Home / Romansa / I Love You my Teacher / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of I Love You my Teacher: Chapter 1 - Chapter 10

14 Chapters

Tidur Bersama

Terdengar suara ponsel di atas nakas. Aku meraba untuk mengambilnya, dengan mata yang masih merasakan ngantuk.Ternyata itu dari temanku Linda.  "Hallo." "Ya Lin, Ada apa?"  Aku berpikir sejenak ... kenapa Linda malam-malam begini menelponku?  Aku mengucek mata. Terdengar suara cengengesan Linda karena telah berhasil menggangguku.  "Kamu sudah tidur?" tanya Linda.  "Ya, tapi kebangun karena kamu!" ucapku sedikit kesal sambil bangun dan menyandarkan punggungku dengan bantal.  "Jam segini udah tidur. Biasanya kan cinderella tidurnya malam 'kan?"  Aku tertawa kecil mendengar perkataan Linda. Ahirnya ngantukku pun hilang seketika, dia berhasil menggodaku.  Oh ya ... namaku Rizkia Ramadhani. Aku anak tunggal dari Dewi Kirana dan
Read more

Sahabatku mencintaiku

Aku dikagetkan dengan pertanyaan Arya yang menunggu jawaban dariku, tapi aku tak ingin menyakitinya ....  "Jawab, Kia." Arya memandangku lekat, membuatku tanpa sadar menggigit bibir bawah. Aku menghela napas perlahan.  "Arya, kita ini temenan dari kelas X kan? Aku udah nyaman seperti ini," ucapku pelan, takut melukai perasaannya.  "Tapi, Kia. Aku mencintaimu bukan sebagai teman. Pokoknya aku akan selalu menunggumu."  Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya. Arya itu memang baik, perhatian, ganteng juga, tapi aku menganggapnya hanya sebagai teman. Tidak lebih dari itu. Akan tetapi, nggak tahu juga kedepannya bagaimana. Mungkin hatiku akan berubah, tapi sepertinya ... enggak deh!  "Jangan seperti itu. Aku tak ingin kamu terluka karena berharap lebih," ucapku. 
Read more

Cinta dalam Diam

"Hallo, Kia. Kamu masih di sana?" terdengar suara Linda di ujung telepon sana mengagetkan dan memutus lamunanku.   "Ya, Lin ... oh ya, aku nggak tau siapa yang dibonceng Gilang waktu itu. Mungkin dia adiknya atau sepupunya. Kita nggak tau kan," ucapku menjelaskan supaya Linda tidak berlarut dalam tanda tanya besar.  "Kia, mana mungkin itu adiknya, orang sama-sama pakai seragam SMA 'kan? kalau sepupunya bisa jadi ...," ucapnya terhenti. ''Udah aah jangan ngomongin Gilang terus, kebagusan tuh anak," kataku sambil ketawa lepas.  Terdengar dari ujung telepon sana suara Linda pun tampak bahagia. Berhasil aku membuatnya terkekeh.  "Hari ini jam berapa mau ke rumahku?"  "Nanti aku telepon lagi, ya, aku mau siap-siap," jawab Linda.  Ahirnya kami pun mengahiri obrol
Read more

Katakan Cinta

Mungkinkah Pak Yuda?Apakah dia sudah mempunyai istri atau mungkin dia tunangannya? Hatiku sakit melihat mereka berduaan. Dada ini sesak memikirkannya.  Aku tidak mau berpikiran buruk. Kuharap ini hanya pikiran jelek saja. Aku mengalihkan perasaan yang tidak menentu ini dengan bertanya pada sahabatku.  "Lin, coba perhatikan meja Pak Yuda di sana?" Linda kaget melihat ke arah meja sana.  "Kia, di sana ada seorang cewek duduk dengan Pak Yuda, kayanya anak kuliahan deh," ucap Linda, mungkin karena melihat penampilannya.  "Ya, benar ... kenapa kita nggak tau yah kapan datangnya?" kataku sambil mengeryitkan dahi penuh keheranan.  "Iyalah ... karena kita sibuk menikmati makanan tadi," ujarnya lagi.  "Aku kok merasa sedih ya, Lin." Mataku berkaca-kaca. Aku memalingkan wajahku ke ara
Read more

Diterima atau Ditolak?

"Maafkan Bapak, Kia. Saya sudah punya pasangan dan kami sebentar lagi akan segera menikah," ucap Pak Yuda tersenyum seraya menepuk bahuku. Seiring langkah beliau, tersimpan rasa nyeri di hati ini.  Bagai tertusuk panah tajam yang menghujam jantung mendengar perkataanya itu. Tubuhku lunglai seperti tanpa tulang, kakiku lemas seakan tak berpijak, pertahananku runtuh.  Kumenyandarkan tubuh ini ke dinding sebelum diri ini terjatuh. Kutangkup kedua tangan ke wajah dan kubiarkan telapakku ikut basah oleh lelehan air mata.  "Kia, kamu kenapa?" Terdengar lirih suara Linda bertanya dan dia sudah ada di hadapanku. Aku langsung memeluk dan menangis sesenggukan di pundak Linda, tanpa menghiraukan pertanyaannya.  "Sudah ... ayo kita masuk ke kelas. Sebentar lagi pelajaran dimulai."  Linda memapahku menuju ke
Read more

Jujur

Ternyata benar Pak Yuda adalah temennya Omku. Apakah aku harus jujur dan bilang kalau aku menyukai temannya?     "Ya Om ... dia guruku," kataku sambil menoleh ke arahnya, lalu berpaling lagi dan menunduk.     "Kok kamu sedih gitu, mata kamu kenapa bengkak ... habis nangis, ya?"     Aku bingung harus jawab apa. "Nggak apa-apa Om."     "Oh ya, Linda kenapa nggak ikut pulang bareng kamu?"     "Dia pulang sama temen, Om," kataku.   Mobil pun melaju cepat. Omku fokus mengemudi dan aku memikirkan kejadian yang menimpaku tadi, penolakan dari Pak Yuda.     Tak terasa kami pun sampai di pelataran rumah. Aku turun dari mobil dan cepat-cepat masuk ke rumahku, lalu berlari menaiki anak tangga.       Menahan sesak yang sedari ta
Read more

Ada yang Bahagia

  "Linda, Arya! Kalian di sini?"  Aku terbangun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri mereka, kemudian memeluk mesra sahabatku Linda. Kangen sekali karena tiga hari ini nggak ketemu.  "Kamu sakit apa? Nggak kenapa-napa 'kan?" ucap Arya menatap penuh kekhawatiran.  "Nggak apa-apa ...," ucapku sambil melirik ke arah Linda.  Linda tersenyum manis sambil menganggukan kepala pelan. Dia tahu apa yang kurasakan dan dia mengerti apa yang terjadi padaku.   "Kalian ayo duduk sini," kataku sambil berjalan ke sofa yang ada di kamar, mereka berdua pun mengekor di belakang.  "Mama tinggal dulu ya, mau ambil minum dan cemilan ke bawah."  "Jangan ngerepotin, Tante," kata Linda seraya tersenyum.  
Read more

Jadian

"Hari ini dan seterusnya, kamu akan diantar jemput oleh Pak Udin. Dia udah ada di luar," kata Omku.   Aku mengembuskan napas sedikit kesal. Kirain tentang Pak Yuda. Move on Kia, suara dalam hatiku.   "Gimana, kok kayak nggak seneng gitu?"    "Kia seneng kok. Makasih, ya Om," ucapku sambil tersenyum.     "Ma, pulang sekolah nanti Pak Udin nggak usah jemput, ya," kataku.    "Ya, tapi kenapa emangnya?"   "Hari ini Kia bareng Arya ... dia ngajakin jalan dulu sepulang sekolah."     "Ya udah, nggak apa-apa, tapi hati-hati, ya."   "Ya, Ma."     Selesai juga kami bertiga sarapan. Aku  pamit menyalami Mama. Dia mengantar kami sampai pintu. Om Aldi berangkat sendiri dengan mobilnya. Sedangkan aku dengan Pak Udin dan sekalian ke rumah Linda biar berangkat
Read more

Sedih

Ternyata yang memanggil namaku adalah Om Aldi. Kupikir siapa, dia bersama cewek, siapa dia? Perasaan aku pernah liat tuh cewek. Oh iya, dia cewek berkerudung yang waktu itu bersama pak Yuda. Kemudian Om Aldi dan cewek itu menghampiri aku dan Arya.     "Kia, kalian di sini?"    "Ehh Om Aldi ... ya, Om," kataku. "Ngapain, Om juga di sini?"     Aku melirik ke arah wanita itu seraya tersenyum padanya, dia pun membalas senyumku. Lalu ia beralih menatap Omku sambil mengernyitkan dahi. Om Aldi mengerti apa maksud dari wanita itu, lalu mengenalkannya pada kami.     "Oh iya, ini temen Om. Syahira namanya."   Aku tersenyum dan menyalaminya, lalu disusul oleh Arya.   "Om tinggal dulu, ya. Mau cari tempat duduk yang kosong."      Aku hanya menganggukkan kepala pelan sambil tersenyum. Ada s
Read more

Berita Penting

Apakah aku harus jujur pada Om Aldi kalau aku sudah menerima Arya?     Aku menganggukan kepala pelan. Ahirnya aku memberitahukannya, Om Aldi mengernyitkan dahinya terlihat bingung.     "Hah!"     Benarkan ucapanku, dia sedikit kaget. Dia berbalik menghadap ke arahku dengan tatapan tajam.     "Ya, aku menerima Arya sebagai pacarku."     "Tapi kamu nggak mencintainya, 'kan?" tanya Om Aldi.     "Om kan tau ... siapa orang yang Kia cintai."     Pak Yuda, dialah yang kucintai. Aku tak bisa melupakannya. Rasa ini akan terus ada meskipun tak berbalas.     "Aku menerima Arya karena kasian Om, dia udah lama nembak terus, tapi aku selalu tak menanggapinya." Lagi aku menjelaskan.     Oke aku n
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status