Home / Romansa / Oh...Jandaku tersayang. / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Oh...Jandaku tersayang.: Chapter 31 - Chapter 40

179 Chapters

31. Pergilah.

"Pergilah....Aku tak ingin melihatmu." Angel masih memalingkan wajah, ketika mengatakan hal itu. Baginya saat ini, tak ada keinginan untuk melihat sosok Bagas sama sekali. "Eeen......." Suara Bagas terdengar penuh permohonan. "Een...sungguh aku tidak sengaja melakukannya, aku kehilangan akal beberapa saat yang lalu. Een..Aku takut kehilanganmu." Angel berusaha menguatkan hati, perlahan ia menoleh pada sosok di atas ranjang yang terpaku di sampingnya. Wajah itu masih sama dengan sosok yang ia cintai di masa lalu, tubuh itu juga masih memiliki aroma yang paling dia sukai. Namun, sorot mata di sana tidak lagi cerah dan yakin seperti bintang di kegelapan malam. Bahkan senyuman beberapa saat lalu, tidak lagi menghangatkan hatinya. Bagaimana itu bisa berbeda hanya dalam hitungan bulan saja, Angel kembali melelehkan air mata melihat sosok tersebut. Ia mencintainya begitu lama dan masih menyimpan beberapa rasa di dalam dada. Lalu, bagaiman segalanya akan mudah di hadapi, bagaimana ha
last updateLast Updated : 2022-05-04
Read more

32. Vanessa.

Mendengar perkataan itu, Bagas ingin berteriak bahwa ia tak ingin memikirkan apapun tentang perceraian, ia tidak butuh tambahan teman, serta juga ingin menegaskan tidak akan mempertimbangkan apapun perihal perpisahan. Namun, dengan sikap dan kondisi saat ini Bagas hanya bisa menyimpannya. Toh, sejak awal hingga akhir ia juga sudah berulang kali bilang, bahwa tak ingin ada perceraian diantara mereka. Bagas masih diam hingga beberapa saat, tak mengatakan apapun atau menjawab perkataan sang istri. Hanya berpikir, mungkin memberi waktu untuk Angel agar lebih tenang adalah pilihan terbaik. Selain tidak memancing emosi wanita tersebut, ia juga berharap setelah berpikir dengan tenang, akan ada sedikit harapan untuk hubungan mereka. "Baiklah...istirahatlah dulu, kita bisa bicara lagi lain kali." Pria tersebut turun dari ranjang,berhenti di pinggiran sejenak, dan menoleh kembali untuk menatap sosok Angel, menghela nafas dan berjalan keluar kamar. Namun, setelah pintu kamar tertutup ra
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

33. Urus milikmu sendiri.

Namun, seperti sebuah ketebalan muka telah mengakar pada darah dan tulang Vanessa, wanita itu tetap berjalan masuk ke dalam ruangan dengan santai, serta tak ambil pusing tetang pendapat Anggara perihal kehadirannya di sana. Bagaimanapun, ia telah menerima perlakuan tersebut sejak masih kecil. "Ayolah...aku hanya sebentar saja." Wanita itu berjalan mendekat kearah meja kerja Anggara, mendudukkan tubuh tepat di depan sang presdir muda tersebut. Sementara Anggara yang kurang suka dengan sosok sang adik, semakin jengah melihat tingkah lakunya. Anggara hanya diam dan tetap fokus dengan berkas yang di pegang, tanpa harus repot untuk melirik sosok yang kini telah duduk di depannya tersebut. "Sepertinya proyek hunian di pinggiran kota milik kakak sudah 80% selesai." Vanessa memulai percakapannya dengan Anggara, meski tidak di anggap sama sekali. "Kurasa, Ayah akan memberikan proyek hutan hijau kepadamu setelah ini." Anggara masih diam tak menghiraukan dirinya. Dan ini s
last updateLast Updated : 2022-05-06
Read more

34. Semakin menyenangkan.

Namun belum sempat meratap untuk perih di hati, ucapan lain kembali di dengar. "Termasuk wanita itu, selama ia berkerja di sini jangan mencoba melakukan trik apapun lagi." Vanessa tidak percaya dengan apa yang di terima oleh pendengarannya, sehingga dengan gerak reflek ia berbalik dan menatap wajah dingin di balik meja kerja. "Apa kau bilang?, siapa yang masih bekerja di sini?." Bibir Vanessa membuat sebuah pertanyaan, yang bahkan meski telah menebak jawabannya. Wanita itu menekan kegetiran dalam hati dengan sekuat tenaga. 'iya...ini adalah satu-satunya saudara yang dia miliki, bagaimana mungkin ia lupa seperti apa sikap dan perlakuan untuk dirinya selama ini, meski banyak keraguan serta tanda tanya apa penyebabnya, namun bukankah dirinya adik sendiri?.' 'Yang terlebih penting, bagaimana mungkin Angel masih berkerja disana?, bukankah sosok hantu jejadian di dalam toilet adalah wanita itu?, ataukah sosok gambaran sebagai penerjemah kata "Wanita itu" berbeda deskripsi di antara m
last updateLast Updated : 2022-05-07
Read more

35. Darah ular.

''Semakin kau membenci, semakin banyak alasan untukku mempertahankannya di sini. Dan melihatmu seprti sekarang, aku mulai menyukai wanita itu.'' Lanjut pria tersebut lagi. Vanesa merasa tak bisa menerima apa yang didengar, atau lebih tepatnya ia menolak perkataan itu. Haruskah mulai berhenti berharap dan membenci, sosok saudara yang sangat ia inginkan sejak kecil dulu. Ataukah tetap bertahan untuk bersabar meski segalanya adalah mustahil, harapan Vanessa tak ubahnya seperti menunggu rumput yang akan menjulang kan padi suatu hari nanti. ''Apa kau pikir dengan otakmu yang dangkal bisa menipuku?." Anggara terdiam sejenak, dan mengalihkan tatapan kearah perut Vanessa sejenak, dan kembali berkata. "Lihatlah, bahkan jika kau hamil saat ini, pria itu tetap tak memandangmu, mengapa kau tidak bersembunyi atau mengganti wajahmu saja.'' Mungkin, jika di bandingkan dengan rebusan air mendidih di atas kompor, saat ini perasaan wanita itu jauh lebih panas. Baris kalimat disana memang mengata
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more

36. Oh my...oh my...

''Dan dia juga sama membosankan seperti wanita itu, yang gagal mempertahankan suaminya. Jadi bayi itu jauh lebih baik menghilang, agar tidak ada sosok pembenci lain yang terlahir." Anggara mengatakan semuanya dengan bayang ingatan untuk beberapa sosok wanita, yang kini bergelayut dalam pikiran, sosok sang ibu yang telah meninggal, serta sosok Angel dengan wajah penuh amarah pagi tadi. ............................................ Sementara itu, Vanessa yang tengah berlinang air mata, dengan cepat berlari menuju kearah toilet wanita yang berada di lantai tersebut. Masuk ke dalam satu ruangan dan menguncinya rapat-rapat. Ia menyalakan keran air dengan penuh, seraya menangis sejadi-jadinya. Hati kecil yang biasa di manjakan oleh sang ibu dan ayah, kini hancur berkeping-keping karena ucapan Anggara. Bahkan jika ayahnya acuh tak acuh terhadap sang ibu di rumah, tetap saja masih memanjakannya selama ini, dan tidak memberikan reaksi berlebih sama sekali, setelah mengetahui kondisi dirin
last updateLast Updated : 2022-05-14
Read more

37. "Ma..."

Di sisi lain kota, saat senja menjamah Mayapada. Vanessa yang berusaha berdamai dengan hati, akhirnya telah membawa mobil yang di kendarai, masuk kedalam halaman rumah Aditama. Ia melangkah masuk dengan wajah yang masih menyiratkan kemelut hebat. Bahkan dari garis pandang sosok pelayan kecil di rumah, yang secara tak sengaja bertemu di sana, telah dapat menangkap perasaan buruk wanita itu. "Selamat datang nona." Sapa Reno sang pelayan kecil, dengan wajah yang berusaha tampil seceria mungkin. Dalam keseharian para pelayan kediaman, memang jarang bertemu dengan sosok sang nona. Bahkan beberapa detik lalu, ia sempat terkejut dengan pertemuan saat ini. Meski mereka tinggal dalam satu atap naungan kediaman yang sama, untuk saling berpapasan adalah hal yang jarang. Hal ini terjadi, karena kediaman tersebut yang begitu besar, dan dengan tata letak bangunan yang memisahkan ruangan utama, serta tempat untuk para pelayan. DI tambah lagi, ada juga beberapa aturan yang tidak mengijinkan
last updateLast Updated : 2022-05-16
Read more

38. Nadia.

"Berhenti di sana Anes." Seru sang ibu, ketika melihat Vanessa hendak menuruni anak tangga, dengan langkah yang terburu-buru.. Ia ketakutan melihat kecerobohan sang putri, dan tanpa sadar sedikit meninggikan suara untuk mencegahnya turun. "Biar Mama saja yang datang, jangan turun sayang." Nadia, wanita yang menjadi istri kedua Hariadi Aditama Prawirya tersebut, berjalan menapaki tangga itu dengan penuh kecemasan. Sosoknya yang ramping dengan kulit kuning Langsat miliknya, mampu menciptakan sebuah kontras dengan rona wajah yang mengernyit saat ini. "Mengapa kau begitu ceroboh?, bagaimana jika terjatuh?." Tambah Nadia lagi, sembari memegang tangan sang putri penuh perhatian. Melihat dan menerima perlakuan yang demikian, tanpa di sadari mata Vanessa mulai berkaca-kaca. "Maaf ma...entah mengapa aku seperti ini." Hati keibuan Nadia seolah ditarik keluar dengan cepat, ketika melihat bulir bening mengalir di pipi Vanessa. Ia seolah merasakan sesuatu yang sangat tak nyaman dalam sekej
last updateLast Updated : 2022-05-17
Read more

39. Kediaman Aditama.

"Ba..baik tuan." Jawabnya dengan sedikit terbata. Wanita itu mengikuti Haryadi kedalam kamar mandi, dan menutup rapat ruangan tersebut setelah keduanya masuk. ........................................ Waktu berlalu tanpa terasa, sudah hampir satu jam lamanya setelah kedatangan sang tuan pemilik kediaman Aditama datang, sekarang pintu pagar depan kembali berderit lirih menandakan bahwa, penghuni lain juga sudah memasuki gerbang panjang yang kokoh, pembatas kediaman dengan dunia luar yang hiruk pikuk. Anggara memarkir mobil di halaman depan dengan sekenanya. Seorang pelayan tua dengan wajah cerah datang menghampiri seraya menyapanya penuh hormat, ketika pintu mobil mulai terbuka. ''Selamat datang Den." Anggara tak menoleh untuk melihat sosok dengan sapaan tersebut, karena ia telah mengetahui dengan jelas siapa gerangan pria tersebut. "Sore pak Diman, apa papa sudah pulang." Jawabnya masih dengan titik fokus bukan untuk sosok yang ia ajak bicara saat ini. "Sudah Den....Tuan sudah d
last updateLast Updated : 2022-05-18
Read more

40. Kebahagiaan yang menyakitkan.

Meninggalkan keluarga Aditama dan beralih kekediaman lain. Angel yang tertidur di tengah kesedihannya, membuka mata dengan keterkejutan. Karena dalam ingatan sekilas setelah terbangun, sempat berpikir bahwa Bagas telah berbuat sesuatu terhadap dirinya. Namun, ketika melihat dan memperhatikan bahwa kini tubuh itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti di awal ia berganti pakaian setelah mandi sore tadi, hatinya sedikit lega. Angel melirik jam yang bertengger gagah di dinding kamar, jarum-jarum enerjik di dalamnya telah menunjukkan pukul 19.46. "Pantas aku lapar sekarang." Gumamnya lirih. Wanita itu sedikit mengerucutkan bibir, dan meraba perut yang mulai berteriak minta jatah untuk di isi. Perlahan, ia bangun dari ranjang dan menuju kamar mandi, membasuh muka, melihat kearah cermin dan menatap wajah sendiri dengan seksama untuk beberapa saat. Dalam hati masih sedikit merasa sesak, dengan kejadian sore tadi, gambaran sosok sang suami yang biasa lembut serta penuh perhatian,
last updateLast Updated : 2022-05-19
Read more
PREV
123456
...
18
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status