Nampak Saga dan dua orang laki-laki sedang berbicara sembari memandang ke sekeliling area food court seperti sedang mencari seseorang. Spontan Arana ikut berjongkok untuk bersembunyi. Segera dia mengambil masker dari dalam tasnya lalu memakainya. Dia juga memberikan satu masker untuk Tania. "Kenapa kamu ikut bersembunyi?" tanya Tania penasaran. Arana tak menghiraukan pertanyaan Tania. Yang difikirkan nya hanya satu cara keluar dari mall tanpa dilihat Saga. 'Ya Alloh, kenapa Mas Saga ada disini?' batin Arana. Tiba-tiba tiga orang berdiri di belakang Tania. Satu orang berpura-pura menelfon dan dua orang berpura-pura sedang berbincang untuk menutupi agar tidak terlihat boleh Saga dan anak buahnya. Mereka adalah tiga pengawal yang perintahkan Ryan untuk menjaga Arana dan Mamanya ketika keluar rumah. "Ayo" Ryan menggandeng Arana berjalan keluar dari Area food court. "Lebih cepat sedikit jalannya" Ryan memberi intruksi dengan sedikit menarik Arana supaya mempercepat jalannya. Begitu
"Ternyata Saga gak selingkuh Arana. Semua adalah rencana Rendra. Sekarang keluarga Bagaskara sedang kacau. Perusahaan Bagaskara group juga sedang dalam perpecahan." beritahu Rania. Seketika Arana membatu. Saga tidak selingkuh. Keluarga Bagaskara kacau dalam perpecahan. Kalimat itu seperti kaset kusut yang terulang terus di pikirannya. "Arana. Halo Arana kamu gak papa kan?" suara Rania terdengar khawatir karena Arana tidak menyahut. "Kamu tida bohong kan?" sahut Arana setelah mendapatkan kesadarannya kembali "Kenapa Ryan tidak mengatakan apa-apa" tanya Arana yang masih dalam keterkejutan. "Aku tidak mungkin bohong sama kamu. Ryan melarang aku dan Reza memberi tahu kamu dulu Karena dia tidak mau kamu merasa bersalah lalu balik lagi kesini. Jika keadaan sudah membaik dia sendiri yang akan memberi tahu kamu" Rania menjawab sesuai kata-kata Ryan waktu Rania memberi tahu kebenarannya. "Tapi aku punya hak untuk tahu lebih awal Rania, kalian tidak boleh menyembunyikan dari aku" Arana memp
"Aku bisa membawa kamu ke Arana. Aku tahu dimana Arana berada," ucap Tania memberi menawar. Saga memicingkan mata penuh kecurigaan pada Tania. "Jangan main-main dengan ku" ancamnya. "Aku tidak bohong. Aku akan mengakui semua kesalahan ku di hadapan Arana. Jika Arana tidak mau memaafkan aku dan ingin aku masuk penjara, aku bersedia. Tapi aku mohon maafkan aku jika Arana bersedia memaafkan aku," mohon Tania berusaha menyakinkan Saga. Saga berpikir sebentar lalu menatap Ferdy, "Tidak ada salahnya di coba" sahut Ferdy memberi saran. "Baik. Antar aku sekarang" ucap Saga. "Tapi ingat! Jika kamu berani kamu menipuku aku pastikan hidupmu berakhir di penjara" •••Tania memberikan petunjuk arah jalan ke sebuah taman tidak jauh dari sebuah komplek perumahan yang cukup mewah. Kemudian memberi instruksi agar mobil yang mereka tumpangi untuk berhenti dipinggir jalan tidak jauh dari taman tersebut. "Aku tidak tahu Arana tinggal dimana, Tapi sekitar jam 8 sampai jam 10 biasanya Arana di taman in
Sejak kemarin siang yang di lakukan Saga hanya mengawasi sebuah rumah berlantai satu yang cukup besar dan mewah. Dari dalam mobilnya yang terparkir di pinggir jalan tidak jauh dari rumah tersebut. Dari tadi pandangannya tak lepas dari teras rumah itu, tepatnya pada seseorang yang sedang duduk sendirian di kursi teras rumah. "Apa kamu hanya akan terus memandang nya dari jauh seperti ini" tanya Ferdy yang sejak kemarin menemani Saga, "Kamu tidak ingin menemuinya?" tanyanya lagi. "Aku belum tahu apa yang membuatnya pergi?" jawab Saga tanpa mengalihkan pandangannya. "Bego. Sudah tua tapi bego" celetuk Ferdy yang hanya mendapatkan lirikan tidak suka dari Saga. "Ck, menyesal aku ikut menyusul kesini kalau cuma menemani kamu jadi penguntit." sahut Jordan yang sejak tadi mengawasi interaksi dua orang didepannya. "Datangi dia! Terus kamu tanya! Kalau kamu tidak berani biar aku yang menemuinya," kesal Ferdy. "Berisik! Kepalaku tambah pusing mendengar ocehan kalian berdua" kesal Saga mengga
"Jadi kamu masih ingin menyembunyikannya dariku? Padahal kamu tahu seperti apa aku?" sungut Arana tidak terima dengan suara bernada kesal. . Arana merasa kecewa dengan sikap Ryan yang seakan-akan mengatur dan menentukan hidupnya. Padahal Arana tidak pernah mengatur atau ikut campur urusan Ryan. Bahkan Arana tidak akan mengomentari jika Ryan tidak meminta pendapat nya. "Justru karena aku tahu kamu itu seperti apa, Maka dari itu aku tidak memberitahu kamu" ujar Ryan sudah mengerti maksud dari Pertayaan Arana, "Mereka itu orang-orang yang yang selalu menjadikanmu alat untuk menyelesaikan masalah. Mereka tidak pernah peduli dengan perasaan kamu. Saga, Ayah kamu juga mertua yang kamu bilang baik itu, mereka semua sama. Hanya menjadikanmu alat untuk mencapai tujuan mereka. Dulu aku sudah membiarkanmu memilih jalanmu sendiri tapi apa? Kamu terluka, tidak hanya sekali tapi berkali-kali. Sekarang aku tidak izinkan kamu terluka lagi." jelasnya panjang lebar dengan nada sedikit kesal. "Aku ti
Arana baru saja membuka matanya ketika mobil yang Saga kendarai masuk ke area parkiran. Dia mengerutkan keningnya, merasa asing. Sepanjang perjalanan Arana tertidur karena kelelahan. "Untuk sementara kita akan tinggal di apartemen ini." beritahu Saga mengetahui kebingungan Arana yang menatap ke sekelilingnya. "Kenapa?" Arana menoleh ke Saga,"Rumahnya di jual?" tanyanya hati-hati. Arana mengira jika keluarga Bagaskara benar-benar bangkrut sehingga Saga menjual rumahnya."Kamu tidak suka rumah itu?" Saga bertanya balik setelah mereka keluar dari mobil. "Kalau memang kamu tidak suka, nanti aku akan menyuruh Ferdy untuk menjualnya" lanjutnya lalu menggandeng tangan Arana masuk ke dalam lift. "Tidak. Bukan begitu maksudnya" sanggah Arana panik, "Suka kok." ucapnya lirih. Dia sangat menyesal sudah bertanya karena pemikiran nya yang mengira keluarga Bagaskara bangkrut.Melihat ekspresi panik Arana membuat Saga tergelak, "Haha,, iya ngerti. Aku gak akan jual rumah kita. Kita akan menginap
"Apa kamu masih belum bisa percaya padaku?" tanya Saga melihat reaksi Arana yang hanya diam saja. "Lihat aku,!" Saga memegang dagu Arana agar menatapnya "Katakan apa yang harus aku lakukan agar kamu agar kamu percaya sama aku" Saga menatap Arana dalam. "Apa yang harus aku percaya?" tanya Arana membalas tatapan Saga. "Kamu tidak selingkuh dengan Maya?" tanyanya dengan ekspresi datar. Saga mengangguk menyetujui kalimat Arana. "Iya aku tidak pernah mengkhianatimu kamu" ucap Saga. Arana melepaskan tangan Saga yang ada di dagunya "Apa bedanya? Apa kamu ingin aku minta maaf karena telah salah faham?" pertanyaan Arana membuat Saga tercengang. "Aku tidak mengatakan apapun ketika aku melihat kalian berdua dengan pakaian yang... emm seperti... entah baru selesai melakukan apa? Aku juga tidak marah atau memukul Maya juga kamu. Jadi aku rasa, aku tidak harus minta maaf kepada kamu dan Maya, sekertaris mu itu" kata Arana dengan setenang mungkin. "Aku akui aku memang sempat berpikir Mas dan Ma
"Aku mencintaimu Arana. Apapun akan aku lakukan untuk kamu. Tania tidak lebih berharga dari kamu. Sampai matipun Aku tidak akan pernah melepaskan kamu," ucap Saga serius. "Jangan ngomong kayak gitu," Bentak Arana tak suka. "Aku serius, hanya jika aku mati kamu bisa lepas dari aku" kekeh Saga yang membuat Arana jengkel. "Gak usah bawa-bawa mati kenapa sih Mas" sungut Arana sambil memukul dada Saga kesal. "Maaf" Saga menarik Arana kedalam pelukannya. "Sungguh aku tidak menyesal jika dengan kematian ku kamu dapat memahami cintaku." tambahnya sembari memeluk Arana erat. "Aku bilang jangan ngomong kayak gitu. Aku gak suka"Arana mendorong Saga karena Saga terus mengatakan soal kematian."Maaf. Jangan marah lagi" ucap Saga sambil merapikan rambut Arana yang agak berantakan."Sekarang aku tanya. Apa alasan Mas menikahi aku?" Arana ingin tahu apakah ucapan Rendra benar atau itu juga salah satu dari siasat Rendra. Saga terdiam beberapa detik, mencari kata-kata yang pas agar Arana tidak sa