Arana sedang menonton televisi diruang tengah saat suara ketukan pintu memasuki telinganya. Bapak dan ibunya baru saja berangkat ke apartemen Raka 10 menit yang lalu. Arana bertanya pada dirinya sendiri,"Apa ada yang ketinggalan ya?" Lalu beranjak bergegas menuju pintu.Dia mengintip sebentar dari tirai jendela sebelum membuka pintu. Seorang kurir sedang berdiri di teras rumah dengan sebuah paket di tangannya. "Siapa yang pesan paket?" gumamnya sambil memutar kunci untuk membuka pintu rumah. "Iya cari siapa?" tanya Aran setelah membuka pintu rumah. "Nyari kamu" jawab seseorang yang berdiri menempel pada dinding di samping pintu rumah. "Mas Saga" pekik Arana kaget. "Kamu boleh pergi" perintah Saga pada anak buahnya yang memakai baju kurir. Arana memutar tubuhnya masuk kedalam lalu mendorong pintu rumahnya. "Tutup aja kalau kamu mau tangan suamimu terjepit pintu" Saga memegang pintu rumah Arana. Arana mendorong Saga agar melepaskan tangannya tanpa berkata berkata sepatah katapun
Pov Arana. Sesuai janjiku pada mas Saga untuk membantu kak Jordan, sejak semalam aku sudah menghubungi beberapa temanku yang juga mengenal mbak Mutia. Aku mengirim pesan melalui media sosial teman-teman yang dulu satu fakultas dengan aku dan mbak Mutia. Akhirnya setelah menunggu semalaman ada salah satu temanku yang membalas bahwa dia mengetahui keberadaan Mutiara. @Karinakarina.[Mbak Mutia sekarang ada di kota BI. Di daerah X ini no telfonnya 0813****4555.]@Aranatreal.[Ok. thanks banget ya]@Karinakarina.[Sama-sama]"Alhamdulillah." ucapku penuh syukur. Dengan segera aku melanjutkan pesan Karina ke Mas Saga agar bisa di sampaikan pada kak Jordan. "Arana." panggil Ibu setelah membuka pintu, "Ada Ayah kamu di ruang tamu. Katanya, mau bicara sama kamu" beritahu ibu.Aku mengerutkan keningku "Tumben kesini nyari aku? Mau bicara soal apa?" Ibu mengedikkan bahunya "Sudah kamu turun aja! Pasti ada yang penting" jawab Ibu sebelum mendahului ku turun lebih dulu. "Duduklah! Ayahmu in
"Kalau saja kamu tidak pulang kesini Saga tidak akan mengusik kehidupan Kiara. Setidaknya kamu harua bertanggung jawab" kata Ayah menyalahkan kepulangan ku ke rumah Bapak. Aku tercengang mendengar ucapan Ayah. Dalam hati aku menertawakan diriku sendiri yang sempat berpikir bahwa Ayah juga menyayangiku saat melihatnya mengamuk pada Masa Saga setahun yang lalu ketika pertama kali aku kembali dari kota K. "Aku yang memaksa pulang dari rumah Saga. Jangan menyalahkan Arana." Bapak menatap Ayah penuh amarah. Sedangkan Ibu sudah mengusap air matanya menetes di pipi nya "Nasib mu nduk. kok melase" (Kenapa nasib kamu kok menyedihkan Nak?) "Baiklah." kataku sambil memandang Ayah datar, "Aku menikah dengan Mas Saga karena siapa? Aku tidak bisa melanjutkan pendidikan ku karena siapa? Saat itu aku bahkan tidak membutuhkan uang Ayah untuk kuliah. Aku bisa saja pergi dan membiarkan Ayah bangkrut, apa aku setega itu? Aku mengorbankan masa depan dan cita-citaku untu anak kesayangan Ayah" Ayah terd
Seperti sebelumnya, setiap pagi sebelum berangkat kerja Saga selalu menyempatkan datang ke rumah Jatmiko untuk bertemu Arana. Dan Sama seperti yang sudah sudah Saga mendapatkan penolakan dan kemarahan Lastri. Namun Saga penolakan dan kemarahan Lastri tidak serta merta menyurutkan niatnya untuk kembali mendapatkan maaf dari Bapak dan Ibu mertua nya itu. Semua perkataan pedas Lastri di jadikan Saga pelajaran agar ia tidak lagi melakukan hal-hal yang sudah membuat sang mertua membencinya. Saga tidak hanya datang meminta maaf, ia juga membawa sembako dan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Tidak lupa dia juga membawa semua kebutuhan ibu hamil untuk sang istri, seperti susu, vitamin, dan pakaian untuk ibu hamil. Awalnya Lastri dan Jatmiko menolak akan tetapi bukan Saga namanya jika tidak keras kepala, semakin di tolak Saga semakin sering mengirim barang-barang ke rumah Jatmiko. Akhirnya karena lelah Lastri dan Jatmiko sudah membiarkan saja. Seperti pagi ini, Saga datang dengan membawa
Pukul 8 pagi Arana diantar Lastri ke rumah sakit untuk periksa kandungan sesuai jadwal yang sudah di berikan dokter. Arana memakai dress yang panjangnya di bawah lutut, dengan sweater rajut berwarna navy yang kontras dengan warna kulitnya yang putih. Rambut panjangnya di kuncir kuda menambah nilai plus untuk kecantikan Arana. Arana memang tidak secantik Kiara tapi wajah Arana lebih manis dan imut. Jika di bandingkan dengan wajah anggun Kiara wajah manis Arana lebih enak di pandang dan tidak membosankan.Ibu menggandeng tangan Arana keluar rumah saat taksi online pesanan mereka sudah datang. Sang sopir segera menjalankan mobilnya setelah Arana memberitahukan tujuannya. Didepan rumah sakit sudah ada Saga yang menunggu. Ia berdiri didepan loby rumah sakit. Semalam Saga lah yang mengingatkan Arana soal jadwal periksa kandungannya, Saga menyetel notifikasi jadwal tanggal periksa kandungan ke dokter pada ponselnya. Sepertinya janjinya pada Arana bahwa dia akan menemani Arana setiap kali p
Arana sedang melipat mukenanya setelah sholat dhuhur saat dering ponselnya masuk ke dalam pendengarannya. 📞*Assalamu'alaikum Ma" sapa Arana pada orang di seberang sana. "W*'alaikum salam sayang. Bagaimana keadaan kamu dan calon cucu Mama, sehat?""Sehat Ma. Mama sama Papa apa kabar?" Arana berjalan menuju kursi belajar nya yang ada di dekat jendela kamar. "Alhamdulillah kami semua disini sehat." jawab Miranda "Kamu masih di rumah Bapak kamu?" "Iya Ma" Jawab Arana sambil mengangguk seolah orang yang diajaknya bicara dapat melihatnya. "Saga mengatakan jika Bapak dan Ibu kamu sudah mulai luluh kenapa kamu masih tinggal di sana.?" "Ibu gak tega aku sendirian di rumah kalau Mas Saga kerja Ma." jawab Arana lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Sejak pulang dari periksa kandungan Lastri membujuk suaminya untuk memaafkan Saga. Lastri mengira jika tensi darah Arana rendah karena stress dipisahkan dengan suaminya. Lastri takut jika sampai kejadian yang dulu sampai terulang
Arana sedang menyirami bunga di depan rumah ditemani sang suami yang duduk di kursi teras sambil memeriksa email yang masuk di ponsel pintarnya. Saga memutuskan bekerja dari rumah agar bisa menjaga Arana, menjadi suami siaga untuk istri yang paling di cintai nya. Arana sempat memprotes keputusan Saga beberapa hari yang lalu. Arana beralasan di rumah ada Bapak dan Ibunya jadi Saga tidak perlu khawatir berlebihan. Namun bukan Saga jika tidak keras kepala."Siapa yang jagain kamu kalau Ibu dan Bapak di kebun? Sudah. Aku sudah putuskan, aku sendiri akan mengawasi dan menjaga kamu dua puluh empat jam penuh." putus Saga tak ingin di bantah. "Terserah Mas," pasrah Arana pada akhirnya.Ia lelah berdebat dengan Saga karena sudah di pastikan Arana yang kalah. Saga hanya akan pergi kekantor jika ada meeting penting yang tidak bisa diwakilkan. Selain itu Saga meminta Ferdy mengantarkan berkas-berkasnya ke rumah jika membutuhkan tanda tangannya. "Mas, jadi ke rumah Mamah?" tanya Arana menoleh
"Dokter Meysa" panggil Miranda lirih lalu memberi isyarat kehadiran Saga dan Arana. "Iya" jawab dokter Meysa sambil tersenyum ramah pada Saga dan Arana. "Ada yang ingin bertemu dengan kamu." Beritahu nya pada Rendra, "Kamu pasti senang bertemu dengan mereka." Meysa lalu bangkit dan mempersilahkan. Saga dan Arana untuk duduk di kursi berhadapan dengan Rendra. "Jangan menyentuh anggota tubuh pasien" pesan Dokter Meysa memperingatkan. "Iya Dok" jawab Saga setelah membantu Arana duduk. . "Rendra lihatlah siap yang datang?" Instruksi Dokter Meysa. Rendra mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk. Menatap Saga dan Arana bergantian. "Keysa Arana" gumamnya memandang sendu pada Arana. "Hai Rey," sapa Arana dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Rendra tersenyum lebar, "Akhirnya kamu mengenaliku" Mendengar panggilan lama Arana padanya membuat hati Rendra menghangat. "Aku mencintaimu dengan seluruh jiwaku, hingga tanpa sadar aku kehilangan diriku sendiri saat kau pergi" tutur Rendra