Home / Rumah Tangga / ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU: Chapter 111 - Chapter 120

130 Chapters

Bab 11. Terlalu banyak tragedi

DIA BUKAN IBUKU#11"Aku telah jujur pada orang tuaku tentang dirimu Naura. Dan aku minta maaf. Mereka tak bisa menerima, terutama karena ibu kandungmu mengidap HIV dan kau dilahirkan saat dia dinyatakan positif."Aku menghela nafas panjang."Sebenarnya aku tak masalah dengan itu semua. Toh selama ini kau sehat sehat saja dan Tante Vivian sudah menjamin dirimu bersih di screening terakhir. Tapi aku tak bisa mengabaikan ketakutan kedua orangtuaku."Aku mengangguk."Tidak apa apa Pak. Saya mengerti."Sejujurnya, apa yang dikhawatirkannya orang tua Bisma kerap kali menghantuiku. Bagaimana jika suatu saat aku positif? Lalu menulari anak dan suamiku? Mungkin seumur hidup aku tak akan menikah.Aku mengulas senyum. Papa dan Mama telah mengajariku untuk tegar menghadapi hidupku ke depan yang pasti akan berliku. Aku harus siap keluar dari zona nyaman yang diciptakan Papa dan Mama selama ini karena faktanya, hidup ibu kandungku dulu juga penuh gelombang. Hanya diriku sendirilah yang bisa memutu
last updateLast Updated : 2022-06-11
Read more

Bab 12. Mencari si pelaku

DIA BUKAN IBUKU#12Adakah yang lebih menyedihkan daripada melihat orang yang kita cintai terbaring tak berdaya?Di rumah sakit, sudah ada adik Papa, Om Alfian dan istrinya. Oma dan Opa sudah lama meninggal dunia, kira kira ketika adikku Alesha berusia lima tahun. Papa masih di IGD, tak sadarkan diri dengan segala selang menempel di tubuhnya. Menurut Adit dan Arsen, mobil Papa menabrak pembatas jalan tol dan berguling beberapa kali sampai akhirnya berhenti dalam posisi ringsek. Sopir Papa yang setia, Rey, meninggal di tempat. Sementara luka luka Papa sangat parah sehingga bahkan dokter pun terlihat pesimis.Tante Ria, istri Om Alfian langsung memeluk Mama, yang kulihat berusaha menegarkan diri. Sepanjang jalan, Mama telah banyak menumpahkan air mata. Dan ketika tiba di rumah sakit, matanya yang sembab dan wajah sendunya masih tersisa. Tapi air mata seakan telah mengering dari matanya yang indah itu. Aku dan Alesha saling menggenggam. Adikku tak berhenti menangis sejak tadi."Jadi baga
last updateLast Updated : 2022-06-15
Read more

Bab 13. Cinta yang lain

DIA BUKAN IBUKU#13Aku mengemudi kembali ke rumah sakit dengan kepala sedikit pusing. Tatapan mata coklat tadi tak bisa kulupakan. Perpaduan antara rasa sakit, rindu, dan dendam berbaur dalam tatapannya. "Aku telah jatuh cinta pada Ibumu sejak kami masih kecil. Kupikir tadinya itu adalah cinta monyet belaka. Nyatanya, aku tak pernah bisa melupakannya sedetikpun. Hingga dia kembali dari luar negeri dan menikah dengan Ayahmu, aku masih menatapnya dengan penuh cinta, tak peduli dia bahkan tak lagi menyadari keberadaanku."Aku terdiam mendengarnya. Pandangannya menerawang, menembus pucuk pucuk palem di halaman yang bergoyang dihembus angin."Ketika dia terkena HIV, aku bersiap, seandainya saja Nabil juga tak bisa menerima, aku akan dengan senang hati merawatnya. Aku tak peduli jika nantinya tertular. Mungkin dengan itu kami bisa selalu bersama, hidup dan mati bersama, berdua selamanya."Aku merinding mendengar kata-katanya. Tanpa sadar, mataku terkunci pada wajah lelaki itu. Dia seorang
last updateLast Updated : 2022-06-15
Read more

Bab 14. Rumah yang berbeda

DIA BUKAN IBUKU#14Papa akhirnya dipindahkan ke ruang ICU karena setelah menunggu selama satu jam tak juga sadarkan diri. Ketika tubuh diamnya di dorong keluar ruang observasi menuju ICU, kami semua terpaku. Mama berulang kali memejamkan mata. Sepertiku, Mama sekuat tenaga menahan air mata karena beliau tak mau anak-anaknya menjadi rapuh jika melihatnya menangis. Padahal tenggorokan kami tercekat oleh rasa sedih yang mengguncang. "Mama dan Alesha serta Naura sebaiknya pulanglah. Biar aku dan Adit yang menjaga Papa." Ujar Arsenio sambil menatap wajah kami yang kuyu.Mama diam saja, duduk dengan mata terpejam. Saat ini hampir tengah malam. Suasana rumah sakit terasa sunyi dan menyesakkan. Di tempat ini, entah berapa ribu tangis, doa dan harapan dilantunkan. "Bagaimana kalau Papa bangun dan Mama tak ada?" Mama menggelengkan kepala. "Adit saja yang pulang membawa Naura dan Alesha. Mama di sini sama Arsen."Kami semua tak beranjak. Rasanya tak ada yang ingin meninggalkan Papa sendirian.
last updateLast Updated : 2022-06-15
Read more

Bab 15. Sadar

DIA BUKAN IBUKU#15Aku memungut buku-buku yang berjatuhan itu, menatanya kembali di rak. Jantungku berdebar keras menyadari ada seseorang yang menguping pembicaraan kami. Selain Nenek dan Gilang, rumah ini hanya berisi para pelayan yang jumlahnya lima orang. Para pelayan, tentu tak berani mengintip majikannya sedang membicarakan sesuatu yang penting. Jadi, siapa lagi kalau bukan Gilang?Langkah kaki Nenek terdengar mendekat. Aku menoleh, melihat perempuan tua itu berjalan susah payah menghampiriku. Aku terdiam sesaat, berapakah usianya saat ini? Dia tampak tua dan lemah. Mungkinkah masih ada pikiran dan niat jahat di hatinya seperti dulu? "Kenapa Naura? Suara apa itu tadi?" Tanpa Nenek.Aku menggeleng."Suara buku buku jatuh. Apa ada tikus di rumah ini?"Nenek tertawa kecil."Tidak mungkin. Nenek selalu memastikan pelayan bekerja maksimal membersihkan rumah. Tapi mungkin saja ada yang luput. Sudahlah. Sebaiknya kau tidur, ini sudah hampir pagi.Aku mengangguk, bermaksud berjalan men
last updateLast Updated : 2022-06-15
Read more

Bab 16. Menjemlut Naura

DIA BUKAN IBUKU#16"Mana Naura?""Oh, Naura sedang pulang Mas. Mungkin pagi ini akan kesini lagi." Jawabku. Adrian tersenyum. Aku sedikit tak enak hati. Apa yang dia pikirkan tentang Naura? Adrian sangat menyayangi Naura, tak sedikitpun dia membedakan perlakuannya pada Naura meski tak ada darahnya mengalir pada gadis itu. "Iya Pa. Semalam Adit suruh Naura pulang karena wajahnya pucat.""Apa Naura sakit?" Tanyaku pada Adit.Adit menggeleng. Dia sepertinya menyembunyikan sesuatu karena beberapa kali dia melirik pada Arsen dan Alesha yang kini tertunduk.Aku menoleh kembali pada Adrian."Naura akan kesini Mas. Mas tak usah khawatir ya."Adrian tersenyum lemah. Tak lama, perawat datang dan mengusir kami dengan halus karena pasien harus beristirahat. Setelah mencium pipinya, kami beranjak keluar. Aku mengeluarkan ponsel, mencoba menghubungi Naura. Papanya tentu sangat ingin melhatnya juga. Namun berkali kali kuhubungi ponselnya tak juga diangkat. Apakah dia tidur?Aku kemudian mencoba m
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 17. Rumah yang asing

DIA BUKAN IBUKU 17PoV NAURADari kamarku di lantai atas, dapat kulihat punggung si kembar yang berjalan beriringan di halaman dengan langkah gontai. Wajah mereka murung. Hatiku sedih melihatnya mengingat si kembar kesayangan yang selama ini kubanggakan pada teman-teman harus menelan kekecewaan padaku. Tapi aku terpaksa melakukan ini semua. Aku akan tetap di sini sampai aku tahu siapa yang menyebabkan Papa celaka."Tolong biarkan kami bertemu Naura." Suara Aditya tadi terdengar jelas karena aku mendengarkan di balik gorden ruang tengah."Maaf Nak. Naura tidak mau ditemui siapapun." Ujar Nenek Grace."Tapi Mama meminta Naura untuk pulang.""Rumah Naura di sini. Bilang pada Vivian untuk merelakan Naura kembali pada keluarga aslinya."Adit dan Arsen diam sejenak. Hening bermenit-menit yang kurasakan itu demikian mengganggu. Betapa ingin aku berlari dan memeluk mereka berdua seperti dulu, membiarkan mereka menggoda, mengacak rambutku dan mengatakan kalau aku ini bule kesasar. Tenggorokank
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 18. Sesungguhnya, aku sangat merindukanmu

DIA BUKAN IBUKU 18Lis?Aku menatap perempuan yang dipanggil Lis oleh Nenek itu dari belakang. Dia seorang perempuan dewasa, mungkin seusia Kak Tiara. Wajahnya manis khas perempuan daerah pulau Jawa. Dan dia adalah yang termuda di antar pelayan lain yang rata rata usianya empat puluhan ke atas. Perempuan itu tampak salah tingkah melihatku menatapnya tak berkedip. Dia lalu meraih tangan Nenek yang terulur, menuntunnya berjalan menuju ruang tamu yang cukup jauh."Hey, siapa namamu?!"Pelayan itu berbalik, menatapku heran. Bahkan Nenek pun seperti menanti apa yang akan terjadi karena selama ini aku jarang sekali bersuara."Aku tanya siapa namamu Mbak. Aku risih jika harus memanggil kalian Hey hey saja." Ujarku beralasan. Perempuan itu masih diam sejenak."Nama saya Lisa."Aku meneliti wajahnya. Menatap rambut ikal yang dicepol di atas kepala, menyisakan sedikit ikal di bawah leher. Benarkah dia perempuan misterius di kamar atas tadi? Aku tak boleh gegabah. Mungkin sebaiknya aku perlu b
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 19. Dua orang pengkhianat

DIA BUKAN IBUKU 19Malam telah larut sempurna, di luar suara binatang nocturnal mulai terdengar. Nyanyian jangkrik, suara burung yang bersahutan bersama kesiur angin kencang. Cuaca memang sedang tidak baik-baik saja. Mungkin, seperti hatiku saat ini yang masih terus berdenyut nyeri. Wajah sedih Mama dan raut bersalah Alesha tak serta merta hilang dari ingatan. Apa yang akan dikatakan Mama pada Papa yang menunggu? Aku tahu semua yang Mama katakan benar, tentang rasa sayang mereka padaku, tentang penerimaan mereka yang tanpa syarat. Hanya saja, entah mengapa aku merasa harus tetap berada disini. Aku tak mau hal yang menimpa Papa terulang lagi pada salah satu orang yang kusayangi.Rasa kantuk seakan menjauh dariku. Kuraih ponsel di atas nakas, bertepatan dengan suara pesan masuk melalui WA. Aku mengerutkan kening, siapa yang mengirimiku pesan selarut ini?(Naura, maafkan aku.)Bisma. Wajahnya terbayang seketika itu juga. Aku menghela nafas. Setelah dua hari tanpa komunikasi, dan pertemu
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

Bab 20. Mengambil alih

DIA BUKAN IBUKU 20Aku nyaris tertidur ketika suara pintu dibuka terdengar di belakangku. Kupaksa mataku yang terasa lengket untuk terbuka lebar. Sesosok perempuan berbaju pelayan masuk ke kamar Nenek. Aku tahu itu Lisa. Apa yang akan dilakukannya sepagi ini? Bahkan adzan subuh belum lagi terdengar.Tiba-tiba saja, suara teriakan Lisa dari dalam kamar terdengar. Aku terkesiap, bangun dari sofa dengan mata terbuka sempurna. Kantukku telah hilang. Aku nyaris berlari kalau tak ingat ada cairan yang terlihat licin itu di depan pintu kamarku. Botolnya telah kosong."Nona Naura, Tuan Gilang! Tolong Nyonya!" Teriaknya begitu tiba di depan pintu kamar. Dan dia langsung terkejut melihatku berdiri di sana. Seperti melihat hantu, wajahnya langsung pucat pasi memandangiku yang kini tengah menatapnya dengan tajam."Nenek kenapa?" Tanyaku sambil menyeruak tubuhnya dan masuk ke kamar Nenek. Perempuan itu masih terdiam, seperti orang yang kehilangan kata-kata. Sesaat aku berhenti, menatap Lisa lekat.
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status