Home / Romansa / RINDU SUAMI ORANG / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of RINDU SUAMI ORANG: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Bab 21

Bab 21  "Uang? Rasanya kebahagiaanku sudah hilang, jadi meskipun disodorkan dengan gepokan uang sekalipun takkan membuatku bahagia," jawabku menolak ajakannya. "Sadarlah Reno, jangan terus menerus mengikuti egomu, sekarang kamu sudah mapan, tunjukkan pada dunia, bahwa kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dari Amira," tambahku.   Kemudian, Mas Reno termenung, lalu aku bangkit hendak kembali ke sel tahanan. Namun, tanganku ditarik olehnya.  "Ya, wanita itu adalah kamu, Diana. Aku akan tunggu kamu sampai keluar dari bui ini," ucap Mas Reno membuatku tertawa kecil. Bisa-bisanya ia mengeluarkan senjata itu lagi. Aku tahu betul seberapa buayanya Mas Reno.  "Sudahlah, jangan becanda. Aku tahu siapa kamu," tepisku sambil balik badan dan meninggalkan Mas Reno. Namun, lagi-lagi ia menghentikan langkah kaki ini.  
Read more

Bab 22

Bab 22 Aku menghampiri pengunjung yang datang, dan ternyata mantan mertuaku dan Diva yang datang. Aku meraih punggung tangan mantan mertuaku. Begitu juga dengan Diva ia sangat sopan terhadapku.  Kemudian, mereka duduk bersebelahan. Sedangkan aku berada di depannya. Sudah lama aku tidaj bertemu dengannya, terakhir ketika putusan sidang, tapi sekalinya bertemu, mereka mengunjungiku di penjara.  Mama menggenggam tanganku. "Kamu hamil, Diana? Apa itu anak Taka?" tanyanya. Aku tahu pasti ia menanyakan hal itu, pasti dikarenakan perselingkuhan itu.  "Aku yakin ini anak Mas Taka, tapi bukan berarti aku minta balik lagi kok, Mah," ucapku sambil mengembangkan senyuman.  "Ya, Mama tahu itu, Mama ke sini hanya untuk memastikan bahwa kandunganmu baik-baik saja," ucap mama sambil bangkit. Ia menghampiriku lalu duduk di sebelahku. Setelah itu
Read more

Bab 23

Bab 23  "Cukup!" teriakku. Kemudian perlahan kaki ini menghampiri mereka. "Kalau aku tidak mendekam di penjara, anak itu aku yang rawat dan takkan kubiarkan siapa pun memilikinya," ucapku pada mereka.  "Diana, kamu baru saja melahirkan, lebih baik berbaring," suruh Mas Taka sambil coba menuntunku.  "Nggak usah nuntun aku, Mas. Kamu bukan suamiku lagi, kamu suami orang, Mas," sanggahku sambil menepis tangannya.  "Biarkan aku saja yang menuntunnya," susul Mas Reno.  "Aku ingin bayi itu dirawat mantan mertuaku. Lagian aku heran sama kamu, Mas, sewaktu aku berkhianat dan dibenci suamiku sendiri, kamu pun ikut meninggalkan aku, kamu lebih rela mempertahankan dengan Amira. Kau anggap apa aku saat itu, Mas? Hah!" sentakku pada Mas Reno.  "Aku tahu saat itu aku salah, maaf, beribu kata maaf
Read more

Bab 24

Bab 24  Aku baca hasil dari Mas Reno, dan ternyata hasilnya mereka tidak cocok. Aku senyum semringah, itu artinya Dika adalah anak Mas Taka, dan aku tidak salah pilih orang tua yang merawatnya sampai aku keluar dari penjara.  "Mas, kamu bukan ayah biologisnya Dika," terangku pada Mas Reno. Ia pun hanya mengangguk, terpancar kesedihan di matanya.  "Aku ayah kandung Dika, jadi setelah kamu keluar dari penjara, kita akan sidang hak asuh," tutur Mas Taka membuatku geram. Maksudnya apa? Kenapa ia bicara seperti itu?  Aku menggelengkan kepala, kemudian menggebrak meja. "Mas, kamu benar-benar sudah berubah! Dia anakku, setelah aku keluar dari penjara, takkan kubiarkan ia tinggal bersamamu!" sentakku kesal.  Manusia memang tidak ada yang sempurna, di sela-sela kebaikannya, pasti ada saja celah keburukan. Kupikir Mas Taka ba
Read more

Bab 25

Bab 25  "Ayo kita bawa ke rumah Pak RT!" teriak salah seorang warga.  "Stop! Saya bilang stop! Kami bukan penculik, anak ini anak kami, namanya Redika, panggilannya Dika," ucap Mas Reno.  "Ah bisa saja kalian mengintai Dika, makanya tahu namanya," tutur orang itu lagi.  Mamanya Amira terus mendekap erat tubuh Dika, ia seperti tak mau kehilangan sosok anak yang kukandung itu. Padahal awalnya hanya menitipkan, tapi kenyataannya, tidak ada manusia yang benar-benar baik, di sisi baiknya pasti ada sedikit celah keburukan.  Aku menghela napas berat. Sepertinya harus pasrah pergi dari rumah ini dengan tangan kosong. Ya, aku akan kembali lagi dengan membawa bukti agar mereka tidak bisa mengelak lagi.  Aku menatap wajah Dika. Sejak lahir ia tidak mengenali mamanya. Memang salahnya di sini. Y
Read more

Bab 26

Bab 26  Aku mengernyitkan dahi, sepertinya memang pernah ketemu dengan orang yang kini berada di hadapanku.   "Oh ya, Anda bukankah orang yang berada di butik Mbak Amira saat itu, Anda yang coba mempermalukan Mbak Amira, dan ternyata Anda si pelakor," tuturnya membuatku menghela napas dalam-dalam. Kemudian, menoleh ke arah Mas Reno, pria yang membawa wanita ini di hadapanku.  "Maaf Intan, tidak seperti itu ceritanya, waktu itu hanya salah paham saja," jelas Mas Reno.  "Emm, maaf, kamu cari saja pengacara lain, saya tidak mau ambil resiko membela wanita yang jelas-jelas bersalah," hardik wanita yang bernama Intan. Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Meski dada ini sesak, aku berusaha untuk tenang. Mungkin ini yang dinamakan sanksi sosial, sudah mendapatkan hukuman pun masih harus dicaci oleh segelintir orang. &n
Read more

Bab 27

Bab 27  "Menurut dokter, Dika ada masalah dengan tumbuh kembangnya. Bisa disebut autis," kata Mas Taka membuatku hancur. Seketika mengenang saat melahirkan, Dika sempat tidak menangis. Namun, ketika berada di pelukanku, ia tiba-tiba menangis.  "Jangan sok tahu, dokter belum periksa lebih lanjut kan? Kenapa baru sehari periksa sudah mengatakan hal demikian?" sahutku disertai emosi.   "Sebenarnya sudah dari sebulan lalu kami menjalani pemeriksaan. Itu karena sudah setahun lebih dua bulan Dika belum bisa bicara meskipun hanya satu kata, Dika itu beda dengan anak lain, kami sudah menjalani tes," jawab Mas Taka.  Dunia rasa berguncang, air mata pun meleleh seketika mendengar penuturan Mas Taka. Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya. Meskipun Dika seperti itu, aku tetap ibunya.  "Kamu nggak mau neri
Read more

Bab 28

Bab 28  "Mbak, maaf, boleh saya lihat cctv?" tanyaku padanya.  "Maaf, Mbak, atas keperluan apa?" tanyanya balik.  "Mau lihat mantan suami saya dengan istri barunya memperlakukan anak saya," sahutku.  "Saya tanya manager dulu ya, Mbak," timpalnya lagi.  Kemudian, karyawannya meminta izin. Namun, manager tidak mengizinkannya. Aku pun hanya bisa menghela napas berat. Harapanku sirna saat ini, kami tidak bisa memaksa pihak cafe, sebab tidak ada kepentingan penyidikan untuk kami. Alasanku dianggap hanya untuk kepentingan pribadi, dan dapat merugikan pelanggannya. Ya, aku salah bicara, seharusnya bilang saja istri baru suamiku telah melakukan penganiayaan.  Akhirnya aku dan Mas Reno keluar dari cafe itu dengan tangan hampa. Kami berjalan keluar, saat itu juga terlihat Mas Taka dan Amira j
Read more

Bab 29

Bab 29  Amira tampak tegang seketika. Dahinya mengkerut ketika aku menuduhnya tadi. Bukan sekadar menuduh, bukti sudah kupegang, jadi jika ia mengelak pun akan kutantang dengan menunjukkan bukti-bukti.  Seisi rumah tegang. Kulihat asisten rumah tangganya Amira pun mengintip kami yang sedang berdebat. Ia terlihat ada di balik kulkas dua pintu milikku. Ya, kulkas itu milikku ketika dulu menikah dengan Mas Taka.  Amira memandang sudut mata Mas Taka sambil menggandengnya erat-erat. Sedangkan mantan suamiku itu terlihat menyoroti gelagat Amira, sebentar-sebentar bola matanya pun tampak pindah menyorotku.  Mas Reno yang mendampingiku hanya diam, ia tidak mau turut campur jika masih di atas kewajaran. Pesanku sebelum masuk ke rumah Amira seperti itu. Biarkan ini menjadi urusanku dengan mereka. Jangan sampai ikut campurnya Mas Reno menjadi bulan-bulanan mer
Read more

Bab 30

Bab 30 "Mbok! Apa-apaan sih?" Amira tampak marah ketika mendapati orang yang ia bayar mengkhianatinya. Mungkin karena sosok Dika yang jadi taruhannya.  "Cukup Amira. Kan aku sudah tanya pada kamu waktu mau merawat Dika. Kamu bersedia atau nggak, kalau nggak aku nggak maksa, kita sudah jadi suami istri, seharusnya jangan ada tekanan ketika melakukan sesuatu. Apalagi Dika masih memiliki Ibu, kan kamu yang memaksa Dika tinggal di sini," ungkap Mas Taka membuatku terkejut. Jadi Amira yang bersikeras untuk mempertahankan Dika? Maksudnya apa?  "Mas, aku minta tolong berikan Dika padaku. Sekarang kamu pilih mau kulaporkan ke perlindungan anak, atau serahkan Dika?" tanyaku memberikan pilihan.  Jadi ingat kata-kata Mas Reno beberapa hari yang lalu, jika Tuhan mengizinkan aku untuk merawat Dika, maka akan ada jalannya. Ya, dia berkata seperti itu di saat seorang pengacara
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status