Ibu sudah mengusap air matanya menetes di pipi nya "Nasib mu nduk. kok melase" (Kenapa nasib kamu kok menyedihkan Nak?) "Baiklah." kataku sambil memandang Ayah datar, "Aku menikah dengan Mas Saga karena siapa? Aku tidak bisa melanjutkan pendidikan ku karena siapa? Saat itu aku bahkan tidak membutuhkan uang Ayah untuk kuliah. Aku bisa saja pergi dan membiarkan Ayah bangkrut, apa aku setega itu? Aku mengorbankan masa depan dan cita-citaku untu anak kesayangan Ayah" Ayah terd