Home / Romansa / PERNIKAHAN yang TERTUKAR / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of PERNIKAHAN yang TERTUKAR : Chapter 61 - Chapter 70

100 Chapters

61

Avani terdiam lama memikirkan apa yang harus ia katakan. Jika ia mengatakan, tolong selamatkan aku, aku diculik, maka kemungkinan yang terjadi adalah ia akan di tertawakan, atau jika tidak, malah pria di depannya itu akan bertanya langsung pada Rin, dan membuat semua menjadi semakin rumit. Mengingat keduanya sama-sama seorang mafia. "Bisakah kau kirim kabar ke orang tuaku, bahwa aku masih hidup dan ingin mereka segera menyelamatkanku," pinta Avani penuh harap. Alex nampak terkejut mendengar perkataan Avani. Ia tak mengerti. "Tunggu! Tunggu dulu, apa maksud menyelamatkanku?" tanya Alex. Ia nampak kebingungan. "Apakah itu artinya kamu—sekarang sedang di culik—" Ia menurunkan nada suaranya hingga nyaris berbisik. Avani menganggukkan kepala pelan. "Tolong bantu aku!" pinta Avani penuh harap. Alex terlihat mengerutkan dahinya seperti memikirkan sesuatu. "Tunggu dulu nona, aku rasa ini masalah yang sangat serius," ujar Alex. "Kau datang kemari bersama Rin Leung, dan dia meng
Read more

62

Tengah malam, di atas kapal pesiar mewah milik Alex. "Bangun, ayo cepat kita harus cepat pergi dari sini." Rin membangunkan Avani yang masih tertidur lelap di atas ranjang dengan tergesa-gesa. Gadis cantik itu bangun dan nampak terkejut. "Ada apa?" tanyanya dengan mata yang masih setengah tertutup. "Jangan banyak bertanya, cepat pakai mantelmu." Rin mengambil coat abu-abu milik Avani yang tergantung di gantungan baju, kemudian melemparnya pelan ke atas ranjang. Dengan mata yang masih mengantuk, Avani mengambil coat itu lalu mulai memakainya.Saat Avani memakai mantelnya, Rin terlihat mengeluarkan sepucuk pistol dari dalam jas hitamnya, kemudian memeriksa peluru yang ada di dalamnya.Dirasa semua sudah pada tempatnya, ia masukkan kembali pistol itu ke dalam jas lalu mengambil ponsel bututnya yang tergeletak di atas meja dan mengantonginya.Avani melirik Rin yang sedang menata pistol, dan pikirannya mulai menerka-nerka apa yang sedang terjadi. "Ayo cepat!" seru Rin. Ia terlihat pa
Read more

63

Sadar yang melakukan penyerangan bukanlah para perompak, melainkan polisi laut, Avani langsung merasa lega. Ia merasa akhirnya ada pihak berwajib yang berhasil menemukannya. Inilah saat yang tepat bagi dirinya untuk pulang ke keluarganya. Berjalan keluar dari tempat persembunyian, Avani mencoba menyerahkan diri agar lebih mudah di identifikasi. "Hai aku di sini!" seru Avani. Ia berjalan keluar dari celah sempit tempat ia bersembunyi, sembari mengangkat kedua tangannya ke udara. Pria berseragam polisi laut itu terkejut, lalu mengarahkan pistolnya ke arah Avani. "Bukan-bukan, aku bukan ingin melawanmu." Avani menggelengkan kepala cepat. "Aku hanya ingin kau menyelamatkanku," ujar gadis bermata kecil itu. Ia masih terus mengangkat tanganya ke atas, sebagai bukti ia telah menyerahkan diri. Pria berseragam polisi itu tampak bingung lalu berjalan mendekati Avani. Dengan pistol yang masih tersiaga, ia menggeledah pakaian gadis cantik itu, untuk memeriksa apakah ia membawa itu senj
Read more

64

"Baiklah nona, saatnya memulai pertunjukan," ucap pria berpangkat itu.Ia menggerakkan bola matanya, memberikan isyarat pada dua pria yang berdiri di depannya untuk mendekat. Dua pria muda berseragam yang di maksud, sadar akan isyarat dari atasannya, dan tanpa banyak bertanya segera datang menghadap."Siap menerima perintah!" seru keduanya. "Bawa nona Avani ke haluan, jebak Rin Leung di sana agar ia tak bisa kabur. Kita harus menangkapnya hidup-hidup," perintah pria berpangkat itu. Dua pria muda berseragam itu langsung menegakkan badan dan serempak mengatakan."Siap, Laksanakan!"Mereka berdua kemudian berjalan mendekati Avani. "Mari nona ikuti kami," perintah dua pria muda itu.Avani mengangguk, memasukkan pisau lipat di genggamannya ke dalam saku coatnya, lalu berjalan mengikuti dua orang pria muda berseragam yang kini berada di kanan dan kirinya. Sepanjang perjalanan menuju haluan, hati Avani dipenuhi dengan perasaan cemas dan was-was. Ia takut, Rin tiba-tiba muncul dan menggag
Read more

65

Gemetar. Avani menyentakkan tangannya yang masih digenggam oleh Rin Leung ke udara. Ia mundur beberapa langkah menjauhi mafia muda itu. Ia ketakutan. Dadanya berdegup kencang, pupil matanya melebar dengan wajah pucat pasi. Sedangkan, Rin, terlihat menatap pisau yang tertancap dalam di dada kirinya dengan ekspresi tak percaya. Ia tak menyangka, Avani Lie, berani melakukan itu padanya. Ia limbung, terhuyung ke belakang, ke pembatas besi di area haluan kapal. Giginya mengerat, meringis menahan sakit. "Gadis gila," umpatnya. Ia buang pelampung di tangannya, kemudian ia cabut pisau yang tertancap di dada kirinya menggunakan ke dua tangannya. "Arrggghh ... " pekik Rin kesakitan. Beruntung ia adalah seorang dokter bedah, jadi tahu betul bagaimana harus mencabut luka tusukannya agar tak terlalu mengeluarkan banyak darah. "Pranggg ... " Ia buang pisau lipat itu ke lantai, kemudian ia tekan pelan bagian dadanya yang terluka. Terlihat jelas, darah segar berwarna merah mulai mere
Read more

66

"Byurrr... " Jatuh dari atas haluan kapal.Tubuh Avani menghantam air laut kemudian tenggelam.Terlihat, gelembung-gelembung udara keluar dari dalam mulutnya, membentuk cincin-cincin air berukuran raksasa. Ia pikir, kisah hidupnya telah sampai pada titik akhirnya. Tapi dinginnya air laut segera menyadarkannya, bahwa ia belum mati. Setidaknya tidak dengan cara seperti ini. Ia buka matanya kecilnya, lalu dengan kekuatan yang tersisa ia mulai berenang kembali ke permukaan. " ... Bup-blup ... bwahh." Avani menyembulkan kepalanya ke atas air. Ia gelapan. Dengan dada yang masih berdegup kencang dan napas yang tersengal-sengal tak beraturan, gadis cantik itu berusaha untuk tetap tenang dan menguasai keadaan. Ia ambil napas dalam-dalam, lalu ia atur jalannya pernapasan. Ia berusaha tetap tenang, dan tak panik. Ini adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan, saat terdampar di tengah lautan. Di kondisi seperti ini, fokus dan tenang adalah kunci keselamatan. Ketika napasnya mulai
Read more

67

Tapi tak berselang lama ... terdengar suara tawa lemah tak jauh dari tempat Avani berada. "Hei ... aku di sini," seru Rin."Diam dan berhenti berteriak-teriak memanggil namaku," hardiknya. Terlihat ia tengah berusaha mengapungkan dirinya.Avani menoleh ke arah sumber suara, dan mata kecilnya langsung mengenali siapa pria yang menyahut panggilannya. Ia tersenyum. Tanpa banyak bicara, gadis cantik itu langsung berenang ke arah sang mafia dan langsung memeluknya."Aku kira aku kehilanganmu," ucap Avani dengan suara bergetar. Ia mengambil napas lega, kemudian mempererat pelukannya."Auw-auw ... Lepaskan aku! Apa kau berencana membunuhku," teriak mafia muda itu sembari meringis kesakitan. Avani terperangah dan langsung melepaskan pelukannya. Ia lupa, dada Rin terluka dan pelukannya yang terlalu kuat, telah menekan lukanya."Maaf! Aku lupa," ucap Avani spontan.Ia tatap Rin dengan saksama. Terlihat wajah pria itu pucat dan kuyu, seperti sedang menahan sesuatu. "Kau tak apa?" tanya Ava
Read more

68

Laut China Selatan di malam hari.Suasananya sunyi, sepi dan hening. Tak ada angin, tak ada gelombang, tak ada suara, selain suara keheningan.Lautan luas itu, kini tampak seperti cermin raksasa berukuran super besar. Avani meniup lighter di tangannya berkali-kali, berharap akan ada kapal yang melintas dan mendengar siulannya.Lagi.Lagi.Dan lagi.Sebelum akhirnya ia menyerah.Tak nampak ada kapal yang datang. Sejauh mata memandang, yang tampak hanyalah kegelapan.Gelap.Gelap.Dan gelap.Hanya pantulan sinar bulan dan cahaya bintang-bintang, yang jadi penerang.Bibir pucat Avani bergetar. Ia genggam erat lighter hitam di tangannya dengan penuh keputus asaan."Tak apa, kita akan baik-baik saja. Sebentar lagi, pasti sebentar lagi, akan ada kapal yang lewat kemari," ucap Avani dengan suara bergetar. Ia hampir menangis.Ia masukkan lighter hitam itu ke dalam saku coatnya, kemudian menoleh ke arah suaminya.Terlihat, Rin hanya diam membisu di atas tong kayu di sampingnya. Wajah pucat p
Read more

69

Sebuah kapal militer berukuran besar, terlihat berlayar pelan di gelapnya Laut China Selatan yang mulai tenang usai badai besar menerjang. Kapal itu hitam, besar, dengan tiang lampu menyala berwarna merah dan putih di ujungnya. Sebuah landasan pesawat yang luas, dan dua buah radar terlihat berputar-putar tanpa henti di atas kapal. Berlayar pelan, kapal militer itu menyalakan lampu sorot besar dari atas haluan mengarahkannya ke permukaan air yang gelap, seperti sedang mencari sesuatu. Di kejauhan .... Avani menatap kapal besar itu dengan tubuh gemetar, basah dan pucat. Tangan kecilnya, memeluk erat tubuh suaminya yang terdiam kaku di atas tong kayu. Ia tersenyum. "Sayang, ada kapal melintas di dekat kita. Kau tenang saja aku akan memberitahu mereka kita ada di sini," ucap Avani dengan suara bergetar. Bibirnya gemeletuk menahan dingin. Segera, tangan kecilnya, merogoh saku coat abu-abunya lalu mengeluarkan lighter pemberian Rin dari dalam sana. Gemetar, ia genggam erat ligh
Read more

70

Lotus Hall. Tak terasa sudah hampir dua bulan Maeera dikurung di mansion tanpa pernah ke luar. Selain di kurung, Gin juga membatasi aksesnya menghubungi orang luar dengan menyita kembali ponsel yang ia berikan. Gadis bodoh itu, kini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar, belajar dan belajar. Belajar cara menjadi seorang wanita kaya dan terpelajar. Belajar cara menjadi seorang Avani Lie yang sempurna, dan hasilnya tak terlalu buruk, ia kini berubah menjadi sedikit lebih anggun dan tau cara membawakan diri. Selama menghabiskan lebih banyak waktu di mansion, hubungannya dengan Gin Yuta dan Kai Yuta kini menjadi semakin dekat. Kini ia menjadi pusat perhatian dua orang tuan muda di keluarga Yuta. Saat siang sang adik tiri, Kai Yuta akan datang dan bermain-main dengannya dan saat malam, sang kakak Gin Yuta akan menemaninya. Untungnya, selama dua bulan ini, Gin tak tau jika adik tirinya sering berkunjung ke mansion, jika tahu, pasti perang besar akan terjadi. Tak hanya
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status