Beranda / Romansa / RINDU SUAMI ORANG / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab RINDU SUAMI ORANG: Bab 31 - Bab 40

50 Bab

Bab 31 Sampai Selesai Pov Amira

Bab 31POV AmiraKupikir mendapatkan suami yang mapan pekerjaan, itu membuat bahagia. Kupikir mengalihkan perasaan sesingkat mungkin, itu bisa melunturkan rasa cinta yang telah lama. Namun, semakin aku mencoba melupakan, semakin berat rasanya dan justru kini keadaannya berbanding terbalik.Benar kata pepatah, janganlah mencintai seseorang terlalu dalam. Begitu pula sebaliknya, jangan membenci seseorang sampai sebegitunya. Sebab, Tuhan akan dengan mudah membolak-balikkan hati manusia. Benci dan cinta itu beda tipis, jika berlebihan semua akan berbanding terbalik. Ya, semua yang berlebihan memang tidak akan baik.Menikah dengan mantan suami dari wanita yang telah menghancurkan rumah tanggaku, ternyata tidak seindah yang kupikirkan. Balas dendam hanya membuat lelah perasaan ini saja, semakin aku membalas, justru akulah yang menderita.Pernikahanku dengan Mas Taka tidak bahagia, itu menurutku, entahlah bagaimana dengan Mas
Baca selengkapnya

Bab 32

Bab 32  "Oh gitu ya." Aku menjawabnya singkat. "Iya, aku permisi beres-beres dulu ya," ucapnya. Kemudian, ia pergi bergegas dengan membawa Dika.  Aku pulang kembali, lalu bicara dengan Mas Taka mengenai kepindahan mereka di belakang rumah.   "Kok bisa kebetulan gitu ya? Kenapa bisa persis kejadian dua tahun lalu, rumah kita saling membelakangi," ucap Mas Taka teringat masa-masa itu.  "Ya, tapi kan rumah sekarang sudah direnovasi belakang, apa belum juga?" tanyaku pura-pura. Padahal aku pun sudah tahu bahwa halaman belakang masih melompong. Aku pikir rumah kosong di belakang kami ini, ternyata justru rumah Mas Reno.  "Rumah ini tertutup meskipun ada pintu belakang. Tapi rumah tetangga belakang, halamannya masih kosong," sahut Mas Taka.  "Jadi, kamu jangan be
Baca selengkapnya

Bab 33

Bab 33  Sepertinya Diana dan Mas Reno waspada, mereka sengaja memakai asisten rumah tangga agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.   Aku perhatikan mereka berdua sangat dekat, Mas Reno tidak pernah diam-diam melirikku. Semudah itu ia melupakan wanita yang telah membersamainya saat terpuruk dulu? Namun, teringat Mas Taka juga dengan mudahnya melupakan Diana, aku jadi berinisiatif, bahwa Mas Reno harus dipancing dengan wanita lain, bukan aku.  "Mas, kita pamit aja yuk! Punggungku pegel nih," ajakku, bosan menyaksikan kemesraan mereka yang selalu menggenggam tangan berdua.  Mas Taka mengernyitkan dahi, baru saja duduk dan minum, Dika pun baru pindah di pangkuannya setelah tadi aku pangku sebentar tapi nangis, tapi aku sudah ngerengek minta pulang.  Mas Taka memberikan Dika pada Diana lagi, ia tidak perna
Baca selengkapnya

Bab 34

Bab 34  Kemudian Gea pamit sebelum Mas Taka pulang. 'Maaf, Mas, kamu yang jadi korbannya lagi, aku tahu ini salah, tapi sudah dua tahun aku menahan perasaan hanya demi menghargaimu, Mas,' gumamku dalam hati.  Ternyata selama ini aku salah, dulunya aku berpikir bahwa Mas Reno tidak bekerja hanya jadi benalu saja, tapi kenyataannya, ia masih punya rasa tanggung jawab terhadap wanita.   Jam dinding telah menunjukkan pukul 17:00 WIB. Jam orang pulang kantor sudah terlewati. Aku menyiapkan makanan untuk Mas Taka. Sebentar lagi ia pulang ke rumah, aku harus menyiapkan semua. Namun, tiba-tiba aku teringat bahwa untuk memancing Mas Taka menceraikanku yaitu membuat ia jemu dengan sikap dan tingkah laku istrinya.  "Sebaiknya aku tidak usah menyiapkan makan malam untuknya," ucapku bicara sendirian sambil menyunggingkan senyuman.  
Baca selengkapnya

Bab 35

Bab 35  "Mas Taka," gumamku sembari bangkit dan menghampirinya. Sungguh aku benar-benar tidak tahu lagi harus berbuat apa saat ini. Bibirku kaku, tak mampu mengelak karena suamiku menyaksikan telak di depan matanya aku menggoda suami orang.  Aku berjalan setengah berlari, pakaian yang sudah sedikit terbuka pun aku tutup secepatnya. Mas Taka terdiam menyorotiku, ia seperti kecewa dengan tindakan yang aku lakukan.  Sujud di kakinya hanya itu yang kulakukan, sebab aku tidak ingin malu di hadapan Mas Reno juga.  "Mas, maafin aku," lirihku padanya. Namun, ia tidak bicara sepatah kata pun.  "Mas, tolong maafkan aku, maaf sungguh aku minta maaf padamu, Mas," rayuku lagi.  "Cepat ikut aku!" perintahnya setelah aku sujud di kakinya. Tanpa berpikir panjang aku menuruti kata-katanya. Aku menol
Baca selengkapnya

Bab 36

Bab 36Aku coba membuka mata yang kututup dengan tangan. Kemudian, kulihat wanita yang memegang kayu, ternyata Diana, wanita yang kini jadi istrinya Mas Reno.Lelaki tadi jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Sedangkan aku yang masih takut langsung dipeluk oleh Diana."Amira! Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada panik. Kini aku berada tepat di bahunya, bahu wanita yang tadinya ingin kuhancurkan rumah tangganya."Terima kasih," ucapku dengan napas masih tersengal-sengal. Jantungku masih berdetak kencang saling berkejaran. Namun, Diana terus coba menenangkan."Tidak ada air minum di sini, ke mobilku yuk! Kamu harus minum untuk menenangkan diri," ajaknya sembari menuntunku ke mobil.Jarak dari tempatku ke parkiran mobilnya sangat jauh, aku dituntunnya sampai ke tempat ia parkir. Kemudian, Diana membuka pintu lalu menyuruhku duduk di mobilnya, tepatnya di sebelah sopirnya yaitu Diana.Aku teru
Baca selengkapnya

Bab 37

Bab 37  "Mas Taka, kamu di rumah?" tanyaku penasaran. Sebab, mobilnya tidak terparkir di depan rumah.  "Ya, aku balik ke rumah, karena ingin menjelaskan pada Diana besok tentang ini," sahutnya membuatku terkejut. Kenapa ia memikirkan Diana? Apa Mas Taka tidak melihat kondisiku saat ini yang habis dirampok dan hampir dinodai oleh preman tadi?  "Kamu nggak peduli lagi padaku, Mas? Apa kamu sudah sangat membenciku?" tanyaku lagi.  Kemudian ia bangkit dari duduknya. Lalu melemparkan handuk dan menyuruhku untuk mandi. Mas Taka tidak menjawab pertanyaanku barusan. Ia bergegas ke kamar tanpa mempedulikan aku di sini. Jadi begini kah rasanya tak dianggap oleh suami sendiri!  Setelah mandi, aku merebahkan tubuh ini. Masih tidak habis pikir Mas Taka tadi meninggalkan aku sendirian di tempat sepi. Apa rasa yang pernah ada suda
Baca selengkapnya

Bab 38

Bab 38  "Diana, aku nggak paham, sungguh, tolong jelaskan," ucapku masih pura-pura tidak tahu apa yang ia bicarakan.  "Mas Reno kedapatan sudah dibuka bajunya, menurut cctv hotel, ia datang dirangkul oleh seorang laki-laki dalam kondisi mabuk, tapi aku melihat setelah beberapa menit kemudian, kamu datang ke pintu kamar hotel yang sama. Sudah jelas sekarang, bahwa kamu telah ngerjain suamiku," tukas Diana kesal.  Aku terdiam, tidak tahu lagi dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Selain rumah tanggaku dengan Mas Taka hancur, hubunganku dengan Mas Reno yang awalnya baik-baik saja pasti akan renggang dijauhi oleh Diana.  "Tenang, Diana. Silakan kamu minum dulu, di rumah ini tidak ada bius atau apa pun," tutur Mas Taka menenangkan.  Jangan sampai aku terpengaruh oleh apa yang dikatakan Diana barusan. Ya, aku harus te
Baca selengkapnya

Bab 39

Bab 39"Kita lihat sama-sama, ya," ucap dokter.Kami bersiap untuk melihat ada apa denganku. Darah yang keluar disebabkan apa, aku pun belum mengetahuinya. Dokter mulai memegang alat untuk USG melalui vagina. Kemudian, ia mulai fokus dengan apa yang dilihatnya. Setelah beberapa menit melihat kondisi rahimku, ia mengajak kami bicara."Maaf sebelumnya, apa Bu Amira sering nyeri saat datang bulan? Dan haid tidak teratur?" tanya dokter sambil menyanggah dagu dengan kedua tangannya, sepuluh jarinya saling ditautkan."Iya, Dok," jawabku pelan. Dokter masih mengizinkan aku untuk tiduran, karena masih dalam pemeriksaan lanjutan."Jadi, di rahim Bu Amira ada tumor, sepenglihatan saya tumor jinak, tapi besok kita periksa lagi lebih lanjut, ya. Saran saya, malam ini diopname di rumah sakit dulu," saran dokter.Aku menoleh ke arah Mas Taka, mataku kini berkaca-kaca. Mas Taka menggenggam tanganku ser
Baca selengkapnya

Bab 40

Bab 40  "Mas, tolong speakernya diaktifkan," suruhku padanya. Mas Taka pun mengangguk seraya mengindahkan permintaanku.  "Halo," ucap Mas Taka mendahului menyapa. "Taka, ini Mama, mertuamu," ucapnya dengan nada seperti menangis. Aku yang mendengarnya pun turut panik.  "Mah, Mama kenapa? Kok suaranya serak!" Aku menyerobot bicara dengan teriak.  "Amira, Mama kecopetan, ponsel dirampas, ini pinjam handphone salah seorang kasir minimarket, tolong Taka suruh jemput Mama, di minimarket mangga dua," pinta mama.  "Mama tenang ya, kalau aku ke sana nanti Mama jadi nunggu lama, soalnya mobil baru jalan diantarkan oleh temanku ke sini, lebih baik Mama minta tolong order taksi online untuk minta antar ke rumah sakit, nanti bayar di sini," sahut Mas Taka.  "Betul juga ya, m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status