Share

I Love You my Teacher
I Love You my Teacher
Author: Rin's

Tidur Bersama

Author: Rin's
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Terdengar suara ponsel di atas nakas. Aku meraba untuk mengambilnya, dengan mata yang masih merasakan ngantuk.Ternyata itu dari temanku Linda.

"Hallo."

"Ya Lin, Ada apa?"

Aku berpikir sejenak ... kenapa Linda malam-malam begini menelponku?  Aku mengucek mata. Terdengar suara cengengesan Linda karena telah berhasil menggangguku.

"Kamu sudah tidur?" tanya Linda.

"Ya, tapi kebangun karena kamu!" ucapku sedikit kesal sambil bangun dan menyandarkan punggungku dengan bantal.

"Jam segini udah tidur. Biasanya kan cinderella tidurnya malam 'kan?"

Aku tertawa kecil mendengar perkataan Linda. Ahirnya ngantukku pun hilang seketika, dia berhasil menggodaku.

Oh ya ... namaku Rizkia Ramadhani. Aku anak tunggal dari Dewi Kirana dan Burhan Ramadhan. Aku tinggal di rumah bersama Mamaku dan Om Aldi--adik Papa satu-satunya. Papaku udah lama meninggal karena penyakit paru-paru yang dideritanya. Kembali ke percakapanku dengan Linda.

"Kenapa, Lin?"

"Kamu udah ngerjain PR? Aku hanya mengingatkan takut kamu lupa," ucapnya sambil ketawa bahagia.

"Oh iya ... belum beres sih, bilang aja kamu besok mau nyontek, ya?" ucapku menggodanya.

"Itu tau," ucapnya sambil tertawa.

Aku dan Linda sahabatan dari kelas X Sampai sekarang kelas XII. Aku selalu duduk sebangku dengannya. Kita tak bisa dipisahkan dan di antara kita tidak ada rahasia.

Linda menyukai Gilang, teman satu sekolah tapi beda kelas sama kita.

"Ada apa, Lin?" tanyaku.

Aku tahu dan mengerti kalau dia menelponku pasti ada hal penting yang ingin dibicarakan.

"Bilang aja langsung, pasti mau curhat, ya?" kataku.

"Ya .... Tadi Gilang menelponku."

"Dia menembakmu? Cie cie ...," ledekku.

"Belum ... eh enggak, baru ngobrol doang. Kenapa dia tahu nomor telponku, ya?"

"Dia 'kan ketua OSIS, Linda."

"Kupikir kamu yang ngasih tau," lirihnya.

"Enggaklah," kataku.

"Oh ya Kia, besok sehabis pulang sekolah anterin aku belanja, yah?" 

"Shoping nih ...," kataku.

"Enggak. Biasalah."

"Ya udah ... liat besok aja, ya? Lin, udah dulu aku mau lanjutin ngerjain PR, dikit lagi. Mumpung inget, udah ya," ucapku.

"Ya, selamat malam, Kia."

"Malam juga, Lin."

Setelah ngobrol dengan Linda. Aku kemudian berjalan menuju meja belajar untuk mengerjakan PR yang belum tuntas tadi. Mumpung belum ngantuk lagi. 

Ahirnya beres juga, hampir setengah jam aku menyelesaikannya sampai-sampai ketiduran di atas meja belajar.

"Kia, kamu kok tidur di sini?" Terdengar samar suara Mama.

Aku bangun sambil mengucek mata.

"Kia ketiduran. Kenapa Mama ada di kamar Kia?" tanyaku sambil pindah kembali ke atas tempat tidur.

"Mama boleh tidur bareng, Kia?"

"Boleh ... Mama nggak bisa tidur? pasti teringat sama Papa, ya?" tanyaku.

Mama hanya tersenyum. Aku kemudian membaringkan badanku di tempat tidur, lalu disusul oleh Mama. Dia memelukku. Aku mengerti kesedihannya. Walaupun Mama sudah lama ditinggalkan Papa, tapi kenangannya tak bisa begitu saja dilupakan. Makanya Mama sampai sekarang nggak menikah lagi.

"Mama kangen Papa, ya? Kirain Kia, Mama sudah melupakannya."

"Kia sayang. Walaupun Papamu udah lama meninggal, Mama tidak akan lupa sama Papamu. Dia akan selalu ada di hati Mama, untuk selamanya."

Aku pun hanya mengangguk dan tersenyum.

"Sekarang ayo kita tidur, sudah malam. Besok kamu sekolah kan, nanti kesiangan," ucap Mamaku lagi.

Ahirnya aku pun terlelap dipelukan Mama. Kami berdua tidur dalam satu selimut. Pemandangan yang indah bukan.

***

Subuh pun tiba. Aku dibangunkan oleh Mama untuk melaksanakan kewajibanku. Mama langsung ke luar dari kamarku. Mataku seolah tidak mau terbuka, masih terasa ngantuk. Ahirnya aku bangun dan menuju kamar mandi untuk ambil air wudhu.

Setelah itu aku melaksanakan kewajibanku, kemudian aku menuju tempat tidur. Kubuka ponsel tidak ada chat yang masuk. Kemudian aku pun terlelap lagi.

 "Kia, sayang ... bangun sudah siang!"

Terdengar suara Mama memanggilku, sambil menggoyangkan punggungku. 

"Kebiasaan kalo habis subuh tidur lagi, ini udah jam 6.30 bangun!" ucap Mamaku dengan suara sedikit tinggi.

Aku terperanjat kaget. Lupa kalau hari ini adalah hari senin. Aku langsung bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai mandi kemudian berpakaian seragam dengan rapi.

Aku langsung turun ke bawah menuju meja makan untuk sarapan. Terlihat Mama di sana.

"Om Aldi, udah berangkat, Ma?"

"Udah barusan ... buru-buru katanya."

"Terus, Kia berangkat sama siapa?" ucapku dengan wajah kesal.

"Berangkat naik angkot bisa 'kan?"

"Ya, Ma," ucapku.

Om Aldi itu adik iparnya Mama. Dia yang mengurus perusahaan setelah Papa meninggal karena dia adik satu-satunya Papa. Bagiku, dia tak hanya sebagai omku, tapi juga sudah kuanggap sebagai kakakku.

Dia baik orangnya, kadang juga nyebelin dan sampai saat ini dia belum punya pacar. Umurnya yang hampir kepala tiga dua tahun lagi. Aku nyaman curhat ke dia.

"Ma, Kia berangkat dulu, ya."

Aku mencium takzim punggung tangan Mama sambil memberinya senyum terindah. Lalu Mama mengecup keningku dan membelai rambut panjangku.

"Baik-baik di sekolah, ya."

"Ya, Ma," ucapku sambil berlalu pergi setengah berlari.  

"Hati-hati!" teriak Mama.

Di depan pintu gerbang rumah, aku dikejutkan dengan Arya yang ternyata sudah ada di depan rumahku. Dia ngapain di sini? perasaan aku nggak menyuruhnya untuk jemput.

"Hai, Kia," ucapnya sambil nyengir kuda.

"Ngapain di sini? Kok tau aku belum berangkat?" ucapku dengan menatap tajam matanya.

"Feelinglah ... kan hatiku sudah menyatu dengan kamu."

"Iiih apaan," ucapku.

"Ayo naik! Kita bakalan kesiangan."

Aku tak punya pilihan lain selain ikut dengannya. Ahirnya aku menaiki motornya yang besar dan berangkat bersama. Di tengah perjalanan dia berkata setengah berteriak.

"Kia, pegangan! Peluk aku! Biar kaya di film Dilan," ucapnya sambil tertawa.

Aku memukul pundaknya, dia cari kesempatan rupanya. Aku dan dia sahabatan dari kelas X sampai sekarang.

Namun, ahir-ahir ini dia berbeda. Dia bilang menyukaiku, tapi aku belum menganggapnya serius. Ada rasa yang aneh, yang tadinya kita sahabatan malah ada rasa cinta. Aku belum mau mengarah ke situ. Enakan jadi sahabat.

Setengah jam kurang berlalu, ahirnya sampai di pintu gerbang sekolah. Namun, gerbangnya sudah ditutup karena kami terlambat beberapa menit.

Ahirnya Aku dan Arya di luar menunggu gerbang terbuka, lalu kami masuk ke kantin. Tempat nongkrong kalau biasa terlambat, kami berdua pun duduk di kursi yang telah tersedia.

"Kia, aku masih menunggu jawabanmu. Dan aku akan tetap menunggu kepastian sampai kamu bilang, ya," ucapnya memulai percakapan.

Aku hanya meliriknya sekilas, lalu memalingkan muka kembali. Kemudian aku menghela napas sesaat, Arya tidak tahu kalau di hatiku sudah ada cinta yang lain.

Ya, orang lain. Dia adalah guruku sendiri---Pak Yuda namanya. Cinta mengalahkan logika memang, hingga aku salah karena menyukainya. Ya, aku mencintai guru bahasa inggrisku.

Entah kapan rasa ini tumbuh dan bersemi di hatiku ini. Aku pun tak tahu dan tak mengerti. Cinta tak tahu kapan datangnya dan kepada siapa berlabuh. Kenapa aku selalu memikirkan Pak Yuda dan kenapa ada rasa seperti ini serta terjadi padaku?

Mungkin semenjak Papa meninggal, aku kesepian seperti ini. Dan Pak Yuda sekaligus wali kelasku yang dekat selama ini dan telah membuat hati ini penuh warna dan ceria kembali. Kemudian membuat rasa ini malah semakin aku menyukainya karena kedekatan murid dan wali kelasnya.

Apalagi aku adalah ketua kelas dan mungkin ini yang membuat aku semakin dekat dan tumbuh rasa ini di sanubariku yang semakin bersemayam indah ....

"Kia, jawab! Kok malah melamun." Arya mengagetkanku.

Apakah aku harus menerima Arya sekarang?

Related chapters

  • I Love You my Teacher   Sahabatku mencintaiku

    Aku dikagetkan dengan pertanyaan Arya yang menunggu jawaban dariku, tapi aku tak ingin menyakitinya ...."Jawab, Kia."Arya memandangku lekat, membuatku tanpa sadar menggigit bibir bawah. Aku menghela napas perlahan."Arya, kita ini temenan dari kelas X kan? Aku udah nyaman seperti ini," ucapku pelan, takut melukai perasaannya."Tapi, Kia. Aku mencintaimu bukan sebagai teman. Pokoknya aku akan selalu menunggumu."Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya. Arya itu memang baik, perhatian, ganteng juga, tapi aku menganggapnya hanya sebagai teman. Tidak lebih dari itu.Akan tetapi, nggak tahu juga kedepannya bagaimana. Mungkin hatiku akan berubah, tapi sepertinya ... enggak deh!"Jangan seperti itu. Aku tak ingin kamu terluka karena berharap lebih," ucapku.

  • I Love You my Teacher   Cinta dalam Diam

    "Hallo, Kia. Kamu masih di sana?" terdengar suara Linda di ujung telepon sana mengagetkan dan memutus lamunanku."Ya, Lin ... oh ya, aku nggak tau siapa yang dibonceng Gilang waktu itu. Mungkin dia adiknya atau sepupunya. Kita nggak tau kan," ucapku menjelaskan supaya Linda tidak berlarut dalam tanda tanya besar."Kia, mana mungkin itu adiknya, orang sama-sama pakai seragam SMA 'kan? kalau sepupunya bisa jadi ...," ucapnya terhenti.''Udah aah jangan ngomongin Gilang terus, kebagusan tuh anak," kataku sambil ketawa lepas.Terdengar dari ujung telepon sana suara Linda pun tampak bahagia. Berhasil aku membuatnya terkekeh."Hari ini jam berapa mau ke rumahku?""Nanti aku telepon lagi, ya, aku mau siap-siap," jawab Linda.Ahirnya kami pun mengahiri obrol

  • I Love You my Teacher   Katakan Cinta

    Mungkinkah Pak Yuda?Apakah dia sudah mempunyai istri atau mungkin dia tunangannya? Hatiku sakit melihat mereka berduaan. Dada ini sesak memikirkannya.Aku tidak mau berpikiran buruk. Kuharap ini hanya pikiran jelek saja. Aku mengalihkan perasaan yang tidak menentu ini dengan bertanya pada sahabatku."Lin, coba perhatikan meja Pak Yuda di sana?" Linda kaget melihat ke arah meja sana."Kia, di sana ada seorang cewek duduk dengan Pak Yuda, kayanya anak kuliahan deh," ucap Linda, mungkin karena melihat penampilannya."Ya, benar ... kenapa kita nggak tau yah kapan datangnya?" kataku sambil mengeryitkan dahi penuh keheranan."Iyalah ... karena kita sibuk menikmati makanan tadi," ujarnya lagi."Aku kok merasa sedih ya, Lin." Mataku berkaca-kaca. Aku memalingkan wajahku ke ara

  • I Love You my Teacher   Diterima atau Ditolak?

    "Maafkan Bapak, Kia. Saya sudah punya pasangan dan kami sebentar lagi akan segera menikah," ucap Pak Yuda tersenyum seraya menepuk bahuku. Seiring langkah beliau, tersimpan rasa nyeri di hati ini.Bagai tertusuk panah tajam yang menghujam jantung mendengar perkataanya itu. Tubuhku lunglai seperti tanpa tulang, kakiku lemas seakan tak berpijak, pertahananku runtuh.Kumenyandarkan tubuh ini ke dinding sebelum diri ini terjatuh. Kutangkup kedua tangan ke wajah dan kubiarkan telapakku ikut basah oleh lelehan air mata."Kia, kamu kenapa?" Terdengar lirih suara Linda bertanya dan dia sudah ada di hadapanku.Aku langsung memeluk dan menangis sesenggukan di pundak Linda, tanpa menghiraukan pertanyaannya."Sudah ... ayo kita masuk ke kelas. Sebentar lagi pelajaran dimulai."Linda memapahku menuju ke

  • I Love You my Teacher   Jujur

    Ternyata benar Pak Yuda adalah temennya Omku. Apakah aku harus jujur dan bilang kalau aku menyukai temannya? "Ya Om ... dia guruku," kataku sambil menoleh ke arahnya, lalu berpaling lagi dan menunduk. "Kok kamu sedih gitu, mata kamu kenapa bengkak ... habis nangis, ya?" Aku bingung harus jawab apa. "Nggak apa-apa Om." "Oh ya, Linda kenapa nggak ikut pulang bareng kamu?" "Dia pulang sama temen, Om," kataku. Mobil pun melaju cepat. Omku fokus mengemudi dan aku memikirkan kejadian yang menimpaku tadi, penolakan dari Pak Yuda. Tak terasa kami pun sampai di pelataran rumah. Aku turun dari mobil dan cepat-cepat masuk ke rumahku, lalu berlari menaiki anak tangga. Menahan sesak yang sedari ta

  • I Love You my Teacher   Ada yang Bahagia

    "Linda, Arya! Kalian di sini?"Aku terbangun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri mereka, kemudian memeluk mesra sahabatku Linda. Kangen sekali karena tiga hari ini nggak ketemu."Kamu sakit apa? Nggak kenapa-napa 'kan?" ucap Arya menatap penuh kekhawatiran."Nggak apa-apa ...," ucapku sambil melirik ke arah Linda.Linda tersenyum manis sambil menganggukan kepala pelan. Dia tahu apa yang kurasakan dan dia mengerti apa yang terjadi padaku."Kalian ayo duduk sini," kataku sambil berjalan ke sofa yang ada di kamar, mereka berdua pun mengekor di belakang."Mama tinggal dulu ya, mau ambil minum dan cemilan ke bawah.""Jangan ngerepotin, Tante," kata Linda seraya tersenyum.

  • I Love You my Teacher   Jadian

    "Hari ini dan seterusnya, kamu akan diantar jemput oleh Pak Udin. Dia udah ada di luar," kata Omku. Aku mengembuskan napas sedikit kesal. Kirain tentang Pak Yuda. Move on Kia, suara dalam hatiku. "Gimana, kok kayak nggak seneng gitu?" "Kia seneng kok. Makasih, ya Om," ucapku sambil tersenyum. "Ma, pulang sekolah nanti Pak Udin nggak usah jemput, ya," kataku. "Ya, tapi kenapa emangnya?" "Hari ini Kia bareng Arya ... dia ngajakin jalan dulu sepulang sekolah." "Ya udah, nggak apa-apa, tapi hati-hati, ya." "Ya, Ma." Selesai juga kami bertiga sarapan. Aku pamit menyalami Mama. Dia mengantar kami sampai pintu. Om Aldi berangkat sendiri dengan mobilnya. Sedangkan aku dengan Pak Udin dan sekalian ke rumah Linda biar berangkat

  • I Love You my Teacher   Sedih

    Ternyata yang memanggil namaku adalah Om Aldi. Kupikir siapa, dia bersama cewek, siapa dia? Perasaan aku pernah liat tuh cewek. Oh iya, dia cewek berkerudung yang waktu itu bersama pak Yuda. Kemudian Om Aldi dan cewek itu menghampiri aku dan Arya. "Kia, kalian di sini?" "Ehh Om Aldi ... ya, Om," kataku. "Ngapain, Om juga di sini?" Aku melirik ke arah wanita itu seraya tersenyum padanya, dia pun membalas senyumku. Lalu ia beralih menatap Omku sambil mengernyitkan dahi. Om Aldi mengerti apa maksud dari wanita itu, lalu mengenalkannya pada kami. "Oh iya, ini temen Om. Syahira namanya." Aku tersenyum dan menyalaminya, lalu disusul oleh Arya. "Om tinggal dulu, ya. Mau cari tempat duduk yang kosong." Aku hanya menganggukkan kepala pelan sambil tersenyum. Ada s

Latest chapter

  • I Love You my Teacher   Takdir

    Aku bahagia sekali malam ini. Ternyata Pak Yuda juga mencintaiku. Temanku harus tahu tentang semua ini, kucoba menelpon Linda."Hallo, Lin.""Ya ada apa, Kia?""Malam ini aku habis jalan sama Pak Yuda," kataku."Wah ... selamat ya, Kia. Terus, ceritain lagi dong!" ujar Linda penasaran."Ternyata Pak Yuda selama ini menaruh hati padaku, Lin. Aku bahagia sekali. Dia bertanya padaku. Apakah cinta yang dulu masih ada untuknya?""Aaah so sweet," ucap Linda di ujung telepon sana."Dan aku pun mengangguk. Dia tidak tau kalau cintaku padanya tak akan hilang ... walaupun aku sempat berhubungan dengan Arya, tapi sekarang aku lega karena sudah putus dengan Arya. Tidak ada lagi penghalang," kataku panjang lebar mengutarakan isi hatiku pada Linda."Sekali lagi selamat ya, Kia. Ahirnya apa yang kamu inginkan ahirnya tercapai ... menjadi kekasihnya Pak Yuda.""Ya, Lin. Makasih, ya. Berkat kamu juga aku bisa melewati semua ini. Aku kuat karena kamu selalu nyemangatin. Dan selalu memberikan yang terba

  • I Love You my Teacher   Kencan

    Dua minggu berlalu setelah putus dengan Arya. Aku semakin mencintai Pak Yuda, hubunganku dengannya semakin dekat karena Pak Yuda sering main ke rumahku menemui Om Aldi dua Minggu terahir ini. Namun, Pak Yuda belum mengungkapkan cintanya padaku.Aku yakin pak Yuda juga menyukaiku dan aku belum menembaknya lagi. Setidaknya dia sudah tahu perasaanku padanya. Rasa cinta ini semakin dalam dan semakin bertambah seiring waktu.Mamaku pun sudah mengetahui kalau aku mencintai pak Yuda. Awalnya Mamaku tidak menyuakainya, tapi setelah kujelaskan panjang lebar Mama ahirnya mengerti. Ia memberiku semangat untuk mendapatkan cinta Pak Yuda. Mama bilang jika itu membuatku bahagia maka ia akan mendukungku sepenuhnya.Hubungan Om Aldi dengan Syahira pun semakin serius. Dan malam ini rencananya kita mau keluar untuk dinner bersama. Pak Yuda manjemputku ke rumah bersama Syahira--ponakannya, ja

  • I Love You my Teacher   Keputusan Besar

    Seminggu berlalu, UTS pun berahir. Dan selama seminggu pula Pak Yuda tidak kelihatan ke sekolah, aku mengerti karena masih dalam masa berkabung.Aku pikir Omku tidak tahu dengan yang menimpa Pak Yuda saat itu, akan tetapi ternyata omku lah yang membantu saat kecelakaan terjadi yang menimpa tunangan Pak Yuda.Omku terbaik deh, benar-benar sahabat sejati. Support moril memang sangat dibutuhkan oleh Pak Yuda. Dan aku senang banget, kata omku pak Yuda sudah mengetahui kalau aku ini adalah keponakan Om Aldi, temannya.Aku jadi kepikiran Pak Yuda lagi. Andaikan aku bisa menghiburnya saat itu, pasti bahagia sekali.Hari ini adalah hari pertama libur setelah UTS. Di rumah aku hanya rebahan saja dan berdua bersama omku karena mama lagi keluar sama Bu Wati untuk membeli keperluan dapur.

  • I Love You my Teacher   Ikut Sedih atau Bahagia?

    Hatiku merasa tak enak, gelisah tak tenang. Apa yang terjadi sama Pak Yuda? Kuharap nggak terjadi apa-apa sama Pak Yuda.Aku menghela napas berat. Pikiran buruk pun melintas di kepalaku. Tenanglah, Kia. Suara hati kecilku berkata.Aku menepuk keningku sendiri dengan tangan. Jenny benar-benar mhuatku penasaran."Oh ya lupa, kamu kan rumahnya dekat sama Pak Yuda, ya?" tanyaku pada Jenny."Ya," ucap jenny cepat."Ayo cepat katakan, ada apa dengan wali kelas kita? Jangan bikin gue penasaran," ucap Linda sedikit agak kesal terhadap Jenny.Aku pun mengangguk cepat menyetujui apa yang Linda katakan. Tatapanku fokus terhadap Jenny, jantungku berdetak sangat cepat, darahku berdesir."Kata Ibu gue, tunangannya Pak Yuda kecelakaan."

  • I Love You my Teacher   Berita Penting

    Apakah aku harus jujur pada Om Aldi kalau aku sudah menerima Arya? Aku menganggukan kepala pelan. Ahirnya aku memberitahukannya, Om Aldi mengernyitkan dahinya terlihat bingung. "Hah!" Benarkan ucapanku, dia sedikit kaget. Dia berbalik menghadap ke arahku dengan tatapan tajam. "Ya, aku menerima Arya sebagai pacarku." "Tapi kamu nggak mencintainya, 'kan?" tanya Om Aldi. "Om kan tau ... siapa orang yang Kia cintai." Pak Yuda, dialah yang kucintai. Aku tak bisa melupakannya. Rasa ini akan terus ada meskipun tak berbalas. "Aku menerima Arya karena kasian Om, dia udah lama nembak terus, tapi aku selalu tak menanggapinya." Lagi aku menjelaskan. Oke aku n

  • I Love You my Teacher   Sedih

    Ternyata yang memanggil namaku adalah Om Aldi. Kupikir siapa, dia bersama cewek, siapa dia? Perasaan aku pernah liat tuh cewek. Oh iya, dia cewek berkerudung yang waktu itu bersama pak Yuda. Kemudian Om Aldi dan cewek itu menghampiri aku dan Arya. "Kia, kalian di sini?" "Ehh Om Aldi ... ya, Om," kataku. "Ngapain, Om juga di sini?" Aku melirik ke arah wanita itu seraya tersenyum padanya, dia pun membalas senyumku. Lalu ia beralih menatap Omku sambil mengernyitkan dahi. Om Aldi mengerti apa maksud dari wanita itu, lalu mengenalkannya pada kami. "Oh iya, ini temen Om. Syahira namanya." Aku tersenyum dan menyalaminya, lalu disusul oleh Arya. "Om tinggal dulu, ya. Mau cari tempat duduk yang kosong." Aku hanya menganggukkan kepala pelan sambil tersenyum. Ada s

  • I Love You my Teacher   Jadian

    "Hari ini dan seterusnya, kamu akan diantar jemput oleh Pak Udin. Dia udah ada di luar," kata Omku. Aku mengembuskan napas sedikit kesal. Kirain tentang Pak Yuda. Move on Kia, suara dalam hatiku. "Gimana, kok kayak nggak seneng gitu?" "Kia seneng kok. Makasih, ya Om," ucapku sambil tersenyum. "Ma, pulang sekolah nanti Pak Udin nggak usah jemput, ya," kataku. "Ya, tapi kenapa emangnya?" "Hari ini Kia bareng Arya ... dia ngajakin jalan dulu sepulang sekolah." "Ya udah, nggak apa-apa, tapi hati-hati, ya." "Ya, Ma." Selesai juga kami bertiga sarapan. Aku pamit menyalami Mama. Dia mengantar kami sampai pintu. Om Aldi berangkat sendiri dengan mobilnya. Sedangkan aku dengan Pak Udin dan sekalian ke rumah Linda biar berangkat

  • I Love You my Teacher   Ada yang Bahagia

    "Linda, Arya! Kalian di sini?"Aku terbangun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri mereka, kemudian memeluk mesra sahabatku Linda. Kangen sekali karena tiga hari ini nggak ketemu."Kamu sakit apa? Nggak kenapa-napa 'kan?" ucap Arya menatap penuh kekhawatiran."Nggak apa-apa ...," ucapku sambil melirik ke arah Linda.Linda tersenyum manis sambil menganggukan kepala pelan. Dia tahu apa yang kurasakan dan dia mengerti apa yang terjadi padaku."Kalian ayo duduk sini," kataku sambil berjalan ke sofa yang ada di kamar, mereka berdua pun mengekor di belakang."Mama tinggal dulu ya, mau ambil minum dan cemilan ke bawah.""Jangan ngerepotin, Tante," kata Linda seraya tersenyum.

  • I Love You my Teacher   Jujur

    Ternyata benar Pak Yuda adalah temennya Omku. Apakah aku harus jujur dan bilang kalau aku menyukai temannya? "Ya Om ... dia guruku," kataku sambil menoleh ke arahnya, lalu berpaling lagi dan menunduk. "Kok kamu sedih gitu, mata kamu kenapa bengkak ... habis nangis, ya?" Aku bingung harus jawab apa. "Nggak apa-apa Om." "Oh ya, Linda kenapa nggak ikut pulang bareng kamu?" "Dia pulang sama temen, Om," kataku. Mobil pun melaju cepat. Omku fokus mengemudi dan aku memikirkan kejadian yang menimpaku tadi, penolakan dari Pak Yuda. Tak terasa kami pun sampai di pelataran rumah. Aku turun dari mobil dan cepat-cepat masuk ke rumahku, lalu berlari menaiki anak tangga. Menahan sesak yang sedari ta

DMCA.com Protection Status