Bab 26
Aku mengernyitkan dahi, sepertinya memang pernah ketemu dengan orang yang kini berada di hadapanku.
"Oh ya, Anda bukankah orang yang berada di butik Mbak Amira saat itu, Anda yang coba mempermalukan Mbak Amira, dan ternyata Anda si pelakor," tuturnya membuatku menghela napas dalam-dalam. Kemudian, menoleh ke arah Mas Reno, pria yang membawa wanita ini di hadapanku.
"Maaf Intan, tidak seperti itu ceritanya, waktu itu hanya salah paham saja," jelas Mas Reno.
"Emm, maaf, kamu cari saja pengacara lain, saya tidak mau ambil resiko membela wanita yang jelas-jelas bersalah," hardik wanita yang bernama Intan. Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Meski dada ini sesak, aku berusaha untuk tenang. Mungkin ini yang dinamakan sanksi sosial, sudah mendapatkan hukuman pun masih harus dicaci oleh segelintir orang.
&n
Bab 27"Menurut dokter, Dika ada masalah dengan tumbuh kembangnya. Bisa disebut autis," kata Mas Taka membuatku hancur. Seketika mengenang saat melahirkan, Dika sempat tidak menangis. Namun, ketika berada di pelukanku, ia tiba-tiba menangis."Jangan sok tahu, dokter belum periksa lebih lanjut kan? Kenapa baru sehari periksa sudah mengatakan hal demikian?" sahutku disertai emosi."Sebenarnya sudah dari sebulan lalu kami menjalani pemeriksaan. Itu karena sudah setahun lebih dua bulan Dika belum bisa bicara meskipun hanya satu kata, Dika itu beda dengan anak lain, kami sudah menjalani tes," jawab Mas Taka.Dunia rasa berguncang, air mata pun meleleh seketika mendengar penuturan Mas Taka. Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya. Meskipun Dika seperti itu, aku tetap ibunya."Kamu nggak mau neri
Bab 28"Mbak, maaf, boleh saya lihat cctv?" tanyaku padanya."Maaf, Mbak, atas keperluan apa?" tanyanya balik."Mau lihat mantan suami saya dengan istri barunya memperlakukan anak saya," sahutku."Saya tanya manager dulu ya, Mbak," timpalnya lagi.Kemudian, karyawannya meminta izin. Namun, manager tidak mengizinkannya. Aku pun hanya bisa menghela napas berat. Harapanku sirna saat ini, kami tidak bisa memaksa pihak cafe, sebab tidak ada kepentingan penyidikan untuk kami. Alasanku dianggap hanya untuk kepentingan pribadi, dan dapat merugikan pelanggannya. Ya, aku salah bicara, seharusnya bilang saja istri baru suamiku telah melakukan penganiayaan.Akhirnya aku dan Mas Reno keluar dari cafe itu dengan tangan hampa. Kami berjalan keluar, saat itu juga terlihat Mas Taka dan Amira j
Bab 29Amira tampak tegang seketika. Dahinya mengkerut ketika aku menuduhnya tadi. Bukan sekadar menuduh, bukti sudah kupegang, jadi jika ia mengelak pun akan kutantang dengan menunjukkan bukti-bukti.Seisi rumah tegang. Kulihat asisten rumah tangganya Amira pun mengintip kami yang sedang berdebat. Ia terlihat ada di balik kulkas dua pintu milikku. Ya, kulkas itu milikku ketika dulu menikah dengan Mas Taka.Amira memandang sudut mata Mas Taka sambil menggandengnya erat-erat. Sedangkan mantan suamiku itu terlihat menyoroti gelagat Amira, sebentar-sebentar bola matanya pun tampak pindah menyorotku.Mas Reno yang mendampingiku hanya diam, ia tidak mau turut campur jika masih di atas kewajaran. Pesanku sebelum masuk ke rumah Amira seperti itu. Biarkan ini menjadi urusanku dengan mereka. Jangan sampai ikut campurnya Mas Reno menjadi bulan-bulanan mer
Bab 30"Mbok! Apa-apaan sih?" Amira tampak marah ketika mendapati orang yang ia bayar mengkhianatinya. Mungkin karena sosok Dika yang jadi taruhannya."Cukup Amira. Kan aku sudah tanya pada kamu waktu mau merawat Dika. Kamu bersedia atau nggak, kalau nggak aku nggak maksa, kita sudah jadi suami istri, seharusnya jangan ada tekanan ketika melakukan sesuatu. Apalagi Dika masih memiliki Ibu, kan kamu yang memaksa Dika tinggal di sini," ungkap Mas Taka membuatku terkejut. Jadi Amira yang bersikeras untuk mempertahankan Dika? Maksudnya apa?"Mas, aku minta tolong berikan Dika padaku. Sekarang kamu pilih mau kulaporkan ke perlindungan anak, atau serahkan Dika?" tanyaku memberikan pilihan.Jadi ingat kata-kata Mas Reno beberapa hari yang lalu, jika Tuhan mengizinkan aku untuk merawat Dika, maka akan ada jalannya. Ya, dia berkata seperti itu di saat seorang pengacara
Bab 31POV AmiraKupikir mendapatkan suami yang mapan pekerjaan, itu membuat bahagia. Kupikir mengalihkan perasaan sesingkat mungkin, itu bisa melunturkan rasa cinta yang telah lama. Namun, semakin aku mencoba melupakan, semakin berat rasanya dan justru kini keadaannya berbanding terbalik.Benar kata pepatah, janganlah mencintai seseorang terlalu dalam. Begitu pula sebaliknya, jangan membenci seseorang sampai sebegitunya. Sebab, Tuhan akan dengan mudah membolak-balikkan hati manusia. Benci dan cinta itu beda tipis, jika berlebihan semua akan berbanding terbalik. Ya, semua yang berlebihan memang tidak akan baik.Menikah dengan mantan suami dari wanita yang telah menghancurkan rumah tanggaku, ternyata tidak seindah yang kupikirkan. Balas dendam hanya membuat lelah perasaan ini saja, semakin aku membalas, justru akulah yang menderita.Pernikahanku dengan Mas Taka tidak bahagia, itu menurutku, entahlah bagaimana dengan Mas
Bab 32"Oh gitu ya." Aku menjawabnya singkat."Iya, aku permisi beres-beres dulu ya," ucapnya. Kemudian, ia pergi bergegas dengan membawa Dika.Aku pulang kembali, lalu bicara dengan Mas Taka mengenai kepindahan mereka di belakang rumah."Kok bisa kebetulan gitu ya? Kenapa bisa persis kejadian dua tahun lalu, rumah kita saling membelakangi," ucap Mas Taka teringat masa-masa itu."Ya, tapi kan rumah sekarang sudah direnovasi belakang, apa belum juga?" tanyaku pura-pura. Padahal aku pun sudah tahu bahwa halaman belakang masih melompong. Aku pikir rumah kosong di belakang kami ini, ternyata justru rumah Mas Reno."Rumah ini tertutup meskipun ada pintu belakang. Tapi rumah tetangga belakang, halamannya masih kosong," sahut Mas Taka."Jadi, kamu jangan be
Bab 33Sepertinya Diana dan Mas Reno waspada, mereka sengaja memakai asisten rumah tangga agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.Aku perhatikan mereka berdua sangat dekat, Mas Reno tidak pernah diam-diam melirikku. Semudah itu ia melupakan wanita yang telah membersamainya saat terpuruk dulu? Namun, teringat Mas Taka juga dengan mudahnya melupakan Diana, aku jadi berinisiatif, bahwa Mas Reno harus dipancing dengan wanita lain, bukan aku."Mas, kita pamit aja yuk! Punggungku pegel nih," ajakku, bosan menyaksikan kemesraan mereka yang selalu menggenggam tangan berdua.Mas Taka mengernyitkan dahi, baru saja duduk dan minum, Dika pun baru pindah di pangkuannya setelah tadi aku pangku sebentar tapi nangis, tapi aku sudah ngerengek minta pulang.Mas Taka memberikan Dika pada Diana lagi, ia tidak perna
Bab 34Kemudian Gea pamit sebelum Mas Taka pulang. 'Maaf, Mas, kamu yang jadi korbannya lagi, aku tahu ini salah, tapi sudah dua tahun aku menahan perasaan hanya demi menghargaimu, Mas,' gumamku dalam hati.Ternyata selama ini aku salah, dulunya aku berpikir bahwa Mas Reno tidak bekerja hanya jadi benalu saja, tapi kenyataannya, ia masih punya rasa tanggung jawab terhadap wanita.Jam dinding telah menunjukkan pukul 17:00 WIB. Jam orang pulang kantor sudah terlewati. Aku menyiapkan makanan untuk Mas Taka. Sebentar lagi ia pulang ke rumah, aku harus menyiapkan semua. Namun, tiba-tiba aku teringat bahwa untuk memancing Mas Taka menceraikanku yaitu membuat ia jemu dengan sikap dan tingkah laku istrinya."Sebaiknya aku tidak usah menyiapkan makan malam untuknya," ucapku bicara sendirian sambil menyunggingkan senyuman.