Alia memejamkan mata. Air mata menggenang di pelupuk mata, dia tahan agar tidak menetes. "Tiba-tiba berbicara yang tidak masuk akal? Aku sibuk bekerja, selalu lembur. Demi kamu, demi kita. Untuk masa depan kita dan anak kita! Jadi, untuk apa berselingkuh? Membuang waktu saja." Alia harus tegar mendengar perkataan Fahmi yang membuatnya sesak di dada. Namun, namanya wanita mempunyai hati yang lembut. Setegar apapun, tetap saja menangis. Alia memundurkan langkah, tubuhnya merosot di bawah—terduduk tak berdaya. Sudah tidak tahan lagi dan mulai menangis. Bukan ini yang dia harapkan, Alia ingin Fahmi mengatakan jujur bukan sebuah kebohongan. Fahmi mendekati Alia ketika melihat istrinya menangis. Berjongkok di depannya. "Aku tidak berselingkuh, Alia. Kamu adalah wanita yang aku cintai." Fahmi berkata demikian untuk menenangkan Alia. Alia menghapus air matanya. "Aku punya bukti kamu makan malam dengan wanita lain," ucap Alia dengan nada serak dan terisak pelan. Mata Fahmi terbelalak leb
Baca selengkapnya