Sesampainya di rumah, Jatmiko meminta istrinya untuk mengantar Arana ke kamarnya yang ada di lantai Atas untuk beristirahat. "Isthatlah dulu. Nanti dibicarakan lagi." perintah Lastri yang langsung diangguki oleh Arana. "Ibu dan Bapak tidak ada niat buruk sama kamu. Kamu harus ingat itu ya" Lastri menggenggam erat tangan Arana. "Iya Bu. Arana percaya dan selalu ingat" jawab Arana sambil tersenyum membalas genggaman tangan ibunya. "Istirahat lah" kata Lastri sambil mengelus kepala Arana sayang, lalu beranjak keluar dari kamar Arana. Arana merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang dulu dia tempati. "Sudah lama sekali." gumamnya sambil menghirup aroma harum bantalnya.Sepertinya Lastri baru saja mengganti sprei dan sarung batalnya di kamar Arana. Arana baru saja hendak memejamkan matanya, terdengar ponselnya didalam tasnya bergetar. Sebuah panggilan masuk dari kontak 'My Husband'. Arana hanya menatap ponsel yang di pegang nya tanpa berniat menerima panggilan telfon dari suaminya itu.
Lastri membeli 2 botol air mineral ukuran sedang dan satu botol ukuran besar juga beberapa bungkus roti rasa coklat kesukaan Arana. Setelah membayar Lastri segera kembali ke ruang rawat Arana karena khawatir jika Arana siuman dan merasa haus. Dia berjalan cepat dan sedikit berlari agar cepat sampai. Lastri mengernyit saat pintu kamar tidak tertutup rapat. Terdengar suara Rendra dan Saga sedang berdebat. "Berhenti berpura-pura jadi suami yang baik. Aku jijik melihatnya" suara Rendra menghentikan tangan Lastri yang hendak mendorong pintu. "Apapun yang aku lakukan bukan urusan mu!" kata Saga lalu menarik tangan Rendra "keluarlah. Arana tidak membutuhkan" "Lepas!" sentak Rendra. Karena penasaran Lastri mendorong pelan pintu kamar agar bisa mengintip kedalam. "Rendra, pergilah! Aku sangat lelah. Kumohon jangan buat masalah lagi." pinta Saga frustasi. "Kamu lelah karena membela wanita sialan itu. Wanita yang sudah mencelakai Keysa. Kenapa kamu tidak datang padanya lalu nikmati tubuh
Arana sedang sarapan ketika terdengar suara pekikan ibunya. Arana mengernyit saat suara seseorang yang dikenalnya masuk ke gendang telinganya. "Mas Saga" gumamnya. Sudah satu minggu Arana tinggal di rumah Bapaknya dan sudah satu minggu ini juga setiap pagi Saga datang untuk menemui Arana. Saga berusaha menjelaskan dan membawa bukti video penhakuan Tania akan tetapi usahanya itu tak membuahkan hasil dia selalu di usir oleh Lastri. "Bu. Saya mohon izinkan saya bertemu Arana. Dia istri saya." mohon Saga sambil menakutkan kedua tangannya. Saga sudah tak perduli lagi dengan harga diri dan gengsinya baginya hal terpenting adalah bisa bersama istrinya kembali, jika perlu di bersedia bersujud dan mencium kaki ibu mertuanya itu. "Sekarang baru sadar dia istri kamu?" tanya Lastri yang seperti sebuah sindiran, "Kalau kamu sadar sudah punya istri harusnya kamu gak berpelukan dengan wanita lain ditempat umum. Kamu gak sadar kan sudah dilihatin banyak orang, ditempat umum aja kayak gitu apalagi
Arana sedang menonton televisi diruang tengah saat suara ketukan pintu memasuki telinganya. Bapak dan ibunya baru saja berangkat ke apartemen Raka 10 menit yang lalu. Arana bertanya pada dirinya sendiri,"Apa ada yang ketinggalan ya?" Lalu beranjak bergegas menuju pintu.Dia mengintip sebentar dari tirai jendela sebelum membuka pintu. Seorang kurir sedang berdiri di teras rumah dengan sebuah paket di tangannya. "Siapa yang pesan paket?" gumamnya sambil memutar kunci untuk membuka pintu rumah. "Iya cari siapa?" tanya Aran setelah membuka pintu rumah. "Nyari kamu" jawab seseorang yang berdiri menempel pada dinding di samping pintu rumah. "Mas Saga" pekik Arana kaget. "Kamu boleh pergi" perintah Saga pada anak buahnya yang memakai baju kurir. Arana memutar tubuhnya masuk kedalam lalu mendorong pintu rumahnya. "Tutup aja kalau kamu mau tangan suamimu terjepit pintu" Saga memegang pintu rumah Arana. Arana mendorong Saga agar melepaskan tangannya tanpa berkata berkata sepatah katapun
Pov Arana. Sesuai janjiku pada mas Saga untuk membantu kak Jordan, sejak semalam aku sudah menghubungi beberapa temanku yang juga mengenal mbak Mutia. Aku mengirim pesan melalui media sosial teman-teman yang dulu satu fakultas dengan aku dan mbak Mutia. Akhirnya setelah menunggu semalaman ada salah satu temanku yang membalas bahwa dia mengetahui keberadaan Mutiara. @Karinakarina.[Mbak Mutia sekarang ada di kota BI. Di daerah X ini no telfonnya 0813****4555.]@Aranatreal.[Ok. thanks banget ya]@Karinakarina.[Sama-sama]"Alhamdulillah." ucapku penuh syukur. Dengan segera aku melanjutkan pesan Karina ke Mas Saga agar bisa di sampaikan pada kak Jordan. "Arana." panggil Ibu setelah membuka pintu, "Ada Ayah kamu di ruang tamu. Katanya, mau bicara sama kamu" beritahu ibu.Aku mengerutkan keningku "Tumben kesini nyari aku? Mau bicara soal apa?" Ibu mengedikkan bahunya "Sudah kamu turun aja! Pasti ada yang penting" jawab Ibu sebelum mendahului ku turun lebih dulu. "Duduklah! Ayahmu in
"Kalau saja kamu tidak pulang kesini Saga tidak akan mengusik kehidupan Kiara. Setidaknya kamu harua bertanggung jawab" kata Ayah menyalahkan kepulangan ku ke rumah Bapak. Aku tercengang mendengar ucapan Ayah. Dalam hati aku menertawakan diriku sendiri yang sempat berpikir bahwa Ayah juga menyayangiku saat melihatnya mengamuk pada Masa Saga setahun yang lalu ketika pertama kali aku kembali dari kota K. "Aku yang memaksa pulang dari rumah Saga. Jangan menyalahkan Arana." Bapak menatap Ayah penuh amarah. Sedangkan Ibu sudah mengusap air matanya menetes di pipi nya "Nasib mu nduk. kok melase" (Kenapa nasib kamu kok menyedihkan Nak?) "Baiklah." kataku sambil memandang Ayah datar, "Aku menikah dengan Mas Saga karena siapa? Aku tidak bisa melanjutkan pendidikan ku karena siapa? Saat itu aku bahkan tidak membutuhkan uang Ayah untuk kuliah. Aku bisa saja pergi dan membiarkan Ayah bangkrut, apa aku setega itu? Aku mengorbankan masa depan dan cita-citaku untu anak kesayangan Ayah" Ayah terd
Seperti sebelumnya, setiap pagi sebelum berangkat kerja Saga selalu menyempatkan datang ke rumah Jatmiko untuk bertemu Arana. Dan Sama seperti yang sudah sudah Saga mendapatkan penolakan dan kemarahan Lastri. Namun Saga penolakan dan kemarahan Lastri tidak serta merta menyurutkan niatnya untuk kembali mendapatkan maaf dari Bapak dan Ibu mertua nya itu. Semua perkataan pedas Lastri di jadikan Saga pelajaran agar ia tidak lagi melakukan hal-hal yang sudah membuat sang mertua membencinya. Saga tidak hanya datang meminta maaf, ia juga membawa sembako dan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Tidak lupa dia juga membawa semua kebutuhan ibu hamil untuk sang istri, seperti susu, vitamin, dan pakaian untuk ibu hamil. Awalnya Lastri dan Jatmiko menolak akan tetapi bukan Saga namanya jika tidak keras kepala, semakin di tolak Saga semakin sering mengirim barang-barang ke rumah Jatmiko. Akhirnya karena lelah Lastri dan Jatmiko sudah membiarkan saja. Seperti pagi ini, Saga datang dengan membawa
Pukul 8 pagi Arana diantar Lastri ke rumah sakit untuk periksa kandungan sesuai jadwal yang sudah di berikan dokter. Arana memakai dress yang panjangnya di bawah lutut, dengan sweater rajut berwarna navy yang kontras dengan warna kulitnya yang putih. Rambut panjangnya di kuncir kuda menambah nilai plus untuk kecantikan Arana. Arana memang tidak secantik Kiara tapi wajah Arana lebih manis dan imut. Jika di bandingkan dengan wajah anggun Kiara wajah manis Arana lebih enak di pandang dan tidak membosankan.Ibu menggandeng tangan Arana keluar rumah saat taksi online pesanan mereka sudah datang. Sang sopir segera menjalankan mobilnya setelah Arana memberitahukan tujuannya. Didepan rumah sakit sudah ada Saga yang menunggu. Ia berdiri didepan loby rumah sakit. Semalam Saga lah yang mengingatkan Arana soal jadwal periksa kandungannya, Saga menyetel notifikasi jadwal tanggal periksa kandungan ke dokter pada ponselnya. Sepertinya janjinya pada Arana bahwa dia akan menemani Arana setiap kali p
Tiga tahun setelah nya. "Aksara tidak boleh lari-larian di dalam rumah." seru Arana memberi peringatan pada Putri semata wayangnya yang berlarian mengejar Endharu anak dari Raka. "Hati-hati nanti jatuh sayang...!" Miranda menyahut dari dapur sambil membawa puding coklat yang dia buat tadi pagi untuk cucu kesayangannya. "Mas anak kamu itu lo, nanti jatuh." gerutu Arana pada Saga yang hanya diam saja melihat putrinya berlarian. "Kalau aku yang menegurnya, dia akan langsung menangis, lebih baik kamu saja yang menegurnya." ujar Saga pelan dengan pandangan tak lepas dari Aksara. Arana menghela nafas panjang, putrinya itu memang sagat pintar. Setiap kali Saga menegurnya dia akan langsung menangis dan membuat Saga tidak tega. Namun jika Arana yang menegurnya tidak akan di hiraukan olehnya karena bagi Aksara mendengar omelan Arana adalah hal yang biasa. Berbeda dengan Saga yang jarang mengomel tapi ekspresi wajahnya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Dengan malas Arana beranjak
Arana dan Aksara sudah cantik dengan gaun ala princess berwarna pink soft yang di desain sendiri sama Arana. Sedangkan Saga sangat tampan dengan memakai kemeja yang berwarna senada dengan gaun yang di pakai istri dan anaknya. Saga melipat lengan kemejanya keatas sampai ke sikunya, memperlihatkan lengan kekarnya. Saga menggendong Aksara dengan Arana disampingnya berdiri didepan kue ulang tahun menerima ucapan selamat dan kado dari para tamu undangannya. Nampak Jordan diantar para tamu bersama anak dan istrinya yang sudah di boyongnya pulang kembali dari kota B. "Selamat ulang tahun Aksara" ucap Mutiara istri Jordan sambil tersenyum pada juniornya di kampus dulu. "Mbak Mutia," pekik Arana dengan wajah sumringah, "Ya Alloh Mbak. Apa kabar?" Arana menanyakan kabar seniornya dulu setelah dia mengurai pelukan nya. "Puji Tuhan, saya baik Arana." jawab Mutiara, "Meskipun telat selamat ya untuk kelahiran putri kamu dan Saga." ucap Mutiara memberi selamat pada Arana, "Iya Mbak terima kasih
Hari ini semua orang sedang sibuk menyiapkan ulang tahun Aksara, putri pertama Sagara Bagaskara sekaligus cucu pertama dari keluarga Bagaskara. Bima dan Miranda sudah pulang kembali dari Madrid sejak dua hari yang lalu, namun tidak dengan Rendra, mereka tetap meminta Rendra untuk tinggal disana sampai kuliah Kedokteran nya selesai. Arana sedang duduk di sofa ruang tengah sedang sibuk dengan kertas-kertas bon mengecek apa ada yang kurang untuk acara ulang tahun Aksara yang akan di adakan besok pagi. Tidak jauh dari Arana duduk, nampak Miranda sedang menggendong Aksara sambil sesekali menimang cucu pertamanya tersebut. "Ma Aksara sudah bisa jalan. Gak perlu di gendong terus nanti Mama capek" Arana mengingatkan mertua nya agar tidak memanjakan putrinya dan membuatnya didrinya kelelahan."Gak papa ya Aksara, Oma gak capek kok. Aksara masih ingin di gendong oma Mama" jawab Miranda sambil mencium pipi chubby Aksara. "Oh ya Na. Caterina buat besok sudah siap semua kan?" tanya Miranda masi
"Suami, atau Mantan suami?" tanya Gibran dengan nada sinis, "Atau mungkin calon mantan suami. Aku dengar perceraian kalian sudah diproses sejak dua tahun yang lalu." "Maaf, Seperti nya Kak Gibran salah faham" sahut Arana berusaha menengahi sambil menggenggam tangan Saga yang sudah mengepal kuat. "Kamu tidak perlu berbohong lagi Ara. Aku sudah tahu semuanya, kamu di paksa menikah dengan dia kan?" kata Gibran pelan dan menatap Arana sendu. "Gibran," tegur Gio Saga yang sejak tadi mengamati kejadian di depannya "Jangan bicara sembarangan! Pak Saga tolong maafkan kelancangan Adik saya." Gio berdiri dan menarik adiknya agar menjauh dari Arana. Saga berdiri dan menarik Arana agar menempel padanya. "Ajari Adikmu sopan santun." ujar Saga sinis. "Iya maafkan saya yang kurang bisa mendidik Adik saya." jawab Gio sambil menunduk sopan. "Ck.. " Gibran berdecak kesal. "Jadi yang tadi kalian hanya bersandiwara menjadi suami istri yang romantis." cibir istri Gio. Mendengar kalimat kakak ipar
Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana
Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah
Saga sedang menuruni tangga dengan Aksara di pelukannya. Dia membawa bayi kecil itu duduk di sofa ruang tengah sembari menunggu Arana menyiapkan makan malam bersama Bi Sarti. Arana hanya akan mengerjakannya pekerjaan rumah jika Saga ada di rumah untuk menjaga Aksara. Saga sendiri sudah mewanti-wanti Arana agar tidak meninggalkan putri mereka sendirian. Mengingat perkembangan Aksara yang semakin hari semakin lincah dan menggemaskan. Saga mengajak Aksara berbicara dan bercanda. Meski hanya celotehan yang tidak jelas namun bagi Saga itu obat mujarab untuk rasa penat dan lelahnya setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya kantor. "Mas, ayo makan!" seru Arana dari meja makan. "Iya, Mama" jawab Saga melangkah mendekati meja makan. "Bi, tolong ambilkan baby bouncer nya Aksara" pinta Arana pada Bi Sarti setelah wanita paruh baya itu meletakkan sepiring ayam goreng lengkuas buatannya tadi. "Sebentar ya sayang, Bibi sedang mengambilkan mu baby bouncer" Arana mengambil Aksara dari pangk
Arana meminta izin pada Kiara dan Lastri untuk keluar lebih dulu melihat putrinya Aksara. Saat sampai di luar kamar Arana langsung menuju teras samping rumah Aditama. Arana mendudukkan dirinya di kursi panjang dekat kolam renang. Dia menangis tersedu-sedu melepaskan air mata yang sudah di tahannya semenjak tadi setelah melihat kondisi Kiara. Arana merasa sangat sedih melihat keadaan saudara perempuannya yang sangat mengenaskan karena ulah suaminya. Duta laki-laki yang sangat di cintai Kiara semenjak masih kuliah dulu. "Sayang, kamu kenapa?" Saga menyusul Arana sambil menggendong Aksara yang sudah terbangun. "Mas," sahut Arana mengusap kasar air matanya. "Sini biar Aksara sama aku, mungkin dia haus" Arana mengulurkan tangannya mengambil Aksara dari gendongan Saga. "Haus Nak?" tanya Arana saat melihat Aksara menarik-narik baju di bagian dad* Arana. "Sepertinya dia memang haus dan lapar. Dia sudah bangun sejak tadi" sahut Saga sambil membersihkan bekas air mata di pipi mulus Arana.
Setelah Saga sampai di rumah mereka segera berangkat Ke rumah Aditama bersama dengan Jatmiko dan Lastri. Mereka sengaja menunggu Saga agar bisa berangkat bersama-sama untuk menjenguk Kiara. Selama perjalanan Aksara tampak begitu senang dan ceria. Ini pertama kalinya Aksara di ajak keluar rumah. Aksara duduk di pangkuan Lastri di kursi belakang. Aksara mengoceh sambil mata kecilnya melihat kearah jendela. Jatmiko dan Lastri sibuk meladeni celotehan bayi kecil yang menggemaskan tersebut. Sedang Arana memandang lurus ke depan sedang melamun."Sayang. Kenapa diam saja?" Saga menyentuh tangan Arana sambil pandangannya tetap fokus pada jalanan di depannya. Arana menoleh, "Gak papa cuma lagi mikirin Mbak Kiara saja." jawab Arana jujur mengutarakan kegelisahan nya. "Dia pasti sangat menderita Mas" tuturnya sedih. "Kamu terlalu baik sayang. Padahal dia sudah berulang kali menyakiti kamu, tapi kamu tetap saja memikirkan dia." sahut Saga sambil menggenggam tangan Arana dengan tangan kirinya.