Beranda / Romansa / I Love You my Teacher / Diterima atau Ditolak?

Share

Diterima atau Ditolak?

Penulis: Rin's
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Maafkan Bapak, Kia. Saya sudah punya pasangan dan kami sebentar lagi akan segera menikah," ucap Pak Yuda tersenyum seraya menepuk bahuku. Seiring langkah beliau, tersimpan rasa nyeri di hati ini.

Bagai tertusuk panah tajam yang menghujam jantung mendengar perkataanya itu. Tubuhku lunglai seperti tanpa tulang, kakiku lemas seakan tak berpijak, pertahananku runtuh.

Kumenyandarkan tubuh ini ke dinding sebelum diri ini terjatuh. Kutangkup kedua tangan ke wajah dan kubiarkan telapakku ikut basah oleh lelehan air mata.

"Kia, kamu kenapa?" Terdengar lirih suara Linda bertanya dan dia sudah ada di hadapanku.

Aku langsung memeluk dan menangis sesenggukan di pundak Linda, tanpa menghiraukan pertanyaannya.

"Sudah ... ayo kita masuk ke kelas. Sebentar lagi pelajaran dimulai."

Linda memapahku menuju kelas. Kemudian terdengar langkah yang tergesa-gesa menghampiri. Aku melirik sekilas oleh ujung mata. Sosok tubuh tinggi tegap dengan wajah risau milik Arya, dari tingkahnya ia tampak kebingungan dan juga khawatir.

"Kamu kenapa, Kia?" tanyanya sambil memegang tanganku.

Arya adalah sosok sahabat setia, ia juga menyukaiku. Tapi aku tak meresponnya karena aku menyukai wali kelasku. Hingga saat ini aku nggak bisa memberikan hatiku untuknya. Arya memang baik, ganteng, tapi aku menyukai seseorang yang lebih dewasa. Mungkin karena aku tak punya sosok ayah dan kakak laki-laki.

"Aku nggak apa-apa," ucapku datar.

"Tapi ... kenapa kamu nangis, Kia?"

"Sudah Arya, biarkan dia tenang dulu!" seru Linda sedikit dengan nada tinggi.

"Emang ada apaan?" tanya penasaran Arya.

"Arya!" Linda semakin kesal dibuatnya.

Kemudian Arya pun pergi ke tempat duduknya kembali. Kulihat di matanya ada rasa sedih dan kecewa di sana. Aku pun mengerti pa yang terjadi padanya.

Tak lama kemudian masuklah guru pelajaran yang baru dan kegiatan belajar mengajar kembali dilanjutkan. Sampai ahirnya bel tanda untuk istirahat pun berbunyi.

"Kia, kamu mau ke kantin?" tanya Linda seraya tersenyum. Dia mengajakku, tapi aku tak menghiraukannya.

Serasa tak bertenaga tubuh ini untuk melangkah. Apalagi untuk ke kantin. Selera untuk makan telah hilang. Hatiku hancur berkeping-keping. Sakit sekali.

"Aku di kelas aja, nggak lapar kok," ucapku pelan, lalu Linda pun pergi meninggalkanku sendirian di kelas ini.

"Ya Allah, kuatkan aku," batinku.

Aku harus kuat menerima kenyataan, bahwa Pak Yuda sudah punya pasangan. Aku sadar sepenuhnya, dia tidak memiliki rasa seperti yang aku punya. Kini, aku menyesal telah mengungkapkan perasaan ini pada Pak Yuda.

Kulihat dari kaca jendela Pak Yuda berjalan melewati kelasku. Dia melirik ke arahku, kemudian masuk ke kelas. Aku sedikit heran dengan apa yang dilakukannya, lalu ia duduk di depanku. Aku merapikan rambut yang agak sedikit acak-acakan.

"Kia, maafkan saya, ya," katanya sambil tersenyum menatapku.

"Nggak apa-apa, Pak. Seharusnya Kia yang minta maaf bukan Bapak." Aku menunduk sambil memainkan ujung pakaian.

"Bapak yakin, pasti banyak yang suka sama Kia karena kamu cantik," ucapnya menghiburku.

Kedua sudut bibirku sedikit terangkat ke atas mendengar perkataan Pak Yuda.

"Ya sudah, Bapak tinggal dulu. Bergabunglah sana sama teman-temanmu."

Aku hanya mengangguk seraya tersenyum yang dipaksakan, kemudian Pak Yuda pun pergi meninggalkanku sendirian lagi di kelas ini.

Mengingat kejadian penolakan dari Pak Yuda tadi, hatiku hancur, sakit sekali. Selama ini aku jatuh cinta dalam diam, memendam sendiri tanpa dia mengetahui. Namun, disisi lain, sesuatu yang mengganjal di hati sudah kuungkapkan. Walaupun ahirnya aku yang harus terluka. Bulir bening pun kembali mengalir deras di pipi mewakili semua perasaanku. 

Selang beberapa menit Linda datang ke kelas dan duduk di sampingku, kemudian aku menghapus air mata ini dengan kasar.

"Ayo sekarang ceritakan kejadian tadi yang bikin kamu nangis seperti ini. Apa Pak Yuda menolakmu? Apa dia sudah beristri?" tanya linda penasaran.

"Enggak, dia belum beristri, tapi ... sebentar lagi akan segera menikah," kataku sambil menunduk lesu dan air mata pun tumpah kembali.

Aku harus berusaha untuk menghentikan bulir bening ini, tapi entah mengapa terus menetes seperti ini. 

Mulai sekarang aku harus melupakannya. Menghilangkan semua rasa ini pada Pak Yuda. Apakah aku sanggup?

"Semangat dong, Kia. Jangan sedih gitu. Sebelum janur kuning melengkung kamu masih punya kesempatan," ucap Linda meyakinkanku sambil tersenyum memegang kedua tanganku.

"Apaan sih kamu, Lin."

Ahirnya Linda berhasil membuatku tersenyum kembali. Dia memang best friend, tak mau melihatku terus berlarut dalam kesedihan.

"Kenapa? Benar 'kan ucapanku? Sebelum janur kuning melengkung kamu masih punya kesempatan." Dia mengulangi perkataannya dan kami pun tertawa geli.

Aku mencari sesuatu di dalam tas, ingin berkaca melihat wajah sendiri karena habis menangis tadi. Aku malu kalau dilihat yang lain mataku merah dan bengkak lagi.

"Lin, mataku bengkak, ya?"

"Dikit, nggak kelihatan kok," ungkapnya.

Kemudian bel pun berbunyi tanda masuk pelajaran baru lagi. Dua jam sudah kegiatan belajar pun ahirnya selesai. Bel kembali berbunyi tanda istirahat untuk salat dhuhur. Kemudian kami pun pergi meninggalkan kelas kami menuju masjid.

Setelah selesai salat, aku duduk di teras masjid sendirian. Wajahku mungkin kelihatannya murung. Yalah karena hatiku sedang tidak baik-baik saja. Jelasnya sedang terluka.

Adakah yang mau menghiburku? Suara dalam hatiku. Tatapanku kosong ke depan. Tiba-tiba terdengar suara seseorang.

"Kemanakah senyum ceria yang selalu terpancar indah itu?"

Aku menengadah ke arah suara itu. Ternyata Arya. Dia sudah berada di hadapanku. Aku hanya tersenyum padanya dan aku sama sekali nggak menyadari kehadirannya. Ia pun duduk.

"Kenapa?" tanya Arya.

"Aku nggak apa-apa?"

"Aku punya sesuatu buat kamu." Aku menatap ke arahnya. Dia tersenyum dan mengambil sesuatu di saku celananya. "Ini buat kamu." 

Dia memberikan coklat kesukaanku. Sebuah kertas sudah tertempel di bagian depannya.

Melihatmu murung adalah hal yang sangat menyiksaku. Lepaskanlah siksaan ini dengan menikmatinya.

Begitulah tulisan yang ada di kertas tersebut. Dia selalu bisa membuatku tersenyum.

"Makasih ya, Ar."

"Makan dong ... aku tak tahan melihatmu begini, jadi layu bunga-bunga di hatiku."

Aku tersenyum kembali dibuatnya. Gombalan itu ... membuatmu bahagia. Andai itu Pak Yuda.

"Sudah, Kia. Berhentilah menyiksa dirimu sendiri. Lupakan dia dan berhenti memikirkannya," batinku.

"Kalian lagi ngapain?" Linda datang menghampiri kami berdua dan dia duduk di antara kami.

"Aku lagi nemenin, Kia ... kamu ke mana saja? Temen lagi sedih malah ditinggal," kata Arya sedikit kesal.

"Maaf ya, Kia," kata Linda memelas sambil memeluk pundakku.

Aku mengangguk, kedua sudut bibirku terangkat ke atas. Kemudian terdengar suara bel berbunyi. Kami bertiga pun berjalan ke arah kelas.

Kegiatan belajar mengajar pun kembali dilanjutkan dan hari ini pelajaran terahir di hari ini. Dua jam berlalu pelajaran pun selesai, kemudian bel pun kembali berbunyi dan waktunya untuk pulang.Tepat pukul tiga sore.

"Kia, hari ini Gilang ngajak pulang bareng. Aku nggak enak sama kamu," kata Linda memasang wajah cemberut.

"Nggak apa-apa, Lin. Jadi kamu pas istirahat dhuhur tadi ngobrol sama Gilang, ya?"

Linda mengangguk malu-malu. Kemudian Arya datang menghampiri kami.

"Kia, pulang bareng aku, yuk?" ajak Arya sambil menatapku menunggu jawaban.

"Nggak, Ar. Kebetulan Omku mau jemput ke sini."

Kami bertiga pun segera keluar dari kelas untuk menuju gerbang. Dan yang lain sudah pada pulang dan sekolah pun tampak sepi.

Linda pulang bersama Gilang. Aku nyampe di gerbang sekolah dan mencari mobil omku. Ternyata dia sudah ada di depan.

Arya datang dengan motor gedenya, tepat di depanku ketika aku menyebrang ke mobil Omku.

"Ayo pulang bareng? Udah ada yang jemput belum?" tanya Arya khawatir.

"Udah ada kok, makasih ya," kataku sambil menunjuk ke arah mobil di sebrang jalan.

''Okay kalau gitu ... aku seneng dengernya," kata Arya sambil memakai helm.

Aku pun melanjutkan langkahku ke mobil omku, pintu mobil pun terbuka. Aku tersenyum padanya, lalu duduk.

"Om sudah lama, ya?"

"Nggak, baru juga nyampe. Nanti Om mau cariin supir buat antar jemput kamu," katanya sambil melajukan mobil.

"Kenapa? Om bosan jemput Kia terus?"

"Bukan gitu ... Om kan nggak bisa tiap hari jemput kamu."

"Gimana kalau ajarin Kia nyetir aja biar bis--" Belum selesai bicara Om sudah menjawab.

"Nggak boleh!" serunya.

Aku manyun seketika. Diperjalanan pulang menuju rumah, Omku bertanya karena melihat sikapku yang murung dan sedih, mungkin juga karena melihat mata ini bengkak.

"Kamu habis nangis?"

Aku hanya memalingkan muka ke arah kaca mobil. Aku harus memastikan sesuatu dulu pada Omku.

"Kia boleh nanya nggak, Om?"

"Boleh. Apa?

"Siapa temen Om yang ketemu di Restauran kemarin?" tanyaku.

"Yuda Irawan. Dia temen Om waktu kuliah dulu ... dia mengajar di SMA---" ucapnya terhenti. "Apa dia guru kamu?"

Bab terkait

  • I Love You my Teacher   Jujur

    Ternyata benar Pak Yuda adalah temennya Omku. Apakah aku harus jujur dan bilang kalau aku menyukai temannya? "Ya Om ... dia guruku," kataku sambil menoleh ke arahnya, lalu berpaling lagi dan menunduk. "Kok kamu sedih gitu, mata kamu kenapa bengkak ... habis nangis, ya?" Aku bingung harus jawab apa. "Nggak apa-apa Om." "Oh ya, Linda kenapa nggak ikut pulang bareng kamu?" "Dia pulang sama temen, Om," kataku. Mobil pun melaju cepat. Omku fokus mengemudi dan aku memikirkan kejadian yang menimpaku tadi, penolakan dari Pak Yuda. Tak terasa kami pun sampai di pelataran rumah. Aku turun dari mobil dan cepat-cepat masuk ke rumahku, lalu berlari menaiki anak tangga. Menahan sesak yang sedari ta

  • I Love You my Teacher   Ada yang Bahagia

    "Linda, Arya! Kalian di sini?"Aku terbangun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri mereka, kemudian memeluk mesra sahabatku Linda. Kangen sekali karena tiga hari ini nggak ketemu."Kamu sakit apa? Nggak kenapa-napa 'kan?" ucap Arya menatap penuh kekhawatiran."Nggak apa-apa ...," ucapku sambil melirik ke arah Linda.Linda tersenyum manis sambil menganggukan kepala pelan. Dia tahu apa yang kurasakan dan dia mengerti apa yang terjadi padaku."Kalian ayo duduk sini," kataku sambil berjalan ke sofa yang ada di kamar, mereka berdua pun mengekor di belakang."Mama tinggal dulu ya, mau ambil minum dan cemilan ke bawah.""Jangan ngerepotin, Tante," kata Linda seraya tersenyum.

  • I Love You my Teacher   Jadian

    "Hari ini dan seterusnya, kamu akan diantar jemput oleh Pak Udin. Dia udah ada di luar," kata Omku. Aku mengembuskan napas sedikit kesal. Kirain tentang Pak Yuda. Move on Kia, suara dalam hatiku. "Gimana, kok kayak nggak seneng gitu?" "Kia seneng kok. Makasih, ya Om," ucapku sambil tersenyum. "Ma, pulang sekolah nanti Pak Udin nggak usah jemput, ya," kataku. "Ya, tapi kenapa emangnya?" "Hari ini Kia bareng Arya ... dia ngajakin jalan dulu sepulang sekolah." "Ya udah, nggak apa-apa, tapi hati-hati, ya." "Ya, Ma." Selesai juga kami bertiga sarapan. Aku pamit menyalami Mama. Dia mengantar kami sampai pintu. Om Aldi berangkat sendiri dengan mobilnya. Sedangkan aku dengan Pak Udin dan sekalian ke rumah Linda biar berangkat

  • I Love You my Teacher   Sedih

    Ternyata yang memanggil namaku adalah Om Aldi. Kupikir siapa, dia bersama cewek, siapa dia? Perasaan aku pernah liat tuh cewek. Oh iya, dia cewek berkerudung yang waktu itu bersama pak Yuda. Kemudian Om Aldi dan cewek itu menghampiri aku dan Arya. "Kia, kalian di sini?" "Ehh Om Aldi ... ya, Om," kataku. "Ngapain, Om juga di sini?" Aku melirik ke arah wanita itu seraya tersenyum padanya, dia pun membalas senyumku. Lalu ia beralih menatap Omku sambil mengernyitkan dahi. Om Aldi mengerti apa maksud dari wanita itu, lalu mengenalkannya pada kami. "Oh iya, ini temen Om. Syahira namanya." Aku tersenyum dan menyalaminya, lalu disusul oleh Arya. "Om tinggal dulu, ya. Mau cari tempat duduk yang kosong." Aku hanya menganggukkan kepala pelan sambil tersenyum. Ada s

  • I Love You my Teacher   Berita Penting

    Apakah aku harus jujur pada Om Aldi kalau aku sudah menerima Arya? Aku menganggukan kepala pelan. Ahirnya aku memberitahukannya, Om Aldi mengernyitkan dahinya terlihat bingung. "Hah!" Benarkan ucapanku, dia sedikit kaget. Dia berbalik menghadap ke arahku dengan tatapan tajam. "Ya, aku menerima Arya sebagai pacarku." "Tapi kamu nggak mencintainya, 'kan?" tanya Om Aldi. "Om kan tau ... siapa orang yang Kia cintai." Pak Yuda, dialah yang kucintai. Aku tak bisa melupakannya. Rasa ini akan terus ada meskipun tak berbalas. "Aku menerima Arya karena kasian Om, dia udah lama nembak terus, tapi aku selalu tak menanggapinya." Lagi aku menjelaskan. Oke aku n

  • I Love You my Teacher   Ikut Sedih atau Bahagia?

    Hatiku merasa tak enak, gelisah tak tenang. Apa yang terjadi sama Pak Yuda? Kuharap nggak terjadi apa-apa sama Pak Yuda.Aku menghela napas berat. Pikiran buruk pun melintas di kepalaku. Tenanglah, Kia. Suara hati kecilku berkata.Aku menepuk keningku sendiri dengan tangan. Jenny benar-benar mhuatku penasaran."Oh ya lupa, kamu kan rumahnya dekat sama Pak Yuda, ya?" tanyaku pada Jenny."Ya," ucap jenny cepat."Ayo cepat katakan, ada apa dengan wali kelas kita? Jangan bikin gue penasaran," ucap Linda sedikit agak kesal terhadap Jenny.Aku pun mengangguk cepat menyetujui apa yang Linda katakan. Tatapanku fokus terhadap Jenny, jantungku berdetak sangat cepat, darahku berdesir."Kata Ibu gue, tunangannya Pak Yuda kecelakaan."

  • I Love You my Teacher   Keputusan Besar

    Seminggu berlalu, UTS pun berahir. Dan selama seminggu pula Pak Yuda tidak kelihatan ke sekolah, aku mengerti karena masih dalam masa berkabung.Aku pikir Omku tidak tahu dengan yang menimpa Pak Yuda saat itu, akan tetapi ternyata omku lah yang membantu saat kecelakaan terjadi yang menimpa tunangan Pak Yuda.Omku terbaik deh, benar-benar sahabat sejati. Support moril memang sangat dibutuhkan oleh Pak Yuda. Dan aku senang banget, kata omku pak Yuda sudah mengetahui kalau aku ini adalah keponakan Om Aldi, temannya.Aku jadi kepikiran Pak Yuda lagi. Andaikan aku bisa menghiburnya saat itu, pasti bahagia sekali.Hari ini adalah hari pertama libur setelah UTS. Di rumah aku hanya rebahan saja dan berdua bersama omku karena mama lagi keluar sama Bu Wati untuk membeli keperluan dapur.

  • I Love You my Teacher   Kencan

    Dua minggu berlalu setelah putus dengan Arya. Aku semakin mencintai Pak Yuda, hubunganku dengannya semakin dekat karena Pak Yuda sering main ke rumahku menemui Om Aldi dua Minggu terahir ini. Namun, Pak Yuda belum mengungkapkan cintanya padaku.Aku yakin pak Yuda juga menyukaiku dan aku belum menembaknya lagi. Setidaknya dia sudah tahu perasaanku padanya. Rasa cinta ini semakin dalam dan semakin bertambah seiring waktu.Mamaku pun sudah mengetahui kalau aku mencintai pak Yuda. Awalnya Mamaku tidak menyuakainya, tapi setelah kujelaskan panjang lebar Mama ahirnya mengerti. Ia memberiku semangat untuk mendapatkan cinta Pak Yuda. Mama bilang jika itu membuatku bahagia maka ia akan mendukungku sepenuhnya.Hubungan Om Aldi dengan Syahira pun semakin serius. Dan malam ini rencananya kita mau keluar untuk dinner bersama. Pak Yuda manjemputku ke rumah bersama Syahira--ponakannya, ja

Bab terbaru

  • I Love You my Teacher   Takdir

    Aku bahagia sekali malam ini. Ternyata Pak Yuda juga mencintaiku. Temanku harus tahu tentang semua ini, kucoba menelpon Linda."Hallo, Lin.""Ya ada apa, Kia?""Malam ini aku habis jalan sama Pak Yuda," kataku."Wah ... selamat ya, Kia. Terus, ceritain lagi dong!" ujar Linda penasaran."Ternyata Pak Yuda selama ini menaruh hati padaku, Lin. Aku bahagia sekali. Dia bertanya padaku. Apakah cinta yang dulu masih ada untuknya?""Aaah so sweet," ucap Linda di ujung telepon sana."Dan aku pun mengangguk. Dia tidak tau kalau cintaku padanya tak akan hilang ... walaupun aku sempat berhubungan dengan Arya, tapi sekarang aku lega karena sudah putus dengan Arya. Tidak ada lagi penghalang," kataku panjang lebar mengutarakan isi hatiku pada Linda."Sekali lagi selamat ya, Kia. Ahirnya apa yang kamu inginkan ahirnya tercapai ... menjadi kekasihnya Pak Yuda.""Ya, Lin. Makasih, ya. Berkat kamu juga aku bisa melewati semua ini. Aku kuat karena kamu selalu nyemangatin. Dan selalu memberikan yang terba

  • I Love You my Teacher   Kencan

    Dua minggu berlalu setelah putus dengan Arya. Aku semakin mencintai Pak Yuda, hubunganku dengannya semakin dekat karena Pak Yuda sering main ke rumahku menemui Om Aldi dua Minggu terahir ini. Namun, Pak Yuda belum mengungkapkan cintanya padaku.Aku yakin pak Yuda juga menyukaiku dan aku belum menembaknya lagi. Setidaknya dia sudah tahu perasaanku padanya. Rasa cinta ini semakin dalam dan semakin bertambah seiring waktu.Mamaku pun sudah mengetahui kalau aku mencintai pak Yuda. Awalnya Mamaku tidak menyuakainya, tapi setelah kujelaskan panjang lebar Mama ahirnya mengerti. Ia memberiku semangat untuk mendapatkan cinta Pak Yuda. Mama bilang jika itu membuatku bahagia maka ia akan mendukungku sepenuhnya.Hubungan Om Aldi dengan Syahira pun semakin serius. Dan malam ini rencananya kita mau keluar untuk dinner bersama. Pak Yuda manjemputku ke rumah bersama Syahira--ponakannya, ja

  • I Love You my Teacher   Keputusan Besar

    Seminggu berlalu, UTS pun berahir. Dan selama seminggu pula Pak Yuda tidak kelihatan ke sekolah, aku mengerti karena masih dalam masa berkabung.Aku pikir Omku tidak tahu dengan yang menimpa Pak Yuda saat itu, akan tetapi ternyata omku lah yang membantu saat kecelakaan terjadi yang menimpa tunangan Pak Yuda.Omku terbaik deh, benar-benar sahabat sejati. Support moril memang sangat dibutuhkan oleh Pak Yuda. Dan aku senang banget, kata omku pak Yuda sudah mengetahui kalau aku ini adalah keponakan Om Aldi, temannya.Aku jadi kepikiran Pak Yuda lagi. Andaikan aku bisa menghiburnya saat itu, pasti bahagia sekali.Hari ini adalah hari pertama libur setelah UTS. Di rumah aku hanya rebahan saja dan berdua bersama omku karena mama lagi keluar sama Bu Wati untuk membeli keperluan dapur.

  • I Love You my Teacher   Ikut Sedih atau Bahagia?

    Hatiku merasa tak enak, gelisah tak tenang. Apa yang terjadi sama Pak Yuda? Kuharap nggak terjadi apa-apa sama Pak Yuda.Aku menghela napas berat. Pikiran buruk pun melintas di kepalaku. Tenanglah, Kia. Suara hati kecilku berkata.Aku menepuk keningku sendiri dengan tangan. Jenny benar-benar mhuatku penasaran."Oh ya lupa, kamu kan rumahnya dekat sama Pak Yuda, ya?" tanyaku pada Jenny."Ya," ucap jenny cepat."Ayo cepat katakan, ada apa dengan wali kelas kita? Jangan bikin gue penasaran," ucap Linda sedikit agak kesal terhadap Jenny.Aku pun mengangguk cepat menyetujui apa yang Linda katakan. Tatapanku fokus terhadap Jenny, jantungku berdetak sangat cepat, darahku berdesir."Kata Ibu gue, tunangannya Pak Yuda kecelakaan."

  • I Love You my Teacher   Berita Penting

    Apakah aku harus jujur pada Om Aldi kalau aku sudah menerima Arya? Aku menganggukan kepala pelan. Ahirnya aku memberitahukannya, Om Aldi mengernyitkan dahinya terlihat bingung. "Hah!" Benarkan ucapanku, dia sedikit kaget. Dia berbalik menghadap ke arahku dengan tatapan tajam. "Ya, aku menerima Arya sebagai pacarku." "Tapi kamu nggak mencintainya, 'kan?" tanya Om Aldi. "Om kan tau ... siapa orang yang Kia cintai." Pak Yuda, dialah yang kucintai. Aku tak bisa melupakannya. Rasa ini akan terus ada meskipun tak berbalas. "Aku menerima Arya karena kasian Om, dia udah lama nembak terus, tapi aku selalu tak menanggapinya." Lagi aku menjelaskan. Oke aku n

  • I Love You my Teacher   Sedih

    Ternyata yang memanggil namaku adalah Om Aldi. Kupikir siapa, dia bersama cewek, siapa dia? Perasaan aku pernah liat tuh cewek. Oh iya, dia cewek berkerudung yang waktu itu bersama pak Yuda. Kemudian Om Aldi dan cewek itu menghampiri aku dan Arya. "Kia, kalian di sini?" "Ehh Om Aldi ... ya, Om," kataku. "Ngapain, Om juga di sini?" Aku melirik ke arah wanita itu seraya tersenyum padanya, dia pun membalas senyumku. Lalu ia beralih menatap Omku sambil mengernyitkan dahi. Om Aldi mengerti apa maksud dari wanita itu, lalu mengenalkannya pada kami. "Oh iya, ini temen Om. Syahira namanya." Aku tersenyum dan menyalaminya, lalu disusul oleh Arya. "Om tinggal dulu, ya. Mau cari tempat duduk yang kosong." Aku hanya menganggukkan kepala pelan sambil tersenyum. Ada s

  • I Love You my Teacher   Jadian

    "Hari ini dan seterusnya, kamu akan diantar jemput oleh Pak Udin. Dia udah ada di luar," kata Omku. Aku mengembuskan napas sedikit kesal. Kirain tentang Pak Yuda. Move on Kia, suara dalam hatiku. "Gimana, kok kayak nggak seneng gitu?" "Kia seneng kok. Makasih, ya Om," ucapku sambil tersenyum. "Ma, pulang sekolah nanti Pak Udin nggak usah jemput, ya," kataku. "Ya, tapi kenapa emangnya?" "Hari ini Kia bareng Arya ... dia ngajakin jalan dulu sepulang sekolah." "Ya udah, nggak apa-apa, tapi hati-hati, ya." "Ya, Ma." Selesai juga kami bertiga sarapan. Aku pamit menyalami Mama. Dia mengantar kami sampai pintu. Om Aldi berangkat sendiri dengan mobilnya. Sedangkan aku dengan Pak Udin dan sekalian ke rumah Linda biar berangkat

  • I Love You my Teacher   Ada yang Bahagia

    "Linda, Arya! Kalian di sini?"Aku terbangun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri mereka, kemudian memeluk mesra sahabatku Linda. Kangen sekali karena tiga hari ini nggak ketemu."Kamu sakit apa? Nggak kenapa-napa 'kan?" ucap Arya menatap penuh kekhawatiran."Nggak apa-apa ...," ucapku sambil melirik ke arah Linda.Linda tersenyum manis sambil menganggukan kepala pelan. Dia tahu apa yang kurasakan dan dia mengerti apa yang terjadi padaku."Kalian ayo duduk sini," kataku sambil berjalan ke sofa yang ada di kamar, mereka berdua pun mengekor di belakang."Mama tinggal dulu ya, mau ambil minum dan cemilan ke bawah.""Jangan ngerepotin, Tante," kata Linda seraya tersenyum.

  • I Love You my Teacher   Jujur

    Ternyata benar Pak Yuda adalah temennya Omku. Apakah aku harus jujur dan bilang kalau aku menyukai temannya? "Ya Om ... dia guruku," kataku sambil menoleh ke arahnya, lalu berpaling lagi dan menunduk. "Kok kamu sedih gitu, mata kamu kenapa bengkak ... habis nangis, ya?" Aku bingung harus jawab apa. "Nggak apa-apa Om." "Oh ya, Linda kenapa nggak ikut pulang bareng kamu?" "Dia pulang sama temen, Om," kataku. Mobil pun melaju cepat. Omku fokus mengemudi dan aku memikirkan kejadian yang menimpaku tadi, penolakan dari Pak Yuda. Tak terasa kami pun sampai di pelataran rumah. Aku turun dari mobil dan cepat-cepat masuk ke rumahku, lalu berlari menaiki anak tangga. Menahan sesak yang sedari ta

DMCA.com Protection Status