Home / Horor / The Blue Eyes / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of The Blue Eyes : Chapter 31 - Chapter 40

58 Chapters

Peti

TBE 31Matahari sudah merangkak naik saat aku terbangun. Mengerjapkan mata beberapa kali untuk membiasakan diri dengan sinar yang menembus dari jendela yang terbuka. Suara dari dapur terdengar cukup nyaring, karena kamar yang kutempati bersama Johan dan Opick ini berada tepat di sebelah kiri dapur.Kedua pria tersebut sudah bangun terlebih dahulu, meninggalkanku sendirian dengan tubuh ditimpa dua lapis selimut tebal. Aku bergerak bangun dengan bertumpu pada kedua siku, duduk dengan tubuh sedikit melengkung dan menunggu nyawa terkumpul sepenuhnya. Aku merentangkan tangan dan memutar tubuh ke kanan dan kiri. Dilanjutkan dengan memutar leher hingga berbunyi. Kemudian beringsut ke pinggir kasur, menjejakkan kaki di lantai yang dingin, meraih selimut yang dipakai dan melipatnya dengan rapi. Berdiri dan jalan ke dekat lemari, mengambil sapu lidi dan mengebas sprei, kemudian merapikan bantal dan guling dengan menyusunnya bertumpuk."Aih, rajinnya, Risty pasti senang punya suami yang mau ban
Read more

Kom Met Mij Mee!

TBE 32Pria bertubuh tinggi besar tersebut masih berdiam diri di atas pagar. Sinar dari samping kanan tubuhnya membuatku merasa aneh dan bertanya-tanya dalam hati apakah sinar itu..Pak Rohim lari tunggang langgang dari pos dan langsung berlindung di belakang kami. "Dia bawa senjata," ujar Pak Rohim dengan suara bergetar. "Iya, itu ada di tangan kanannya," balasku.Aku tidak menyadari bila Johan bergerak masuk ke rumah dan kembali lagi dengan membawa golok di tangan. Risty menarik Johan yang hendak mendatangi pria di hadapan. Opick mencekal tangan Johan dan mencoba mengambil goloknya."Jangan gegabah, Jo. Kita lihat dulu dia mau bertindak apa," cegahku. "Betul, apalagi bila ternyata dia tidak hanya membawa satu senjata, bisa juga lebih," timpal Risty."Kalian tunggu di sini!" perintah Kakek Munir. Beliau jalan pelan dan berhenti beberapa langkah di seberang pria itu. Aku maju sedikit dan diikuti oleh yang lainnya. Kami berusaha untuk tetap waspada akan segala kemungkinan yang bisa
Read more

Kita Bertemu Kembali

TBE 33Aku menunjuk ke sebelah kiri rumah. Johan mengangguk tanda mengerti maksudku. Kami mengendap-endap melintasi jendela kemudian berbelok ke kiri yang ternyata merupakan sebuah lorong panjang. Menyusuri tempat ini, aku seolah-olah merasakan deja vu. Seakan-akan pernah melewati tempat ini sebelumnya. Pada jendela terakhir, terdengar suara obrolan dua orang. Satu orang pria dan satu orang perempuan.Aku memberi kode pada Johan untuk berdiam diri dan berusaha menguping percakapan kedua orang tersebut."Jouw vader selalu bikin masalah!" ketus sang perempuan."Jangan begitu, Dew. Bagaimanapun beliau adalah ayahku, dan juga mertuamu," sahut sang pria."Ini sudah kejadian kesekian kalinya, kita didatangi orang yang kehilangan anak gadis mereka. Kupikir jouw vader itu sudah insyaf.""Aku juga tidak tahu akan begini, Dew. Kupikir juga vader tidak akan mengulangi lagi perbuatannya. Ini sudah lewat tiga tahun dari laporan terakhir."Aku beradu pandang dengan Johan yang sama terkejutnya deng
Read more

Rumah Abadi

TBE 34Matahari mulai beranjak naik saat tim dari kepolisian tiba di villa. Beberapa petugas dari kelurahan dan kecamatan setempat pun telah turut hadir. Di bawah pohon rambutan adalah tempat yang pertama kali dibongkar. Sesuai dugaan, kerangka manusia ditentukan di situ. Menurut pihak forensik, kerangka manusia ini berjenis kelamin perempuan. Posisi saat ditemukan pun masih rapi. Hal itu memperkuat dugaan bahwa saat dikebumikan dulu, orang ini telah dikafani. Kerangka manusia tersebut disatukan dalam selembar kain, kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik besar berwarna hitam. Diberi tanda angka satu di luar kantung.Tempat kedua yang dibongkar adalah di depan garasi. Setelah penggalian sepanjang lima meter, akhirnya tim kepolisian menemukan dua kerangka manusia yang juga masih rapi. "Kok cuma dua? Harusnya kan ada tiga," tanya Johan sambil berbisik."Nggak tahu, aku juga jadi bingung," sahutku.Kakek Munir memberi tanda pada kami untuk mengikutinya ke rumah Pak Tono. Sementar
Read more

Jangan Pergi Lagi, Mas!

TBE 35Perjalanan kembali ke Jakarta kali ini membuatku merasa sedikit sedih. Terutama setelah proses pemindahan kerangka ke bukit kecil tersebut, Viana memang tidak pernah lagi menampakkan diri di hadapanku. Mengenang masa-masa awal pertemuan kami membuatku sangat merindukannya dan masih berharap agar suatu saat nanti bisa bertemu kembali dengannya.Sepanjang perjalanan menuju Ibu Kota, pikiranku terbagi antara Viana dan Risty. Kedua sosok perempuan itu benar-benar telah membuatku bingung dengan perasaan sendiri yang menyayangi mereka secara bersamaan. Hal yang benar-benar aneh dan belum pernah dirasakan sebelumnya. Kala mobil yang dikemudikan Johan ini hendak lurus ke Ciawi, aku justru memintanya untuk berbelok ke Cijeruk. Entah kenapa aku seolah-olah tengah kembali menjelma sebagai Haryadi Atmaja yang tengah mengendarai motor bersama dengan Viana di malam yang membuat kisah cinta mereka bermula. Terbayang kembali perjalanan itu dan aku mengarahkan Johan ke tempat yang pernah menj
Read more

Brownie

TBE 36Hiruk pikuk Kota Jakarta kembali membuatku pusing. Setahun tidak terjebak kemacetan menjadikan makian berulang kali terlontar dari mulut. Meskipun jarak tempuh dari rumah menuju kantor sebetulnya tidak terlalu jauh, tetapi karena kepadatan jalan raya membuat jaraknya seakan-akan ratusan kilometer. Setibanya di tempat parkir sebuah gedung perkantoran di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan, aku turun dan menutup serta mengunci pintu Xpander putih yang sudah menemani sejak dua tahun silam, tetapi diistirahatkan ketika aku memutuskan untuk menyepi di Salabintana, Sukabumi. Sudut bibirku terangkat membingkai senyuman, merasa senang karena Dani dan pak Idim benar-benar menunaikan janji untuk merawat kendaraanku dengan baik. Setelah beberapa saat termenung, aku memutar tumit dan jalan menuju pintu masuk gedung. Dua petugas keamanan serentak menghormat, lalu menyalami dan menyapaku dengan ramah.Hal yang sama juga dilakukan beberapa karyawan lama yang pastinya mengenaliku, sedangk
Read more

Petunjuk Keberadaan Peter

TBE 37Angin yang bertiup kencang tidak menyurutkan niatku untuk terus bertahan duduk di kursi teras belakang bersama dengan Risty. Perempuan itu tampak sibuk merapikan catatannya yang berisi daftar barang-barang yang harus dipersiapkan untuk acara lamaran kami yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Sekaligus daftar barang-barang antaran pernikahan yang akan digelar satu bulan setelah lamaran. Ibunya Risty saat ini tinggal di Malang bersama dengan ayah tiri dan kedua adik lelakinya. Ayah kandung Risty yang merupakan anak bungsu Kakek Munir telah wafat saat Risty masih kecil. Kala Risty SMP, ibunya menikah kembali dan ikut pindah bersama suami barunya yang merupakan duda beranak satu. Sebab itulah semua urusan pembelian ditangani sendiri oleh Risty dan aku mendukung dengan menyediakan dana serta doa agar semuanya berjalan lancar.Aku baru dua kali melihat ibunya Risty yang bernama Rini, dan kedua adik lelaki kandungnya yang bernama Dirga dan Irfan, itu pun melalui sambungan video jar
Read more

Tindakan Balas Dendam

TBE 38"Apa Viana menemui Mas?" tanya Risty, sesaat setelah kami berada di mobil.Aku tidak langsung menjawab, melainkan menekan pedal gas hingga mobil keluar dari pekarangan rumah. Setelah melewati depan blok barulah aku menoleh ke kiri dan mengamatinya sesaat, sebelum berkata, "Ya, tadi malam dia datang. Dan ... dia sekarang ada di kamar utama." "Sudah kuduga, karena sejak tadi ada hawa aneh di area depan kamar itu." Risty menyentuh bagian samping kiri rambutku dan berucap, "Ubanmu pun keluar lagi, bahkan lebih banyak." "Mukaku berubah nggak?" "Kayaknya nggak." Dia menunjuk ke punggung tangan. "Tapi yang itu udah kelihatan kerut," sambungnya. Aku mendengkus pelan, lalu bertanya, "Apakah akan begini terus sampai aku sepenuhnya tua?" "Mungkin begitu, kayak kata guru spiritualku." "Kapan aku bisa ketemu beliau?" "Nanti, Mas. Beliau harus melakukan sesuatu agar pada saat bertemu nanti bisa langsung membebaskanmu dari lingkaran pesona Viana.""Viana cuma ingin melindungiku, Ris."
Read more

Diciumin Hantu

TBE 39Aroma harum yang menguar mencapai hidungku yang sensitif. Aku membuka mata dan memindai sekitar, kemudian menyadari bila saat ini aku tengah menginap di rumah Kakek Munir. Aku bangkit dan duduk, mengumpulkan nyawa yang masih belum kembali sepenuhnya sambil mengerjap-ngerjapkan mata. Setelahnya aku berdiri dan jalan gontai ke kamar mandi yang berada di sudut kiri ruangan ini. Saat aku keluar belasan menit berikutnya, kamar sudah dalam kondisi terang-benderang berkat gorden yang dibuka lebar-lebar hingga sinar sang surya menembus masuk melalui jendela yang juga telah terbuka. Aku melihat Risty tengah merapikan tempat tidur dengan sangat serius. Perlahan aku jalan menghampiri dan memeluk pinggangnya dari belakang. Gadis itu menjerit tertahan sebelum akhirnya diam dan mengusap dada sambil menoleh dan mendelik ke arahku. "Mas nih, ngagetin mulu," protesnya. "Masa kamu nggak lihat aku di depan pintu kamar mandi?" tanyaku tanpa menghiraukan omelannya. "Aku lagi serius, lagian jal
Read more

Tabir Cinta Viana

TBE 40Acara kencan yang tertunda dari minggu lalu akhirnya bisa terealisasi. Aku menggandeng tangan kanan Risty dengan rasa bangga yang tidak bisa ditutup-tutupi, terutama karena saat ini pendampingku itu tampil sangat memukau. Gaun panjang berbahan halus ungu muda itu membalut tubuh rampingnya dengan pas. Rambutnya diikat sedikit di bagian tengah sementara sisanya dibiarkan tergerai di punggung. Wajah aslinya yang sudah cantik itu kini didandani make up tipis yang kian memancarkan keelokan parasnya. Tas bahu putih kecil dan sepatu senada menyempurnakan penampilan gadis tersebut. Aku tahu Risty bukan tipe yang senang dengan gaun terbuka bagian atasnya, sehingga bila saat ini kami dipandangi banyak pengunjung restoran tidak membuatku khawatir bila aset keindahannya turut dinikmati banyak pria. Bahkan aku sangat bangga karena sebentar lagi dia akan menjadi milikku seutuhnya. "Dari tadi mandangin mulu, Mas," lirih Risty, beberapa saat setelah kami duduk di kursi yang sudah kupesan da
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status