Home / Romansa / Bukan Milkku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Bukan Milkku: Chapter 1 - Chapter 10

15 Chapters

Prolog

"Lo gak papa?"Sana menoleh, wajahnya terlihat sekali paniknya. "Gapapa." Jawab seadanya. Dia tidak mengenal laki-laki itu.Cowo itu terkekeh pelan. "Bener? Muka lo pucet banget."Sana tersenyum kecil menatap cowo itu, kemudian mengalihkan pandangannya menatap sekitarnya. Saat ini dia sedang berada di taman depan gerbang kampus. Tali name tag yang dia pakai sekarang salah. Bukannya warna merah, dia malah memakai warna biru. "Mau gue bantuin?" Tanya cowo itu lagi. Sana menggeleng, dia tidak mengenalnya. Sana juga sedang menunggu Sarah, mereka satu kelompok jadi tidak perlu.Kemudian cowo itu menunjukan seutas tali merah. "Ini kan yang lo butuhin." Senyum cowo itu. Wajah Sana langsung sumgringhai melihat tali itu, dia mengangguk.Cowok itu tertawa pelan, " ini buat lo aja, gua gepake soalnya." Menyodorkan seutas tali merah itu pada Sana."Makasih." Sana mengambil seutas tali itu, kemudian melepaskan name tagnya. Dia mengganti tali
Read more

1

"Dari segi penulisan cerita gua masih kurang ... "Sana menatap tangan seniornya itu, kemudian melihat ke tangannya. "Kek tangan babu." Bisiknya dalam hati. Bagaimana bisa seorang laki-laki  memiliki tangan yang lebih lentik, ramping dan juga lebih putih daripada tangan perempuan. Saya iri saya bilang."San.."Sana terjengit kecil ketika pundaknya di sentuh. "Lo suka banget ya sama tulisa gua, apa mau bikin salinannya?" Tanya Kak Firdaus seniornya yang sedang memperlihatkan contoh cerpen yang dia buat.Sana yang sudah tersadar dari lamunanya, tertawa kecil. "Iya kak gua suka. Apalagi karakternya, mereka punya keunikannya masing-masing. Gua boleh pinjem? Buat contoh." Sana ngeles, padahal dari tadi yang dilihatnya bukan tulisan yang berada di kertas, melainkan tangan yang memegang kertas itu."Aaa ... dia malu!!" Teriak Sana dalam hati, matanya sedikit terbelalak melihat reaksi Kak Firdaus yang ngeblus. Orang ini cantik banget!! Wajahnya itu se
Read more

2

Sana meregangkan tubuh. Ketika membuka matanya, dia melihat sebuah atap, lalu dia menatap sekelilingnya."Hhm ... ini di kamar."Sana menoleh ke arah jam dinding, dia menghela nafas. "Hhm ... Udah jam satu." Gumamnya. dia ingat ada tugas yang harus dia kerjakan karena deadlinenya besok. Dia memaksakan tubuhnya untuk bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi di washtafel. Kemudian dia mengganti bajunya menjadi baju tidur. Setelah itu dia kembali ke kamar. Sana menguap, rasa kantuknya masih ada tapi setidaknya mata dia sudah bisa melek sepenuhnya. Dia menarik kursi belajar, lalu duduk disana. Ketika sudah membuka laptop di atas stand laptopnya, Sana baru menyadari di atas mejanya ada makanan. Ah ... disana juga ada notes kecil di sampingnya.Dear anak mamaJangan lupa di habisin ya sayang! ♡Sana tersenyum melihat notes itu, lalu dia menyimpan notes itu ke dalam laci meja belajarnya. Sepertinya dia a
Read more

3

"Baik, kita akhiri pertemuan hari ini." Dosen itu dari tengah-tengah kelas berjalan menuju mejanya. "Ohh iya. Ibu sudah menentukan kelompok untuk tugas minggu depan."Keadaan Kelas saat ini hening. Sebenarnya hanya mahasiswa barisan depan yang mendengarkan dosen berbicara dari awal hingga akhir, sedangkan di paling belakang hanya orang-orang yang tidur. Tentu saja Sana bagian dari barisan depan, meskipun sekarang dia duduk di bagian tengah."Pj kelas disini siapa?" Tanya Dosen itu. Dinda mengangkat tangan, "Saya bu."Dosen itu berjalan ke arah kursi Dinda dan memberikan beberapa lembar kertas. "Disini sudah ada nama-nama kelompok dan tugasnya apa. Tolong bagikan pada teman-temanmu.""Baik bu. Apa bakal di presentasikan tugasnya?" Tanya Dinda, dia duduk di kursi barisan depan. Tipikal anak rajin dan pintar."Benar. Masing-masing satu kelompok setiap minggu mempresentasikan hasil belajarnya." Jelas Dosen itu, membenarkan kaca matanya yang sedikit mel
Read more

4

Sana menghantamkan kepalanya pada meja berkali-kali, "Dasar bego!" Umpatnya, Dan dia melakukan hal itu sudah dari tadi. Orang-orang di perpus yang melihat Sana pun, menatap aneh. Dia kemudian menempelkan pipinya diatas meja. "Apa ini akhir?" lemasnya. Sana menghela nafas. Dia menegakkan tubuhnya, lalu menopangkan wajahnya diatas satu tangan yang bersandar di atas meja. Pikirannya kosong, menatap ke sembarang arah. Dia benar-benar menyesal, Sana menghela nafas lagi.Rasanya ingin bilang kalau dia melakukannya secara tidak sadar, tapi saat itu pikirannya sadar dan jika dilihat secara penglihatan dia benar-benar membanting orang itu. Ketika dia membanting Kak Fikar rasanya jantung Sana ingin jatuh ke perut.Drtt ... drtt ... drttGetaran ponselnya membuat Sana tersadar dari lamunannya. Dia mengambil ponselnya yang berada dalam tote bag. Itu suara alarm yang menandakan kelas selanjutnya akan segera dimulai, lebih tepatnya 15 menit sebelum kelas dimulai.
Read more

5

Sarah menepuk pundak Sana dari belakang. Dia baru saja datang, sepertinya Sana juga sama. "Eh, Sarah." Ucap Sana menoleh padanya. Kemudian mereka berjalan bersama menuju kelas."Mau latih tanding gak?" Tawarnya. Dia tahu anak ini sedang galau karena kejadian waktu itu. Tapi dia bukan orang yang berbakat untuk menghibur orang yang sedang sedih, mungkin dengan begini suasana hati temannya ini akan lebih baik.Sana diam memikirkan jawabannya. Kemudian dia menjawab "Boleh deh. Masih sama kan harinya?""Iya. Lo maunya hari sabtu atau minggu?""Hari sabtunya aja. Besok berarti." "Oke. Anak-anak juga banyak yang nanyain lo. Semenjak lo keluar, gak pernah dateng lagi kata mereka."Sana membalas. "Gua bingung dateng juga ngapain."Sarah memutar bola matanya malas. Lalu mencubit ke dua pipi Sana. "Lo kan bisa latih tanding sama gua."Sana memukul tangannya. "Sakit!" Sarah melepaskan cubitan itu, lalu terkekeh kecil. Dia tidak tahan
Read more

6

Setelah 30 menit perjalanan. Dewa dan Sana sampai di tempat pelatihan beladiri yang mereka tuju. Dewa membuka bagasi mobilnya, lalu mengeluarkan tasnya dan tas Sana, tak lupa tas bekal yang berisi beberapa kotak bekal di dalamnya."Gak ada yang berubah." Gumam Sana melihat gedung di depannya, gedung tempat berlatih beladiri Sana, Sarah dan Dewa sejak mereka sekolah dasar. Tempat ini memang nostalgia sekali. "Udah gak ada yang dibawa lagi?" Tanya Dewa. Sana menggelenng. "Udah gak ada. Hp udah di tangan." Tunjuk Sana.Dewa menutup semua pintu, dan memeriksa bahwa mobilnya sudah benar-benar terkunci, baru mereka berjalan memasuki gedung tersebut."Sana!" Sarah mendatanginya dan langsung merangkulnya. Dia ternyata sudah menunggu di depan pos gedung. Karena gedung putri dan putra berbeda, Kak Dewa akan berpisah dengannya disini."Tas Lo nih." Dewa memberikan tasnya, dan memberikan tas yang berisi bekal kepada Sarah. "Dari mama, buat kalian makan b
Read more

7

Tiba-tiba Sosok menjulang menghalangi penglihatan Sana di depannya, saat dia sedang melihat sekeliling tempat yang baru saja dia datangi, Papanya yang membawa Sana ke tempat ini. Dia juga melihat banyak orang yang sedang melakukan gerakan-gerakan aneh di sekelilingnya. "Anak baru!" Ucap anak yang berdiri di depannya itu, dia berdiri sembari mengangkat dagunya angkuh, sambil ke dua tangannya berkacak pinggang. Sana hanya diam menatap anak di depannya.  "Liatkan, tadi gerakan gua. Keren kan?" Ucap anak itu, lagi. Dia mendatangi anak baru ini, karena ingin anak ini mengakui kehebatannya. Di tempat ini, tidak ada orang yang tidak memujinya. Tapi Sana sekali lagi tidak mengatakan sepatah katapun, dia masih diam menatap anak di depannya. Anak itu jadi salah tingkah, dan menurunkan tangannya dari pinggangnya karena orang yang dia ajak bicara hanya diam menatapnya tanpa emosi. "Lo bisu ya?"  Tapi tidak ada jawaban sama sekali. Kemudi
Read more

8

Kelasnya baru saja selesai. "Mau kemana San?"Sana yang sedang fokus dengan ponsel yang di pegangnya, menjawab. "Mau nganter formulir, ke kak Firdaus."Sarah mengingat. "Ohh kakak cantik, waktu di kantin itu bukan?""Lo tau?" Sana menoleh menatap Sarah. "Mmm ...Tapi dia cowok sih."Sarah terkekeh. "Gua tau. Setelah lu pergi dari kantin, kan waktu itu ada kejadian lagi." Kemudian dia bangkit dari kursinya. "Yaudah, ya. Gua ada kumpulan juga. Bye ... "Sana mengangguk, lalu dia melihat ke arah ponselnya lagi. "Gua bilang bukan kumpulan, ya." Gumamnya.Kak Firdaus belum juga membalas pesannya. Dia sebenarnya sekalian ingin mengantarkan kertas berisi cerpen milik kak Firdaus yang waktu itu, dia pinjam.Karena tak kunjung dapat balasan akhirnya dia menyimpan ponselnya, ke dalam tote bag. Lebih baik dia menunggu di luar kelas, mungkin di taman. Tapo baru saja Sana keluar kelas, ponselnya sudah bergetar. Ah, itu ternyata balasan pesan dari kak
Read more

9

Klek ... pintu kamar Sana terbuka."San, Ini sisa lima makalahnya. Gua taro meja belajar lo, ya." Ucap Kak Dewa yang sudah memasuki kamarnya, di depan meja belajar Sana."Hhmm ... makasih Kak Dewa." Dia saat ini sedang fokus pada komputernya. Lalu Kak Dewa berjalan mendekat padanya. "Tidur lo terlalu dikit. Jangan di biasain.""Lo udah tau kan, jawaban gua." Jawab Sana, menatap fokus pada komputer atau PC di depannya. Jari-jari tangannya tidak berhenti di atas keyboard.Dewa tersenyum, sambil menghela nafas. "Setidaknya, kalau berterima kasih bisa sedikit lebih manis dong. Gua juga cape, loh."Sana berhenti mengetik. Lalu dia menoleh pada Kak Dewa dengan tersenyum lebar. "Makasih Kak Dewa. Berkat Lo, pekerjaan gua jadi lebih ringan. Emang Lo kakak terbaik!" Ucap Sana ceria.Dewa menutup mulutnya. "Hahh ... gua terharu banget.""Hhmm ... Jangan lupa tutup pintunya." Ucap Sana kembali datar, kemudian dia kembali fokus pada komputer di d
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status