Home / Romansa / Oh...Jandaku tersayang. / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Oh...Jandaku tersayang.: Chapter 51 - Chapter 60

179 Chapters

51. Lamban dan bodoh.

Namun, sebesar apapun kemarahan dan kekesalannya saat ini, Angel tetap harus membuka tautan email ke dua. Dan seperti yang pertama, surat kedua juga semakin membuatnya naik pitam. Bagaimana tidak, itu adalah susunan jadwalnya selama seminggu ke depan di kota D, dan jam keberangkatan telah di tetapkan siang ini. "Aaaahhkk...kalian kakak beradik benar-benar ingin membuatku gila." Angel berteriak dengan keras, namun dengan tubuh dan tangan yang segera bangkit dari ranjang, untuk menyambar koper besar yang di sandarkan di samping lemari baju. Koper tersebut, berisi beberapa baju yang di ambilnya dari rumah keluarga Pambudi 2 hari yang lalu. Karena kesibukan dan rasa lelah serta penat dalam hati beberapa hari ini, ia belum sempat membereskannya kembali. Dan hal itu menjadi titik keberuntungan tersendiri, karena tak lagi perlu berkemas. Angel mau tak mau harus menuruti perintah yang ada, karena nominal uang di rekening bank miliknya masih jauh dari cukup, untuk jumlah 500 juta. Se
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

52. Ceroboh.

Anggara yang melihat hal itu sejak awal tak memberikan reaksi yang berarti, kecuali sepenggal klimat dengan makna yang tak berguna. "Sudah lamban bodoh pula." Angel yang mendengar kata-kata kurang mengenakkan tersebut, dengan cepat menoleh kearah samping. Menatap sosok yang baru di kenalnya kemarin, dengan pandangan yang ingin memakan orang hidup-hidup. Bahkan, jika sudah menjebloskannya kedalam box hitam di hati, Angel masih ingin menimbunnya dengan seluruh benda besar di dunia ini. 'Dan orang bodoh mana ingin memperkejakan sekertaris bodoh ini, sampai dengan menggunakan trik kotor?. 'Angel ingin mengatakan itu, untuk menjawab perkataan kasar Anggara yang duduk di samping. Akan tetapi, belum juga wanita itu membuka bibir, suara Handoko kembali mengalihkan perhatian Angel. "Bu..bisa pinjam kunci pagar?." Handoko. Mendengar pertanyaan sosok di samping mobil, Angel mengernyit sejenak serta merasa bingung Untuk apa kunci pagar di perlukan?. Secara reflek ia mengikuti arah pandang
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

53. Ikut berpartisipasi.

Angel yang masih berusaha memahami situasi di sana, terkejut saat Handoko merapatkan jarak diantara keduanya, sedikit mencondongkan tubuh, dan berbisik pelan. "Map biru." Mendengar hal itu, Angel dengan cepat meraih map biru yang berada di jok mobil belakang di antara tumpukan beberapa map lain yang di serahkan kepadanya oleh Handoko tadi. Setelah mengambil map dengan cepat ia kembali ke posisi semula, berdiri tepat di belakang Handoko dan Anggara. Angel sejenak mendekat kearah punggung Handoko yang tegak berdiri di sana, sembari bersuara lirih. "Terimakasih." Dan di jawab senyum tipis oleh sosok sang pria. Anggara yang mendengar komunikasi di antara keduanya sejak tadi, hanya bisa terdiam dan meneguk rasa jengah hati. Ketiganya di persilahkan untuk masuk kedalam ruangan besar, dengan beberapa meja panjang yang telah di tata sedemikian rupa, dengan minuman dan hidangan pemanis, tersedia di atasnya. Anggara mengambil duduk pada kursi depan, yang menghadap meja lain dengan kursi b
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

54. Izin duduk.

"Perkenalkan nama saya Panji. Dan kebetulan perwakilan dari asosiasi pemuda di desa ini." "Sesuai dengan rencana yang di sampaikan, bahwa lahan tersebut nantinya akan di bangun sebuah perumahan, bisakah penduduk desa kami ikut untuk berpartisipasi?." Mendengar pertanyaan tersebut, Angel yang memang masih ragu tentang pemahaman untuk perkataan yang di sampaikan, menjawab. "Dengan saudara Panji?." "Ia..." Dan disahuti secara reflek oleh pria di depannya, yang juga berdiri sembari memegang Microfon. "Bisakah Anda menggambarkan dengan jelas, arti dari berpartisipasi di sini?." Angel. "Terimakasih sudah di beri kesempatan." Panji. "Yang kami maksudkan di sini, adalah ikut berkerja di dalam proyek pembangunan nantinya. Mohon maaf, ini juga telah dirundingkan, dan mencapai persetujuan bapak lurah, dan setiap perangkat yang terkait. Mengenai tenaga yang dipilih atau yang akan diperkerjakan nantinya, kami berharap untuk di utamakan lebih dulu dari lingkungan desa kami. Selain untuk m
last updateLast Updated : 2022-05-26
Read more

55. Prasmanan.

Angel yang tidak sarapan tadi pagi, mengambil sebuah lumpia di atas piring, dan memakannya. Meneguk air mineral di atas meja, untuk melarutkan obat yang seharusnya sudah di minum pagi ini, melewati tenggorokannya yang kering. Anggara mengernyitkan dahi, ketika melihat tindakan wanita di samping Handoko. 'Bagaimana ada orang yang begitu ceroboh, dan sialnya lagi itu adalah sekretarisnya.' Pikir Anggara dalam diam. Pria itu mulai menyesali keputusannya yang absurd, dengan menjadikan wanita itu sekertaris pribadinya. Menurut penilaian Anggara, Angel bahkan bisa ceroboh dengan tubuh sendiri, bukankah itu jauh lebih mudah dengan urusan lainnya. Handoko yang memperhatikan arah tatapan Anggara terfokus pada wanita di sampingnya, mencondongkan tubuh sedikit mendekat ke Anggara, dan bertanya dengan suara pelan. "Ada apa?, apa sekarang kau merasa dia cantik?." Anggara hanya menatap kebodohan sahabat di sampingnya, dan kembali beralih menatap ke arah para perunding. Kurang lebih 1 jam la
last updateLast Updated : 2022-05-27
Read more

56. Apa Anda sakit?

Anggara meraba dada kiri atasnya dengan perlahan, dan berpikir "Mengapa ia seperti ini?." Pria tersebut sempat termenung sejenak di depan ruangan. Dan membutuhkan beberapa detik kemudian sebelum mendorong pintu sebelum masuk kedalam. Melihat kedatangan Anggara dengan wajah yang sedikit tak baik, Handoko menggeser tubuh meringsek lebih dekat kearah Angel. Dan menyisakan ruang untuk di tempati oleh Anggara. Di depannya, sebuah meja panjang dengan aneka masakan lengkap tertata. Ada nasi dalam bakul, ayam panggang, udang bakar madu, gurami goreng, cumi kuah hitam, tempe dan tahu bacem, aneka sambal serta lalapan. Melihat tampilan di atas meja yang masih rapi, Anggara menyadari bahwa keduanya belum mulai makan, untuk menunggu dirinya. Ia segera mencuci tangan pada mangkok air, yang berisi irisan jeruk nipis di atas meja. Membuka piring di depannya, dan hendak mengambil nasi untuk mulai makan. Namun karena bakul nasi berada agak jauh dari jangkauan, Anggara melihat sosok Angel yang k
last updateLast Updated : 2022-05-27
Read more

57. Sok akrab.

"Pelajari saja proyek berikutnya dengan baik." Anggara hanya menatapnya sekilas, dan begitu perkataan itu selesai terucap, ia mengalihkan pandangan menatap kearah punggung kursi di balik Handoko. Angel kembali duduk pada posisi sebelumnya, meski ada sedikit tanda tanya atas perubahan sikap Anggara, ia tidak memikirkannya hingga dalam. Bagiamanpun, ia bukan sosok yang tepat untuk bertanya lebih jauh, karena Angel harus fokus untuk perkejaan serta harus memperhatikan kebutuhan sang Presdir menyangkut lingkup teratur dan berjalan baiknya perkejaan tersebut, maka keutamaan dan kenyamanan pria di sampingnya juga terpaut. Dan bertanya tentang kondisi dari sosok sang atasan, sudah merupakan perhatian terbaik sebagai kewajiban lain dari tugasnya. Namun, jika yang di perhatikan menolak untuk berbicara, sudah tentu hal itu di luar tanggung jawabnya. Angel tidak kecewa, ataupun merasa kecewa dengan perubahan Anggara. Pribadinya yang tidak suka di usik, ataupun mengusik polemik orang lain me
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

58. Tidak sepenuhnya buruk.

Akan tetapi, ketika melihat anggukan pelan dari Handoko dengan senyuman kecil kening Angel sedikit berkerut, semakin bingung. 'Nggak jelas kenal saja baru hari ini, sok akrab.' Angel bergumam dalam hati. Wanita itu merasa sikap Handoko sedikit berlebihan dengan secara spontan mengajaknya keluar sekarang, terlebih lagi ia telah berencana untuk beristirahat. Namun, sebagai orang baru dan masih belum mengenal dengan baik rekan kerja di APC, Angel tak bisa bertindak sembrono. "Bagaimana ya?." Dengan wajah yang sedikit enggan ia berdiri tegak, menggerakkan tangan perlahan untuk membuka pintu sedikit lebih lebar, sehingga tampilan dirinya yang tengah mengenakan handuk kimono terlihat di hadapan Handoko. Dan dengan mengarahkan manik mata ke arah diri sendiri, seraya mengangkat pundak keatas sejenak. Dengan kata lain ia baru saja selesai mandi, dan bersiap untuk beristirahat. Dalam diam dan isyarat gerak manik mata itu, Angel berharap Handoko merasa sungkan dan mengurungkan niat un
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

59. Sensitif

Selama perjalan menuju rumah makan, Angel berpikir bahwa kontrak kerja ini tidak sepenuhnya buruk. Ia bisa melenggang santai bersama seseorang yang mungkin bukan siapa-siapa di hidupnya beberapa waktu lalu, menikmati kebersamaan nyaman, tanpa beban sebuah pertalian hubungan. "Teman", mungkin kata itu, kedepannya dapat ia pertimbangkan untuk sosok pria di sampingnya sekarang. Tepat pukul 7 malam, keduanya keluar dari rumah makan yang mereka pilih. Handoko yang tampak menikmati waktu makan kali ini, tanpa sadar telah beberapa kali menyembulkan senyum tipis di bibir. Sungguh, sebuah gerakan kecil di wajah itu akan mampu mengguncang keterkejutan pikiran dari setiap pekerja di kantor induk APC, jika saja mereka mengetahui. "Masuklah, ada satu tempat yang ingin ku kunjungi." Handoko membuka pintu mobil, meminta Angel untuk segera masuk dengan senyum tipis yang terpasang. Angel kembali bingung, lebih tepatnya heran serta sedikit takut. Dalam benak banyak gambaran buruk serta prasangk
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

60. Takut ketinggian.

Handoko tak menyahuti perkataan itu, justru ia hanya menyunggingkan senyum tipis. Dan tentu saja, hal itu di lewatkan oleh Angel. "Gedungnya tinggi." Ucap Handoko, seolah tengah membahas hal lain yang tak bersangkutan, dengan perkataan wanita di samping barusan. "Hah!..Apa?." Angel secara reflek menoleh ke arah Handoko. "Tempat yang akan kita datangi tinggi, jadi jika kau masih takut ketinggian katakan saja dengan jujur." Handoko mengulangi perkataan beberapa saat lalu, serta berusaha menjelaskan. Angel yang merasa sedikit terkejut dengan penjabaran barusan, semakin di buat bingung. "Siapa yang takut ketinggian?." Mendengar jawaban reflek dari sosok di sampingnya, kini giliran Handoko yang mengernyitkan kening. 'Bukannya itu kamu?.' Ia ingin menjawab demikian, tapi dengan pikiran yang kembali tersadar, segera di urungkan nya. "Maksudku, jika takut ketinggian jangan gengsi untuk bicara." Suara Handoko masih terdengar tenang, seolah perkataan serta ekspresi wajah Angel tidak
last updateLast Updated : 2022-06-02
Read more
PREV
1
...
45678
...
18
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status