Masih Flashback on. "Tidak." Saga tetap pada pendirian menolak permintaan Rendra. Saga tidak ingin nasib Arana berakhir seperti Tania yang hanya di manfaatkan Rendra untuk menyakiti perasaannya. "Aku mohon padamu," pinta Rendra sambil menatap Saga datar. "Tidak akan!" tegas Saga. "Apa kamu pikir bagaimana dengan nama baik keluarga dan perusahaan kita?Papa juga pasti malu dengan semua rekan bisnisnya, kalau sampai pernikahan ini di batalkan. Pikirkan itu!"lanjut Saga menjelaskan. "Kalau begitu biarkan aku yang menikahi Kiara. Jangan korbankan Keysa!" Rendra mengalihkan pandangannya ke Bima. "Aku mohon Pa," tambahnya mengiba, dia bukan lagi seperti Rendra yang di kenal Bima. "Jangan ngawur kamu! Papa tidak mau punya menantu yang sudah hamil diluar nikah dengan laki-laki lain, mau di taruh mana muka Papa kalau semua orang tahu?" jawab Bima tidak setuju. "Aku akan menceraikan Kiara beberapa bulan setelah pernikahan," sahut Rendra memberi solusi. "Tidak bisa. Jika anak itu lahir tet
"Ga. Aku bersumpah aku akan menghancurkan hidupmu jika kamu membuat Keysa terluka," sumpah Rendra sebelum benar-benar di paksa keluar dari ruangan kerja Bima. Bima menghela nafas panjang. "Sepertinya Rendra harus dibawa ke psikiater lagi. Jangan katakan apapun pada Mamamu. Dia akan merasa bersalah jika tahu," pesannya pada Saga. Dia tidak ingin istrinya terus menerus menyalahkan dirinya sendiri karena dulu kurang memperhatikan Rendra sehingga psikis Rendra sedikit bermasalah. "Iya pa" jawab Saga singkat. Saha menghela nafas beberapa kali untuk menghilangkan kegelisahan nya. Dia khawatir jika dia sudah salah mengambil keputusan. "Sudah tidak perlu di pikirkan! Setelah di bawa ke Psikiater Rendra pasti akan lupa soal Arana. Bukankah biasanya juga seperti itu. Itu hanya obsesinya saja." tutur Bima untuk menenangkan putra sulungnya yang terlihat gelisah. "Apa Papa yakin?" Saga menatap Bima yang sudah duduk di kursi kebesarannya. "Tentu saja. Mana mungkin Rendra mencintai Arana. Lagi
Rahang Rendra mengeras mendengar Arana memiliki kekasih hati. Ada rasa cemburu bercampur kecewa di hatinya. "Itu hal sangat baik Ren. Jika Arana memiliki orang lain yang dicintai nya dia tidak akan mau disentuh oleh Saga." Mika tersenyum sinis, "Aku sudah menyiapkan sebuah drama untuk Arana dan Gibran. Sebuah gosip akan menyebar di sekolah jika Arana membuang Gibran untuk menikah dengan pria kaya. Lalu Gibran akan membenci Arana dan hubungan mereka benar-benar berakhir. Kamu tahu, itu akan membuat Arana semakin membenci Saga. Dan dengan sangat mudah kamu bisa membuat mereka bercerai." Mika menjelaskan rencananya. "Kamu memang pintar." Rendra tersenyum sinis."Aku juga akan membantumu untuk mengambil alih perusahaan Papamu. Lalu bebaskan Jerry! Aku dan Jerry akan membantu kamu untuk merebut kembali Keysa Arana dari Saga. Kami juga akan membantumu merebut semua yang seharusnya menjadi milikmu," bujuk Mika. "Kami akan bergantung hidup padamu. Jadi berkuasalah untuk Keysa Arana dan untuk
"Katakan saja! Jangan memendamnya. Aku tidak mau nanti malah menimbulkan masalah diantara kita." desak Saga. "Emm.. Sebenarnya Rendra pernah cerita tentang kejadian itu. Tapi berbeda dengan cerita Mas," ungkap Arana. "Berbeda?" Saga bangun dari berbaring lalu duduk menghadap Arana. "Beritahu Mas. Seperti apa cerita Rendra ke kamu?" "Saat itu aku tidak sengaja menemukan foto-foto Mas dan Tania di laci meja kamar Rendra. Lalu saat Rendra melihatku dia menjelaskan mengapa dia sampai mengirim semua foto itu ke aku, dulu." Beritahu Arana. "Apa yang dia katakan?" tanya Saga penasaran. "Dia beralasan Dia tidak rela aku di bohongi sama Mas. Mas tidak mungkin bisa melupakan Tania dan Mas menikahi aku cuma karena mau balas dendam sama Mbak Kiara. Mas dan Papa Bima sengaja mengancam Ayah dengan menghentikan dana investasi saat pembangunan perusahaan Ayah yang sedang berjalan, agar Ayah tidak mempunyai pilihan selain memaksa aku menikah dengan Mas." Arana menatap Saga dalam. berusaha membaca
📞"Apa kamu sudah memastikan jika Arana ada di sana?" tanya seseorang dari seberang sana. "Aku tidak bisa masuk karena pintu masuk komplek di jaga Security. Tapi aku yakin Arana ada disini." "Aku tidak mau ada kesalahan Jer!" suara tegas itu memperingatkan. "Kalau Arana tidak disini, untuk apa Saga memaksa keluar dari rumah sakit dan datang kesini." bantah Jerry mempertahankan pendapatnya. "Pastikan dulu. Jika sudah pasti aku akan segera menyusul ke sana." "Kamu tenang saja Dra. Begitu ada kesempatan aku akan masuk untuk memastikan" ujar Jerry sebelum memutuskan sambungan telfonnya. Ya. Orang yang berbicara dengan Jerry melalui sambungan telfon adalah Rendra Bumi Bagaskara. Dia memerintahkan Jerry untuk mengawasi Saga sejak di rumah sakit. •••Di sisi lain. Rendra sedang menyiapkan beberapa pakaian dan kebutuhannya lalu memasukkan ke dalam sebuah Ransel. "Kamu mau kemana?" tanya Miranda begitu masuk kamar putra bungsunya yang sudah beberapa hati tidak pulang. Dia mengerutkan
"Rendra. Dengerin Mama!" Miranda mencekal tangan Rendra saat Rendra hendak melangkah keluar kamar. "Mama Minta maaf. Ini salah Mama, kamu jangan menyakiti orang lain lagi Nak, Mama yang akan menebus semua kesalahan Mama. Mama akan melakukan apapun untuk menebus semua kesalahan Mama" ujar Miranda mencoba untuk meluluhkan Rendra. Rendra tersenyum sinis, "Mama serius?" tanyanya sambil satu alisnya terangkat. "Iya. Mama serius. Tapi kamu harus janji berhenti menyakiti orang lain. Baik itu Papa, Saga, juga keluarga Arana. Berhenti mengancam Aditama dan Kiara Nak, Arana juga tidak akan menyukainya jika dia tahu kamu menyakiti Keluarganya," sahut Miranda. "Mama, Mama." Rendra menggeleng-gelengkan kepalanya, "Berhentilah sok tahu Ma. Mama saja tidak mengenal ku, anak yang sudah Mama lahirkan sendiri, bagaimana bisa Mama tahu soal Keysa?" cibir Rendra sambil terkekeh. "Dengarkan Mama. Arana sangat baik. Sekalipun dia tidak pernah ingin menyakiti orang lain, apalagi keluarganya sendiri. Dia
Saga terbangun ketika mendengar suara seseorang muntah muntah dari kamar mandi. Dia menoleh ke sampingnya, Kosong. Saga mengernyit "Arana." gumamnya lalu beranjak bangun pelan-pelan karena pundaknya masih belum sembuh total. "Sayang kamu kenapa?" tanya Saga panik melihat Arana terduduk didepan kloset. Dengan wajah pucat pasi dan terlihat lemas. "Mual Mas," jawab Arana pelan. Sejak tadi dia muntah-muntah, mengeluarkan semua isi perutnya. "Huweek. Huweek" Arana mengeluarkan cair bening karena seluruh di perutnya sudah di muntah kan. "Astaga," pekik Saga, "Kamu sakit?" tanyanya sambil mengelus punggung Arana lembut. Lalu tanpa rasa jijik Saga mengelap mulut Arana menggunakan tangannya. Arana menggeleng. "Sudah satu minggu ini setiap pagi aku muntah-muntah," beritahu Arana. "Kamu hamil," tanya Saga dengan wajah sumringah penuh harap. "Aku sudah tes. Hasilnya positif," jawab Arana sambil tersenyum yang terlihat sangat cantik bagi Saga. "Kamu serius?" pekik Saga dengan wajah berbina
"Papa?" Saga mengerutkan dahinya. "Bukannya Papa sekarang di Madrid?" tanyanya sambil menyatukan kedua alisnya. "Iya, kemarin pagi baru berangkat. Sebelum berangkat Papa memberitahu alamat rumah kamu disini. Dia juga bilang kalau Mama bosen di rumah bisa nyusul kalian kesini," beritahu Miranda lalu menatap Saga dengan tersenyum. "Mama gak bohong kan?" Saga menatap wanita yang telah melahirkan nya itu dengan penuh selidik. "Tentu saja tidak. Untuk apa Mama bohong sama kamu," bantah Miranda sambil terkekeh, "Kamu ada-ada aja," Saga mengangguk paham. "Mama istirahat aja dulu. Nanti kita bicara lagi," tutur Saga, "Bik. Antar Mama ke kamar tamu," perintahnya pada bik Sarti. "Ga, boleh Mama tanya sesuatu? Tapi aku minta kamu jujur!" ucap Miranda saat Saga hendak bangun dari duduknya. "Tanya apa Ma?" jawab Saga penasaran. "Apa kamu tahu, jika Arana dan Rendra dulu pernah dekat.?" Miranda menatap dalam Saga. "Mama, sudah ketemu Rendra? Dia yang ngomong sama Mama" tebak Saga. "Hemm, du